Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan tiga strategi untuk mengurangi jumlah tonase sampah yang diangkut ke tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Bantargebang saat pandemi virus corona (COVID-19).

"Sejak setahun lalu, kita telah menerapkan dan mengampanyekan tiga strategi pengurangan sampah yaitu program sampah tanggungjawab bersama atau Samtama," jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Andono Warih dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu.

Program tersebut menekankan aktivitas kurangi, pilah, dan olah sampah atau "KuPiLah" yang dilakukan oleh masyarakat sebagai penghasil sampah.

Tiga strategi pengurangan sampah yang perlu dilakukan oleh masyarakat tersebut yakni pertama strategi pintu depan pada tahap sebelum mengonsumsi.

"Kita harus tahu dan sadar apa yang mau kita konsumsi sejak dalam pikiran. Jika itu menghasilkan sampah, tak akan kita pilih,” kata Andono.

Dia contohkan, setiap akan keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga, kita harus membawa Kantong Belanja Ramah Lingkungan (KBRL) dan memakai masker kain yang dapat dipakai ulang dengan mencucinya.

"Sebelum berbelanja, kita wajib merencanakan dan mengetahui apa yang mau dibeli sesuai kebutuhan," ujarnya.

Kedua, yaitu strategi pintu tengah, dimana semua sisa barang tidak buru-buru dibuang ke tempat sampah. Misalnya dengan mengambil makanan tidak berlebihan sehingga berpotensi menjadi sampah.

Baca juga: Sampah di Jakarta berkurang 620 ton per hari

Baca juga: Peningkatan APD di masyarakat, waspadai jumlah sampah berbahaya

Baca juga: Petugas angkat 33 ton sampah dari lokasi banjir Kramat Jati


Jika ada pakaian tidak terpakai atau makanan berlebih, dapat didonasikan ke yang membutuhkan.

Ketiga, yaitu strategi pintu belakang yaitu bagaimana disiplin memilah sampah. Misalnya sampah organik masuk ke komposter atau lubang biopori.

Sampah anorganik yang dapat didaur ulang dikumpulkan sementara di rumah. Ketika wabah Covid-19 mereda dan situasi sudah relatif aman, maka dapat ditabung di bank sampah terdekat.

“Sampah anorganik, seperti kaleng, botol, kardus bekas, dapat disimpan sementara dan relatif aman karena tidak membusuk,” jelas Andono.

Andono berpesan, sumber daya harus digunakan dengan optimal, jangan ada yang mubazir.

“Syukur-syukur kita dapat membantu tetangga atau masyarakat yang kesulitan secara ekonomi," harap Andono.