Jakarta (ANTARA) - Serikat pesepak bola dunia, FIFPro, mengingatkan kembali bahwa banyak pesepak bola profesional di dunia yang tak bisa memenuhi kebutuhan hidup jika gajinya dipotong karena krisis ekonomi dampak pandemi virus corona.

Liga Premier baru saja mengumumkan kesepakatan seluruh klub soal rencana pemotongan gaji hingga 30 persen, tetapi Sekretaris Jenderal FIFPro Johan Baer-Hoffmann menegaskan hal itu tidak bisa dipukul rata ke belahan dunia lainnya.

Baca juga: Gaji pemain Liga Premier bakal dipotong hingga 30 persen
Baca juga: FIFPro desak musim dirampungkan ketimbang dibatalkan


"Sebagian besar pemain bola sama seperti pekerja pada umumnya, tak memungkinkan gaji mereka dipotong," kata Baer-Hoffmann kepada Reuters, Jumat dini hari WIB.

"Pendapatan mereka tidak seperti yang diperkirakan oleh banyak orang," ujarnya menambahkan.

Di Inggris, para pemain Liga Premier setiap pekannya menerima gaji berkali-kali lipat dibandingkan yang diperoleh pekerja pada umumnya dalam setahun.

Tetapi hal itu tidak berlaku sama di liga-liga di negara lain, sebab menurut Baer-Hoffmann kebanyakan pesepak bola profesional hanya memperoleh di angka rata-rata penghasilan nasional negara tempat mereka bermain.

"Mereka dibayar jauh lebih kecil, mungkin di kisaran rata-rata pendapatan nasional. Gaji minim terjadi di seluruh belahan dunia dan bagi mereka pemotongan gaji bisa berdampak besar untuk pengeluaran ongkos kontrakan ataupun belanja harian," katanya.

"Di Italia misalnya, keuangan Juventus berbeda jauh dibandingkan tim-tim penghuni zona degradasi," ujar Baer-Hoffmann melengkapi.

Baca juga: Tidak ada kompetisi, pemain dan staf Juve sepakat untuk potong gaji
Baca juga: Lionel Messi dan skuat Barcelona sepakat potong gaji 70 persen


Baer-Hoffmann sebelumnya menyuarakan sikap FIFPro yang mendesak agar musim berjalan dirampungkan demi menghindari dampak pendapatan bagi pemain dan karyawan pada umumnya.

Oleh karena itu, ia cukup kaget dengan keputusan Liga Pro Belgia yang merampungkan musim secara prematur kemarin.

"Kami tidak mendukung keputusan semacam itu, jika dilakukan ada konsekusensi besar. Itu bukan situasi menyenangkan bagi pemain, juga suporter," pungkasnya.

Kompetisi sepak bola di seluruh belahan dunia saat ini sebagian besar masih ditangguhkan karena kekhawatiran pandemi virus corona terus mengancam.

Liga Premier misalnya, memperpanjang penangguhan dan kini tanpa tenggat waktu yang jelas, setelah menilai tidak memungkinkan melanjutkan musim 2019/20 pada Mei seperti rencana sebelumnya.

Baca juga: Pemain MU donasikan 30 persen gaji kepada rumah sakit dan tenaga medis
Baca juga: Liga Premier kucurkan dana untuk klub divisi bawah dan petugas medis
Baca juga: Klub Liga Premier harus pilih, potong gaji atau tarif pajak naik