Liga Jerman
Bundesliga bisa jadi liga domestik pertama yang berlanjut
8 April 2020 22:35 WIB
Lorong pintu masuk pemain ke lapangan stadion Borussia-Park di Mönchengladbach pada 10 Maret 2020 jelang derby antara Borussia Moenchengladbach and Cologne yang digelar tanpa penonton pada hari berikutnya di tengah pandemi virus corona (AFP/INA FASSBENDER)
Jakarta (ANTARA) - Bundesliga Jerman bisa jadi liga sepak bola domestik di Eropa yang melanjutkan musim 2019/20 setelah tertangguhkan karena pandemi virus corona.
Pemimpin eksekutif (CEO) Bundesliga, Christian Seifert, mengungkapkan rencana untuk melanjutkan sisa sembilan pertandingan musim 2019/20 pada awal Mei, demikian dilaporkan oleh New York Times, Rabu.
Bahkan bukan tidak mungkin Bundesliga akan rampung menyelenggarakan sisa pertandingan musim 2019/20 pada akhir Juni atau sebelum liga-liga lain di Eropa bisa digelar kembali.
Hanya saja, aspek paling krusial selain pemain di atas lapangan kemungkinan bakal absen dari sisa pertandingan Bundesliga, mengingat rencana untuk menggelar laga tanpa penonton.
Baca juga: Perdebatan bergulir seputar dimulainya pelatihan klub Bundesliga
Baca juga: Bundesliga perpanjang penundaan kompetisi hingga akhir April
Bundesliga Jerman, yang dikenal memimpin angka rataan kehadiran penonton di stadion di antara semua liga di Eropa, bakal menjelma menjadi hiburan layar kaca semata, yang ada kemungkinan bakal diterapkan hingga akhir tahun 2020, demikian diakui Seifert.
"Kita adalah bagian dari budaya penting negara ini, masyarakat sudah tak sabar untuk kembali merasakan kehidupan normal dan itu artinya Bundesliga akan digelar lagi," kata Seifert.
"Oleh karena itu, kita semua harus memainkan peran masing-masing, mendukung langkah pemerintah dan berbicara kepada mereka tentang kapan saat memungkinkan melanjutkan musim," ujarnya menambahkan.
Baca juga: Thomas Muller perpanjang kontrak di Bayern Muenchen hingga 2023
Baca juga: Leverkusen rekrut kiper muda Jerman Lennart Grill
Jerman memang tidak kebal dari dampak pandemi virus corona dan hingga Rabu pagi setempat lebih dari 107 ribu orang tertular COVID-19, tertinggi keempat di Eropa, seturut data Universitas John Hopkins.
Namun, sistem jaminan kesehatan negara itu mampu menekan dampak terburuk pandemi, boleh jadi dengan hasil terbaik di dunia, karena rasio kematiannya bahkan lebih rendah dari Korea Selatan, yang selama ini dijadikan model terbaik penekanan kurva sebaran COVID-19.
Pemimpin eksekutif (CEO) Bundesliga, Christian Seifert, mengungkapkan rencana untuk melanjutkan sisa sembilan pertandingan musim 2019/20 pada awal Mei, demikian dilaporkan oleh New York Times, Rabu.
Bahkan bukan tidak mungkin Bundesliga akan rampung menyelenggarakan sisa pertandingan musim 2019/20 pada akhir Juni atau sebelum liga-liga lain di Eropa bisa digelar kembali.
Hanya saja, aspek paling krusial selain pemain di atas lapangan kemungkinan bakal absen dari sisa pertandingan Bundesliga, mengingat rencana untuk menggelar laga tanpa penonton.
Baca juga: Perdebatan bergulir seputar dimulainya pelatihan klub Bundesliga
Baca juga: Bundesliga perpanjang penundaan kompetisi hingga akhir April
Bundesliga Jerman, yang dikenal memimpin angka rataan kehadiran penonton di stadion di antara semua liga di Eropa, bakal menjelma menjadi hiburan layar kaca semata, yang ada kemungkinan bakal diterapkan hingga akhir tahun 2020, demikian diakui Seifert.
"Kita adalah bagian dari budaya penting negara ini, masyarakat sudah tak sabar untuk kembali merasakan kehidupan normal dan itu artinya Bundesliga akan digelar lagi," kata Seifert.
"Oleh karena itu, kita semua harus memainkan peran masing-masing, mendukung langkah pemerintah dan berbicara kepada mereka tentang kapan saat memungkinkan melanjutkan musim," ujarnya menambahkan.
Baca juga: Thomas Muller perpanjang kontrak di Bayern Muenchen hingga 2023
Baca juga: Leverkusen rekrut kiper muda Jerman Lennart Grill
Jerman memang tidak kebal dari dampak pandemi virus corona dan hingga Rabu pagi setempat lebih dari 107 ribu orang tertular COVID-19, tertinggi keempat di Eropa, seturut data Universitas John Hopkins.
Namun, sistem jaminan kesehatan negara itu mampu menekan dampak terburuk pandemi, boleh jadi dengan hasil terbaik di dunia, karena rasio kematiannya bahkan lebih rendah dari Korea Selatan, yang selama ini dijadikan model terbaik penekanan kurva sebaran COVID-19.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2020
Tags: