New York (ANTARA) - Minyak berjangka menguat di akhir sesi perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didukung oleh harapan bahwa OPEC dan sekutunya akan mencapai kesepakatan pengurangan produksi pada Kamis.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik 1,46 dolar AS atau 6,2 persen menjadi menetap pada 25,09 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni naik 0,97 dolar AS atau 3,0 persen menjadi ditutup pada 32,84 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Harga acuan memangkas beberapa kenaikan, dengan Brent berbalik negatif sebentar, setelah data pemerintah AS pekan lalu menunjukkan persediaan minyak mentah melonjak pada rekor 15,2 juta barel, bahkan ketika produksi dikurangi 600.000 barel per hari menjadi 12,4 juta barel per hari.

Minyak mentah telah jatuh pada tahun ini karena penurunan permintaan akibat pandemi virus corona dan kelebihan pasokan. Brent turun menjadi 21,65 dolar AS, terendah sejak 2002, pada 30 Maret.

Pertemuan konferensi video pada Kamis antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia - sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ - diperkirakan akan lebih sukses daripada pertemuan mereka pada Maret, yang berakhir dengan kegagalan untuk memperpanjang pengurangan pasokan dan perang harga antara Arab Saudi dan Rusia.

"Tekanan sangat besar pada negara-negara ini untuk memangkas (produksi)," kata Phil Flynn, seorang analis di kelompok Harga Futures.

Sentimen pasar naik karena ekspektasi kesepakatan dapat dicapai setelah laporan media menyatakan Rusia akan memangkas produksinya dan menteri energi Aljazair mengatakan ia mengharapkan pertemuan yang "bermanfaat".

Rusia siap untuk mengurangi produksi minyaknya sebesar 1,6 juta barel per hari, kantor berita TASS melaporkan, mengutip pejabat Kementerian Energi yang tidak disebutkan namanya sehari sebelum konferensi daring.

"Pertemuan itu pasti akan berbuah untuk menyeimbangkan kembali pasar melalui langkah-langkah yang akan kita ambil besok," Menteri Energi Aljazair Mohamed Arkab, yang juga presiden OPEC, mengatakan kepada kantor berita Aljazair APS.

Sekelompok Republikan di DPR AS mengatakan kepada Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman pada Rabu (8/4/2020) bahwa kerja sama ekonomi dan militer antara kedua negara dalam bahaya kecuali jika kerajaan membantu menstabilkan harga dengan memangkas produksi minyak mentah.

Sementara sumber-sumber OPEC mengatakan kesepakatan untuk memangkas produksi tergantung pada partisipasi Amerika Serikat, masih ada keraguan apakah Washington akan berkontribusi.

Pada Selasa (7/4/2020), Departemen Energi AS mengatakan produksi negara itu menurun tanpa tindakan pemerintah.

Persediaan minyak mentah AS naik karena kilang memangkas operasional mereka dan pusat pengiriman untuk WTI di Cushing, Oklahoma, membukukan rekor kenaikan mingguan 6,4 juta barel, kata Badan Informasi Energi AS (EIA).

EIA meramalkan bahwa pandemi COVID-19 di seluruh dunia dan peningkatan pasokan minyak akan menjaga harga minyak mentah global pada rata-rata rendah multi-tahun hingga paruh pertama 2020.

Baca juga: Harga minyak jatuh lagi, tertekan investor ragu penurunan produksi
Baca juga: Harga minyak jatuh di tengah ketidakpastian pemotongan produksi