Italia larang kapal migran bersandar di tengah pandemi corona
8 April 2020 23:34 WIB
Petugas pemerintah kota membagikan masker dan sarung tangan di pasar Rialto, saat larangan terbaru untuk pasar terbuka diberlakukan oleh daerah Veneto guna mencegah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) di Venesia, Italia, Sabtu (4/4/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Manuel Silvestri/hp/cfo
Roma (ANTARA) - Pemerintah Italia memutuskan untuk tidak mengizinkan kapal-kapal badan amal yang mengangkut migran bersandar di pelabuhan negaranya, mengingat tempat itu dinilai tidak aman di tengah pandemi corona.
Keputusan tersebut diambil pada Selasa malam (7/4) setelah sebuah kapal yang dioperasikan oleh kelompok kemanusiaan asal Jerman, Sea-Eye, mengangkut sekitar 150 orang dari Libya dan berangkat menuju Italia.
"Dalam periode darurat kesehatan nasional akibat penyebaran virus penyebab COVID-19, pelabuhan-pelabuhan di Italia tidak dapat menjamin syarat-syarat sebagai lokasi yang aman," menurut surat keputusan itu.
Status darurat nasional akibat COVID-19 sendiri baru akan berakhir pada 31 Juli mendatang, dan berpeluang untuk diperpanjang.
Surat keputusan yang dikeluarkan Pemerintah Italia itu ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri Transportasi, dan juga Menteri Kesehatan Roberto Speranza yang berasal dari partai kiri dan selalu mendukung kampanye perlindungan migran serta kegiatan amal.
Sejumlah kapal amal biasanya menghentikan operasi di Mediterania sejak krisis COVID-19 muncul di Italia, namun kapal Sea-Eye justru kembali ke wilayah itu pada pekan lalu.
"Bahkan ketika kehidupan di Eropa telah hampir terhenti, hak asasi manusia tetap harus dilindungi. Sekarang para penumpang kami membutuhkan pelabuhan yang aman," kata Sea-Eye dalam sebuah cuitan di Twitter.
Dalam keterangan terpisah, kelompok itu juga meminta Jerman untuk menerima para migran, dengan alasan, "Bagaimanapun juga, kami berbendera Jerman."
Setelah ada masa di mana kedatangan kapal migran dari Afrika relatif jarang, kapal-kapal kembali ramai berdatangan hingga dua bulan pertama di tahun ini, untuk kemudian turun lagi pada Maret, sejak Italia menjadi pusat wabah virus corona di wilayah Eropa.
Di negara itu, lebih dari 17.000 orang meninggal dunia akibat COVID-19, angka kematian tertinggi di dunia selama pandemi ini. Sementara jumlah kasus infeksinya melampaui 135.000 kasus sejak kasus pertamal muncul pada 21 Februari.
Sumber: Reuters
Baca juga: Angka kematian COVID-19 tetap, Italia pertimbangkan kebijakan lanjutan
Baca juga: Italia perpanjang karantina wilayah sampai Paskah April
Baca juga: Italia "lockdown", KBRI Roma tetap sediakan layanan untuk 3.130 WNI
Keputusan tersebut diambil pada Selasa malam (7/4) setelah sebuah kapal yang dioperasikan oleh kelompok kemanusiaan asal Jerman, Sea-Eye, mengangkut sekitar 150 orang dari Libya dan berangkat menuju Italia.
"Dalam periode darurat kesehatan nasional akibat penyebaran virus penyebab COVID-19, pelabuhan-pelabuhan di Italia tidak dapat menjamin syarat-syarat sebagai lokasi yang aman," menurut surat keputusan itu.
Status darurat nasional akibat COVID-19 sendiri baru akan berakhir pada 31 Juli mendatang, dan berpeluang untuk diperpanjang.
Surat keputusan yang dikeluarkan Pemerintah Italia itu ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri Transportasi, dan juga Menteri Kesehatan Roberto Speranza yang berasal dari partai kiri dan selalu mendukung kampanye perlindungan migran serta kegiatan amal.
Sejumlah kapal amal biasanya menghentikan operasi di Mediterania sejak krisis COVID-19 muncul di Italia, namun kapal Sea-Eye justru kembali ke wilayah itu pada pekan lalu.
"Bahkan ketika kehidupan di Eropa telah hampir terhenti, hak asasi manusia tetap harus dilindungi. Sekarang para penumpang kami membutuhkan pelabuhan yang aman," kata Sea-Eye dalam sebuah cuitan di Twitter.
Dalam keterangan terpisah, kelompok itu juga meminta Jerman untuk menerima para migran, dengan alasan, "Bagaimanapun juga, kami berbendera Jerman."
Setelah ada masa di mana kedatangan kapal migran dari Afrika relatif jarang, kapal-kapal kembali ramai berdatangan hingga dua bulan pertama di tahun ini, untuk kemudian turun lagi pada Maret, sejak Italia menjadi pusat wabah virus corona di wilayah Eropa.
Di negara itu, lebih dari 17.000 orang meninggal dunia akibat COVID-19, angka kematian tertinggi di dunia selama pandemi ini. Sementara jumlah kasus infeksinya melampaui 135.000 kasus sejak kasus pertamal muncul pada 21 Februari.
Sumber: Reuters
Baca juga: Angka kematian COVID-19 tetap, Italia pertimbangkan kebijakan lanjutan
Baca juga: Italia perpanjang karantina wilayah sampai Paskah April
Baca juga: Italia "lockdown", KBRI Roma tetap sediakan layanan untuk 3.130 WNI
Penerjemah: Suwanti
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: