Deteksi dampak COVID-19, KBRI Washington pantau kesehatan WNI lansia
6 April 2020 22:18 WIB
Kegiatan virtual para warga Indonesia yang tinggal di berbagai kota di Amerika Serikat untuk saling mendukung selama masa isolasi untuk menghadapi pandemi corona. (ANTARA/HO-Amerika Bersatu)
Jakarta (ANTARA) - Sebagai langkah antisipasi dan deteksi dini dampak pandemi COVID-19 terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) di Amerika Serikat khususnya para lansia, KBRI Washington D.C. tengah menyiapkan kegiatan pemantauan kesehatan secara daring dan berkala bagi kelompok lansia berusia di atas 60 tahun yang dinilai lebih rentan terhadap dampak negatif COVID-19.
Kegiatan yang dibantu oleh simpul-simpul komunitas, mahasiswa, dan diaspora Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan tersebut akan memantau para lansia yang sebelumnya telah mendaftarkan diri melalui surel maupun nomor hotline KBRI Washington D.C. melalui pendataan suhu tubuh secara berkala yang dilaksanakan sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu pukul 09.00 pagi dan 19.00 sore.
“Data-data yang masuk baik lewat formulir daring, surel, pesan singkat, dan WhatsApp tersebut akan kami buat database sebarannya, dijaga kerahasiaannya, dan dipantau langsung oleh para dokter dan tenaga medis diaspora Indonesia yang tergabung dalam Program Pos Kesehatan KBRI Washington D.C.," kata Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler Theodorus S. Nugroho yang juga bertindak sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan COVID-19 KBRI Washington D.C. dalam keterangan tertulis, Senin.
Menyadari kelangkaan alat ukur suhu tubuh yang juga menjadi salah satu barang yang paling dicari di AS saat ini, KBRI Washington D.C. juga akan membantu dan mengkoordinasi penyediaan alat tersebut.
“Bagi para lansia yang belum mempunyai termometer, untuk tahap pertama ini, KBRI akan membantu penyediaan sekitar 50 buah dikarenakan keterbatasan ketersediaan barang saat ini,” ujar Theodorus.
Selain sebagai langkah deteksi dini dan upaya-upaya antisipasi perlindungan, kegiatan ini dimaksudkan juga untuk mempererat komunikasi dan koordinasi komunitas WNI dan diaspora Indonesia.
“Kegiatan ini memiliki semangat dan cakupan yang cukup komprehensif. Selain sebagai wujud nyata kehadiran negara dalam situasi yang tidak mudah ini, langkah kolektif ini juga adalah bentuk upaya untuk terus meningkatkan komunikasi, koordinasi dan kekompakan, serta solidaritas dan kepedulian, karena inilah saatnya kita saling bahu membahu, bersatu padu, bergotong royong, dan saling tolong-menolong,” tutur Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Washington D.C. Iwan Freddy Hari Susanto.
Kegiatan yang merupakan bagian dari program Pos Kesehatan KBRI Washington D.C. ini mendapatkan sambutan yang sangat baik dari masyarakat Indonesia di Washington D.C. dan sekitarnya.
Salah satunya adalah Uyung Asikin, WNI sekaligus tokoh/sesepuh masyarakat Indonesia yang berdomisili di Silver Spring, Maryland.
“Sangat bermanfaat sekali. Apalagi dengan diberlakukannya perintah untuk tetap tinggal di rumah oleh pemerintah setempat dan keterbatasan akses sebagian masyarakat terhadap dukungan medis, ini merupakan solusi praktis sekaligus dukungan moral serta psikologis yang sangat besar. Kami merasa tenang karena yakin bahwa kami tidak sendirian,” ujarnya ketika dihubungi lewat telepon.
Warga lainnya, Tetty, yang bertempat tinggal di Virginia, ikut senang dengan adanya perhatian khusus dari KBRI untuk masyarakat Indonesia lanjut usia di tengah wabah virus corona.
“Bagus sekali program ini. Saya kebetulan punya kenalan salah satu WNI perempuan yang berusia lanjut, 70 tahun, masih sehat dan masih bekerja, dan langsung saya bantu daftarkan begitu mendengar adanya program ini,” kata Tetty.
Sejak diberlakukannya status darurat nasional pada 13 Maret 2020 oleh Presiden Donald Trump, sebagian besar negara bagian di AS termasuk ibu kota Washington D.C. telah menerapkan perintah eksekutif “Stay At Home” sebagai upaya pencegahan penyebaran pandemi COVID-19.
Perintah ini mengharuskan semua warga untuk tinggal di rumah kecuali untuk keperluan yang sangat penting dan terbatas. Salah satu dampaknya, ruang gerak para lansia pun menjadi semakin terbatas, karena terdapat kekhawatiran mengenai kemungkinan tertular dan terkena dampak kesehatan akut COVID-19.
Dalam konteks yang lebih luas, guna memastikan penanganan yang terpadu dan komprehensif terkait dampak pandemi virus korona terutama bagi para WNI di AS, KBRI Washington D.C. juga terus berkoordinasi dengan seluruh perwakilan RI di Amerika Serikat, yang terdiri dari 5 Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Chicago, Houston, Los Angeles, New York, dan San Fransisco, serta Perutusan Tetap RI (PTRI) untuk PBB di New York.
Untuk itu, telah disediakan nomor-nomor layanan darurat/hotline yang dapat dihubungi setiap saat bila Warga Negara Indonesia memerlukan bantuan, khususnya dalam situasi darurat/mendesak.
Baca juga: WNI di AS diimbau tidak pulang ke Indonesia di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Trump: Minggu depan akan banyak yang meninggal di AS
Baca juga: AS masuki pekan tersulit, tersedih selama krisis virus corona
Kegiatan yang dibantu oleh simpul-simpul komunitas, mahasiswa, dan diaspora Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan tersebut akan memantau para lansia yang sebelumnya telah mendaftarkan diri melalui surel maupun nomor hotline KBRI Washington D.C. melalui pendataan suhu tubuh secara berkala yang dilaksanakan sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu pukul 09.00 pagi dan 19.00 sore.
“Data-data yang masuk baik lewat formulir daring, surel, pesan singkat, dan WhatsApp tersebut akan kami buat database sebarannya, dijaga kerahasiaannya, dan dipantau langsung oleh para dokter dan tenaga medis diaspora Indonesia yang tergabung dalam Program Pos Kesehatan KBRI Washington D.C.," kata Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler Theodorus S. Nugroho yang juga bertindak sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan COVID-19 KBRI Washington D.C. dalam keterangan tertulis, Senin.
Menyadari kelangkaan alat ukur suhu tubuh yang juga menjadi salah satu barang yang paling dicari di AS saat ini, KBRI Washington D.C. juga akan membantu dan mengkoordinasi penyediaan alat tersebut.
“Bagi para lansia yang belum mempunyai termometer, untuk tahap pertama ini, KBRI akan membantu penyediaan sekitar 50 buah dikarenakan keterbatasan ketersediaan barang saat ini,” ujar Theodorus.
Selain sebagai langkah deteksi dini dan upaya-upaya antisipasi perlindungan, kegiatan ini dimaksudkan juga untuk mempererat komunikasi dan koordinasi komunitas WNI dan diaspora Indonesia.
“Kegiatan ini memiliki semangat dan cakupan yang cukup komprehensif. Selain sebagai wujud nyata kehadiran negara dalam situasi yang tidak mudah ini, langkah kolektif ini juga adalah bentuk upaya untuk terus meningkatkan komunikasi, koordinasi dan kekompakan, serta solidaritas dan kepedulian, karena inilah saatnya kita saling bahu membahu, bersatu padu, bergotong royong, dan saling tolong-menolong,” tutur Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Washington D.C. Iwan Freddy Hari Susanto.
Kegiatan yang merupakan bagian dari program Pos Kesehatan KBRI Washington D.C. ini mendapatkan sambutan yang sangat baik dari masyarakat Indonesia di Washington D.C. dan sekitarnya.
Salah satunya adalah Uyung Asikin, WNI sekaligus tokoh/sesepuh masyarakat Indonesia yang berdomisili di Silver Spring, Maryland.
“Sangat bermanfaat sekali. Apalagi dengan diberlakukannya perintah untuk tetap tinggal di rumah oleh pemerintah setempat dan keterbatasan akses sebagian masyarakat terhadap dukungan medis, ini merupakan solusi praktis sekaligus dukungan moral serta psikologis yang sangat besar. Kami merasa tenang karena yakin bahwa kami tidak sendirian,” ujarnya ketika dihubungi lewat telepon.
Warga lainnya, Tetty, yang bertempat tinggal di Virginia, ikut senang dengan adanya perhatian khusus dari KBRI untuk masyarakat Indonesia lanjut usia di tengah wabah virus corona.
“Bagus sekali program ini. Saya kebetulan punya kenalan salah satu WNI perempuan yang berusia lanjut, 70 tahun, masih sehat dan masih bekerja, dan langsung saya bantu daftarkan begitu mendengar adanya program ini,” kata Tetty.
Sejak diberlakukannya status darurat nasional pada 13 Maret 2020 oleh Presiden Donald Trump, sebagian besar negara bagian di AS termasuk ibu kota Washington D.C. telah menerapkan perintah eksekutif “Stay At Home” sebagai upaya pencegahan penyebaran pandemi COVID-19.
Perintah ini mengharuskan semua warga untuk tinggal di rumah kecuali untuk keperluan yang sangat penting dan terbatas. Salah satu dampaknya, ruang gerak para lansia pun menjadi semakin terbatas, karena terdapat kekhawatiran mengenai kemungkinan tertular dan terkena dampak kesehatan akut COVID-19.
Dalam konteks yang lebih luas, guna memastikan penanganan yang terpadu dan komprehensif terkait dampak pandemi virus korona terutama bagi para WNI di AS, KBRI Washington D.C. juga terus berkoordinasi dengan seluruh perwakilan RI di Amerika Serikat, yang terdiri dari 5 Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Chicago, Houston, Los Angeles, New York, dan San Fransisco, serta Perutusan Tetap RI (PTRI) untuk PBB di New York.
Untuk itu, telah disediakan nomor-nomor layanan darurat/hotline yang dapat dihubungi setiap saat bila Warga Negara Indonesia memerlukan bantuan, khususnya dalam situasi darurat/mendesak.
Baca juga: WNI di AS diimbau tidak pulang ke Indonesia di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Trump: Minggu depan akan banyak yang meninggal di AS
Baca juga: AS masuki pekan tersulit, tersedih selama krisis virus corona
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020
Tags: