Permintaan batu bara turun akibat COVID-19
7 April 2020 12:01 WIB
Dokumentasi - Kendaraan truk melakukan aktivitas pengangkutan ore nikel ke kapal tongkang di salah satu perusahaan pertambangan di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. ANTARA FOTO/Jojon/ama.
Jakarta (ANTARA) - Berkurangnya konsumsi listrik di negara-negara terdampak COVID-19, mengakibatkan permintaan batubara di negara-negara tersebut turun sehingga berdampak pada terjadinya sedikit kelebihan pasokan batubara secara global.
Hal ini mempengaruhi penurunan empat indeks harga batubara yang umum digunakan dalam perdagangan batubara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.
"Rata-rata indeks bulanan ICI turun 2,66 persen, Platt's turun 2,75 persen, GCNC turun 1,77 persen, NEX turun 0,66 persen. Karena keempatnya mengalami penurunan maka Harga Batubara Acuan (HBA) yang dipengaruhi keempat indeks tersebut dipastikan juga ikut turun," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi, di Jakarta, Selasa.
Agung membenarkan bahwa turunnya indeks harga batubara ini terjadi salah satunya dipicu demand listrik yang berkurang di negara-negara terdampak pandemi COVID-19.
"Kebijakan Work From Home di beberapa negara mengakibatkan konsumsi listrik di beberapa ibukota dan pusat bisnis menurun yang berpengaruh pada turunnya permintaan batubara," lanjut Agung.
Baca juga: Bukit Asam - Pertamina teken kerja sama gasifikasi batu bara
Baca juga: Dampak COVID-19, harga batu bara naik 0,19 dolar AS/ton
Agung menyebut, nilai HBA sendiri diperoleh rata-rata empat indeks harga batubara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.
"Dari perhitungan rata-rata keempat indeks tersebut, angka HBA diusulkan menjadi 65,77 dolar AS per ton, atau turun 1,31 dolar AS dari HBA Maret yang ada di angka 67,08 dolar per ton," papar Agung.
Sejak turun bulan Januari 2020 yang mencatatkan angka 65,93 dolar AS per ton (turun dari 66,30 dolar AS di Desember 2019), HBA mengalami fluktuasi, naik di Februari (66,89 dolar) dan Maret (67,08 dolar AS), dan kembali turun di bulan April 2020 ini.
HBA bulan April 2020 ini akan digunakan untuk penjualan langsung (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Veseel).
Baca juga: APBI apresiasi rencana pencabutan Permendag No.82/2017
Baca juga: Emisi CO2 batu bara global turun 2 persen
Hal ini mempengaruhi penurunan empat indeks harga batubara yang umum digunakan dalam perdagangan batubara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.
"Rata-rata indeks bulanan ICI turun 2,66 persen, Platt's turun 2,75 persen, GCNC turun 1,77 persen, NEX turun 0,66 persen. Karena keempatnya mengalami penurunan maka Harga Batubara Acuan (HBA) yang dipengaruhi keempat indeks tersebut dipastikan juga ikut turun," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi, di Jakarta, Selasa.
Agung membenarkan bahwa turunnya indeks harga batubara ini terjadi salah satunya dipicu demand listrik yang berkurang di negara-negara terdampak pandemi COVID-19.
"Kebijakan Work From Home di beberapa negara mengakibatkan konsumsi listrik di beberapa ibukota dan pusat bisnis menurun yang berpengaruh pada turunnya permintaan batubara," lanjut Agung.
Baca juga: Bukit Asam - Pertamina teken kerja sama gasifikasi batu bara
Baca juga: Dampak COVID-19, harga batu bara naik 0,19 dolar AS/ton
Agung menyebut, nilai HBA sendiri diperoleh rata-rata empat indeks harga batubara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.
"Dari perhitungan rata-rata keempat indeks tersebut, angka HBA diusulkan menjadi 65,77 dolar AS per ton, atau turun 1,31 dolar AS dari HBA Maret yang ada di angka 67,08 dolar per ton," papar Agung.
Sejak turun bulan Januari 2020 yang mencatatkan angka 65,93 dolar AS per ton (turun dari 66,30 dolar AS di Desember 2019), HBA mengalami fluktuasi, naik di Februari (66,89 dolar) dan Maret (67,08 dolar AS), dan kembali turun di bulan April 2020 ini.
HBA bulan April 2020 ini akan digunakan untuk penjualan langsung (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Veseel).
Baca juga: APBI apresiasi rencana pencabutan Permendag No.82/2017
Baca juga: Emisi CO2 batu bara global turun 2 persen
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020
Tags: