Jakarta (ANTARA) - Orangtua pasti panik ketika melihat buah hati yang sedang demam tiba-tiba mengalami kejang.

Meski demikian, sebagian kejang demam tidak berbahaya bila durasinya di bawah 15 menit, kata dokter ahli anak Hardiono Pusponegoro dalam seminar virtual, Rabu.

Hardiono menjelaskan, kejang demam adalah kejang yang disebabkan oleh demam biasa, misalnya setelah anak mendapat imunisasi.

Kejang demam hanya terjadi pada anak dengan rentang usia enam bulan hingga lima tahun. Bila kejang demam masih terjadi di bawah usia enam bulan dan di atas usia lima tahun, segera periksakan lebih lanjut buah hati ke dokter.

Kecenderungan anak mengalami kejang demam terkait erat dengan faktor genetik.

Kejang demam yang tak berbahaya masuk ke dalam jenis kejang demam sederhana. Umumnya, durasi berlangsung di bawah 15 menit dan tidak berulang dalam kurun 24 jam.

"Kejangnya terjadi di dua sisi badan," kata dia.

Kejang demam sederhana tidak mengakibatkan kematian atau disabilitas intelektual.

Orangtua harus lebih waspada ketika buah hati mengalami kejang demam kompleks yang berlangsung lebih dari 15 menit, juga bila kejangnya hanya terjadi di satu sisi tubuh, serta berulang dalam kurun 24 jam.

Ada juga kejang demam khusus yang berlangsung lebih dari 30 menit. Anak harus mendapat pengobatan bila mengalami kejang demam dan epilepsi secara bergantian.

Pada kejang demam di atas 30 menit, ada risiko gangguan memori dan kerusakan minimal di otak, tapi tidak permanen.

Ketika anak mengalami kejang demam kompleks, periksakan lebih lanjut ke dokter.

Baca juga: Cameron Boyce meninggal karena kejang saat tidur, apa penyebabnya?

Baca juga: Curhat hingga terapi kejang listrik untuk tangani depresi


Penangangan kejang demam

Pertama, berilah minuman yang cukup kepada anak agar dia tidak mengalami dehidrasi sebab demam membuat cairan tubuh berkurang.

Kedua, minumlah penurun demam seperti parasetamol atau ibuprofen dengan dosis yang sesuai dengan anak.

"Dosisnya 10-15 mg/kgBB/kali. Kalau berat anak 10 kilogram, kasih 100-150 miligram," kata dia.

Patut diingat, dalam situasi pandemi lebih baik hanya berikan parasetamol karena ibuprofen tidak disarankan untuk corona.

Parasetamol bisa diberikan hingga empat kali sehari karena masa kerjanya hanya enam jam, imbuh dia.

Ketiga, turunkan demam anak dengan kompres hangat.

Hardiono menepis anggapan bahwa kompres air dingin bisa menurunkan demam. Yang terjadi justru sebaliknya. Ketika diberi kompres hangat, tubuh akan berpikir suhu di luar tubuh lebih panas sehingga tubuh jadi berkeringat dan panas anak menurun.

Seberapa panas kompres penurun demam?

"Beri air hangat yang lebih panas dibandingkan suhu tubuh," kata dia.

Memberikan selimut kepada anak boleh-boleh saja. Tapi jangan lupa melepaskan selimutnya ketika tubuh sudah berkeringat.

Pertolongan ketika kejang demam

Hardiono mengatakan 80-90 persen kejang berhenti sendiri di bawah durasi lima menit.

Jangan lupa miringkan tubuh anak agar bila ia muntah, cairannya tak membuatnya tersedak. Longgarkan baju anak dan jangan menahan tubuhnya karena bisa membuat tulang patah.

"Jangan masukin jari atau sendok ke mulut," dia menegaskan.

Kejang demam bisa diobati dengan obat diazepam yang dimasukkan lewat dubur. Jika dalam waktu lima menit tak kunjung berhenti, ulangi lagi.

"Saat menarik keluar obat, pegang lubang anusnya dan tahan hingga dua menit agar cairan obatnya tidak keluar lagi."

Bila kejang tak kunjung berhenti setelah dua kali memberikan obat, bawa ke rumah sakit.

Apakah ada risiko berulang?
Sekali anak mengalami kejang demam, ada risiko 30-35 persen itu akan terulang lagi. Namun risiko anak akan mengalami epilepsi hanya 2-12 persen.

Baca juga: Penyanyi rap Lil Wayne dilarikan ke rumah sakit akibat kejang

Baca juga: Siloam lengkapi layanan UGD emergency kejang pada anak

Baca juga: Selain obat, diet lemak bisa bantu kontrol kejang