Jakarta, (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi melemah 25 poin menjadi Rp10.355/10.360 per dolar, karena pelaku pasar melakukan aksi lepas untuk mencari untung (profittaking).

Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Rabu mengatakan, rupiah terkoreksi karena aksi ambil untung setelah menguat hingga jauh dibawah angka Rp10.400 per dolar.

Koreksi harga terhadap rupiah diperkirakan tidak akan berlangsung lama, karena pasar uang cenderung masih positif, katanya.

Selain itu, lanjut dia aksi ambil untung terjadi didukung laporan Departemen Perdagangan AS bahwa penjualan rumah baru dan ijin mendirikan bangunan rumah merosot ke rekor terendah pada April ini.

Namun peluang rupiah untuk menguat kembali masih ada, karena berbagai indikator ekonomi nasional masih positif mendukungnya.

Pemerintah melalui Bank sentral Indonesia (BI) sendiri, menurut dia juga akan mengadakan perjanjian kerjasama dengan Bank Sentral AS (The Fed) mengenai valuta asing agar stabilitas rupiah terjaga.

BI sebelumnya telah mengadakan perjanjian kerjasama valas dengan bank sentral China, Korea Selatan dan Jepang untuk memperkuat cadangan devisa.

Apalagi BI diharapkan harus mempunyai cadangan devisa minimal 100 miliar dolar AS untuk menjaga stabilitas rupiah tetap terjaga, tuturnya.

Mantan gubernur Bank Indonesia, Boediono mengatakan, BI harus mempunyai cadangan devisa paling sedikit 100 miliar dolar, sehingga pergerakan akan semakin baik dan tidak khawatir apabila ada gejolak ekonomi maka BI siap menjaganya.

BI sebelumnya mempunyai cadangan devisa sebesar 60 miliar dolar, namun kini turun menjadi 54 miliar, karena krisis keuangan global yang bergejolak, ucapnya.(*)