Ekuador bangun pemakaman darurat selama pandemi corona
8 April 2020 07:55 WIB
Petugas rumah pemakaman memakai pakaian pelindung menunggu disamping sebuah peti jenazah di luar Rumah Sakit Teodoro Maldonado Carbo di Guayaquil, Ekuador, Jumat (3/4/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/am.
Guayaquil (ANTARA) - Pemerintah Ekuador sedang mempersiapkan pemakaman darurat di tanah yang disumbangkan oleh pemakaman pribadi di Guayaquil, kota terbesar di negara itu, untuk mengatasi kekurangan lahan pemakaman ketika pandemi virus corona melanda negara Andean itu.
Pada Selasa, negara itu memiliki 3.995 kasus yang dikonfirmasi dan 220 kematian akibat infeksi virus corona, serta 182 kematian lebih yang diduga terkait dengan virus itu.
Wabah ini telah memicu kekurangan peti mati kayu yang membuat beberapa orang memakamkan kerabat mereka dalam kotak kardus yang disumbangkan oleh pemakaman.
Antrian panjang mobil yang membawa peti mati menunggu di luar pemakaman pribadi di seluruh kota minggu ini, ketika keluarga menunggu berjam-jam untuk dapat memakamkan kerabat mereka yang sudah meninggal. Wabah telah membuat rumah sakit dan layanan darurat kewalahan dengan beberapa keluarga menyimpan jenazah di rumah mereka selama berhari-hari.
Pemerintah, yang pekan lalu mulai menyimpan jenazah korban virus corona dalam pendingin raksasa sampai pemakaman dapat dipersiapkan, akan memakamkan sekitar 100 orang sehari di pemakaman di Guayaquil utara, yang memiliki kapasitas sekitar 2.000 plot.
Jorge Wated, yang mengoordinasikan tanggapan pemerintah terhadap penanganan orang yang meninggal, mengatakan pemerintah sedang melakukan pemakaman itu sendiri dan akan menerbitkan panduan di internet untuk memastikan kerabat tahu di mana orang yang mereka cintai dimakamkan.
"Di pemakaman, mereka akan dimakamkan orang per orang, tanpa dikenai biaya," kata Wated.
Kota Guayaquil juga mengatakan akan menyiapkan dua pemakaman umum dengan kapasitas sekitar 12.000 plot.
Presiden Lenin Moreno mengatakan pekan lalu bahwa sekitar 3.500 orang dapat meninggal akibat virus corona di Provinsi Guayas, lokasi di mana 68% dari kasus infeksi di negara itu.
Di antara yang tewas sejauh ini adalah tujuh perawat, menurut Sekolah Tinggi Perawat Guayas, yang menambahkan bahwa sekitar 147 perawat telah terinfeksi dan 120 telah mengundurkan diri karena takut tertular.
"Setiap hari, jumlah staf menurun," kata Lilia Triana, presiden organisasi itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Mourinho dan beberapa pemain Spurs langgar aturan social distancing
Baca juga: Festival Film Cannes tak akan digelar virtual
Pada Selasa, negara itu memiliki 3.995 kasus yang dikonfirmasi dan 220 kematian akibat infeksi virus corona, serta 182 kematian lebih yang diduga terkait dengan virus itu.
Wabah ini telah memicu kekurangan peti mati kayu yang membuat beberapa orang memakamkan kerabat mereka dalam kotak kardus yang disumbangkan oleh pemakaman.
Antrian panjang mobil yang membawa peti mati menunggu di luar pemakaman pribadi di seluruh kota minggu ini, ketika keluarga menunggu berjam-jam untuk dapat memakamkan kerabat mereka yang sudah meninggal. Wabah telah membuat rumah sakit dan layanan darurat kewalahan dengan beberapa keluarga menyimpan jenazah di rumah mereka selama berhari-hari.
Pemerintah, yang pekan lalu mulai menyimpan jenazah korban virus corona dalam pendingin raksasa sampai pemakaman dapat dipersiapkan, akan memakamkan sekitar 100 orang sehari di pemakaman di Guayaquil utara, yang memiliki kapasitas sekitar 2.000 plot.
Jorge Wated, yang mengoordinasikan tanggapan pemerintah terhadap penanganan orang yang meninggal, mengatakan pemerintah sedang melakukan pemakaman itu sendiri dan akan menerbitkan panduan di internet untuk memastikan kerabat tahu di mana orang yang mereka cintai dimakamkan.
"Di pemakaman, mereka akan dimakamkan orang per orang, tanpa dikenai biaya," kata Wated.
Kota Guayaquil juga mengatakan akan menyiapkan dua pemakaman umum dengan kapasitas sekitar 12.000 plot.
Presiden Lenin Moreno mengatakan pekan lalu bahwa sekitar 3.500 orang dapat meninggal akibat virus corona di Provinsi Guayas, lokasi di mana 68% dari kasus infeksi di negara itu.
Di antara yang tewas sejauh ini adalah tujuh perawat, menurut Sekolah Tinggi Perawat Guayas, yang menambahkan bahwa sekitar 147 perawat telah terinfeksi dan 120 telah mengundurkan diri karena takut tertular.
"Setiap hari, jumlah staf menurun," kata Lilia Triana, presiden organisasi itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Mourinho dan beberapa pemain Spurs langgar aturan social distancing
Baca juga: Festival Film Cannes tak akan digelar virtual
Penerjemah: Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020
Tags: