SKK Migas: Empat proyek hulu selesai kuartal I 2020
8 April 2020 10:16 WIB
SKK Migas menerapkan kebijakan jaga jarak dengan memanfaatkan teknologi untuk kordinasi pekerjaan dengan kebijakan untuk bekerja dari rumah (work from home) untuk semua pekerja tanpa terkecuali, atasi wabah COVID-19, Pekanbaru Minggu (22/3). (Vera Lusiana)
Ambon (ANTARA) - Pada kuartal pertama tahun 2020, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) telah menyelesaikan empat proyek hulu minyak dan gas bumi..
Siaran pers SKK Migas yang diterima ANTARA di Ambon, Rabu, menyebutkan, kegiatan-kegiatan yang menyerap investasi sekitar 45 juta dolar AS ini memberikan tambahan produksi gas sekitar 80 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) dan menghasilkan listrik 4 MegaWatt (MW).
Ke empat proyek yang berhasil diselesaikan adalah tiga proyek gas dan satu proyek utilitas.
Rinciannya, Grati Pressure Lowering yang dilakukan oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd. di Jawa Timur. Proyek ini bertujuan untuk menghasilkan produksi gas sebesar 30 MMscfd.
Proyek kedua pengembangan Lapangan gas Randugunting oleh PT PHE Randugunting di Jawa Tengah, yang berpotensi memberikan tambahan produksi 5 MMscfd.
Proyek ketiga pengembangan Lapangan gas Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd. di Laut Natuna, memberikan tambahan produksi 45 MMscfd.
Terakhir adalah pembangunan Sembakung Power Plant oleh PT Pertamina EP. Pembangkit yang dibangun akan digunakan untuk mendukung operasi hulu migas di wilayah Kalimantan Timur.
“Kami bersyukur empat proyek hulu migas telah dapat direalisasi tepat waktu. Capaian ini merupakan salah satu usaha yang kami lakukan untuk menjaga produksi migas sesuai target,” kata Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Julius Wiratno.
Sepanjang tahun 2020 direncanakan terdapat 11 proyek hulu migas yang akan on stream. Mayoritas proyek merupakan pengembangan lapangan gas. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2019 yang hanya sembilan proyek.
Keberadaan proyek hulu migas akan memberikan kontribusi pada penambahan produksi migas yang bermuara pada pemasukan negara. Selain itu, proyek-proyek hulu migas juga akan menggerakkan sektor ekonomi di daerah dan menciptakan lapangan kerja.
SKK Migas dan KKKS bekerja keras menjaga agar proyek hulu migas yang ditargetkan selesai pada tahun 2020 dapat direalisasi tepat waktu. Namun menghadapi wabah COVID-19 dan penurunan harga minyak ini, Julius mengaku pihaknya harus duduk bersama dengan KKKS untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan, termasuk mengevaluasi target capaian proyek.
“Hampir semua KKKS yang kami hubungi meminta akses khusus untuk pekerja dan material yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan yang mereka lakukan. Oleh karena itu kami harus membuat perencanaan ulang. Tujuannya agar kegiatan yang kami lakukan memberi manfaat maksimal bagi negara,” tambah Julius.
Sejauh ini SKK Migas telah mengindentifikasi beberapa dampak yang ditimbulkan COVID-19 terhadap proyek hulu migas, antara lain transportasi material lebih lama, khususnya pengiriman material dari luar negeri, mobilisasi pekerja ke lokasi lebih sulit karena perizinan dan waktu karantina, kegiatan manufaktur peralatan migas untuk proyek tertunda atau lebih lama, persetujuan pengurusan perijinan lebih lama, serta produktivitas engineering dan konstruksi menjadi lebih rendah.
Beberapa upaya yang dilakukan agar proyek kegiatan tetap dapat dilaksanakan, tidak berhenti total. Salah satunya, meminta agar para kepala daerah memberikan keuntungan terhadap pergerakan manusia dan barang yang dibutuhkan oleh hulu migas, tanpa melanggar kaedah kehati-hatian.
“Dalam menjalankan operasi, kami selalu menjunjung tinggi keselamatan kerja. Oleh karena itu kami juga setuju dengan adanya protokol yang ketat dalam menghadapi wabah COVID-19 ini. Namun demikian kami berharap agar kegiatan lapangan tetap dapat dijalankan walaupun dengan pergerakan yang berkurang tersebut,” demikian Julius.
Baca juga: Meski WFH, SKK Migas: Komitmen ke pihak ketiga tetap sesuai jadwal
Baca juga: SKK Migas minta penyelesaian Blok Rokan "B to B" Pertamina dan Chevron
Siaran pers SKK Migas yang diterima ANTARA di Ambon, Rabu, menyebutkan, kegiatan-kegiatan yang menyerap investasi sekitar 45 juta dolar AS ini memberikan tambahan produksi gas sekitar 80 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) dan menghasilkan listrik 4 MegaWatt (MW).
Ke empat proyek yang berhasil diselesaikan adalah tiga proyek gas dan satu proyek utilitas.
Rinciannya, Grati Pressure Lowering yang dilakukan oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd. di Jawa Timur. Proyek ini bertujuan untuk menghasilkan produksi gas sebesar 30 MMscfd.
Proyek kedua pengembangan Lapangan gas Randugunting oleh PT PHE Randugunting di Jawa Tengah, yang berpotensi memberikan tambahan produksi 5 MMscfd.
Proyek ketiga pengembangan Lapangan gas Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd. di Laut Natuna, memberikan tambahan produksi 45 MMscfd.
Terakhir adalah pembangunan Sembakung Power Plant oleh PT Pertamina EP. Pembangkit yang dibangun akan digunakan untuk mendukung operasi hulu migas di wilayah Kalimantan Timur.
“Kami bersyukur empat proyek hulu migas telah dapat direalisasi tepat waktu. Capaian ini merupakan salah satu usaha yang kami lakukan untuk menjaga produksi migas sesuai target,” kata Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Julius Wiratno.
Sepanjang tahun 2020 direncanakan terdapat 11 proyek hulu migas yang akan on stream. Mayoritas proyek merupakan pengembangan lapangan gas. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2019 yang hanya sembilan proyek.
Keberadaan proyek hulu migas akan memberikan kontribusi pada penambahan produksi migas yang bermuara pada pemasukan negara. Selain itu, proyek-proyek hulu migas juga akan menggerakkan sektor ekonomi di daerah dan menciptakan lapangan kerja.
SKK Migas dan KKKS bekerja keras menjaga agar proyek hulu migas yang ditargetkan selesai pada tahun 2020 dapat direalisasi tepat waktu. Namun menghadapi wabah COVID-19 dan penurunan harga minyak ini, Julius mengaku pihaknya harus duduk bersama dengan KKKS untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan, termasuk mengevaluasi target capaian proyek.
“Hampir semua KKKS yang kami hubungi meminta akses khusus untuk pekerja dan material yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan yang mereka lakukan. Oleh karena itu kami harus membuat perencanaan ulang. Tujuannya agar kegiatan yang kami lakukan memberi manfaat maksimal bagi negara,” tambah Julius.
Sejauh ini SKK Migas telah mengindentifikasi beberapa dampak yang ditimbulkan COVID-19 terhadap proyek hulu migas, antara lain transportasi material lebih lama, khususnya pengiriman material dari luar negeri, mobilisasi pekerja ke lokasi lebih sulit karena perizinan dan waktu karantina, kegiatan manufaktur peralatan migas untuk proyek tertunda atau lebih lama, persetujuan pengurusan perijinan lebih lama, serta produktivitas engineering dan konstruksi menjadi lebih rendah.
Beberapa upaya yang dilakukan agar proyek kegiatan tetap dapat dilaksanakan, tidak berhenti total. Salah satunya, meminta agar para kepala daerah memberikan keuntungan terhadap pergerakan manusia dan barang yang dibutuhkan oleh hulu migas, tanpa melanggar kaedah kehati-hatian.
“Dalam menjalankan operasi, kami selalu menjunjung tinggi keselamatan kerja. Oleh karena itu kami juga setuju dengan adanya protokol yang ketat dalam menghadapi wabah COVID-19 ini. Namun demikian kami berharap agar kegiatan lapangan tetap dapat dijalankan walaupun dengan pergerakan yang berkurang tersebut,” demikian Julius.
Baca juga: Meski WFH, SKK Migas: Komitmen ke pihak ketiga tetap sesuai jadwal
Baca juga: SKK Migas minta penyelesaian Blok Rokan "B to B" Pertamina dan Chevron
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: