Harga minyak mentah Indonesia anjlok 22,38 dolar/barel
3 April 2020 15:17 WIB
Dokumentasi - Pekerja beraktivitas di sumur ekplorasi minyak bumi PT Saka Energi Indonesia di Blok Pangkah, Gresik, Jawa Timur, Jumat (31/8/2018). ANTARA FOTO/Moch Asim/hp/aa.
Jakarta (ANTARA) - Meluasnya wabah Virus Corona baru atau COVID-19 sebagai pandemi global terus menekan harga minyak dunia yang berdampak pada pergerakan harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) bulan Maret 2020 pada angka 34,23 dolar AS/barel.
"ICP Maret jadi 34,23 dolar AS/barel atau turun 22,38 dolar AS dari 56,61 dolar AS/barel pada Februari 2020," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi, Jumat.
Besaran ICP tersebut, imbuh Agung, tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 79.K/12/MEM/2019 tentang Penerapan Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Maret 2019 yang efektif mulai berlaku sejak 1 April 2020.
Agung menjelaskan penyebab utama dari penurunan ICP adalah penyebaran COVID-19 di sebagian besar negara-negara produksi minyak mentah sehingga mengakibatkan anjloknya penurunan produksi. "Travel restriction di sejumlah negara turut mengakibatkan permintaan minyak global jadi menurun drastis," ungkapnya.
International Energy Agency (IEA) melaporkan proyeksi permintaan minyak mentah global di tahun 2020 turun sebesar 1,1 juta barel per hari menjadi 99,90 juta barel per hari.
Baca juga: Minyak melonjak setelah Trump harapkan kesepakatan minyak Saudi-Rusia
Di sisi lain, IEA mengungkapkan adanya peningkatan stok minyak mentah AS pada bulan Maret 2020 sebesar 11,3 juta barel menjadi sebesar 455,4 juta barel dibandingkan bulan Februari 2020.
Sementara laporan OPEC menunjukkan proyeksi permintaan minyak mentah global di tahun 2020 turun sebesar 1 juta barel per hari menjadi 99,73 juta barel per hari.
OPEC melansir bahwa penurunan permintaan minyak di pasar internasional dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Pertumbuhan GDP dunia tahun 2020 sebesar 0,6 persen menjadi sebesar 2,4 persen akibat melemahnya perekonomian sejumlah negara maju dan dampak wabah COVID-19.
Faktor utama lain dari perubahan ICP Maret, jelas Agung, adalah keputusan Arab Saudi menurunkan harga jual minyak mentah mereka untuk merebut pangsa pasar dan berencana untuk meningkatkan produksi setelah Rusia menolak bergabung dalam rencana tambahan pemotongan produksi OPEC+. Hal ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar atas kondisi yang telah over supply.
Sedangkan menurut Tim Harga Minyak Indonesia, crude oil throughput kilang-kilang di Jepang berkurang sebesar 2,81 juta barel per hari dibandingkan kapasitas kilang sebesar 3,52 juta barel per hari di akhir bulan Maret 2020 jadi faktor penentu di kawasan Asia Pasifik.
Selain itu, kilang-kilang di Korea Selatan juga mengurangi konsumsi minyak mentah AS dan beralih ke minyak mentah Timur Tengah seiring berkurangnya spread WTI-Dubai serta diskon harga minyak mentah Timur Tengah.
Baca juga: Harga minyak jatuh usai stok AS melonjak dan permintaan BBM turun
Baca juga: Mengantisipasi anjloknya harga minyak di tengah wabah corona
"ICP Maret jadi 34,23 dolar AS/barel atau turun 22,38 dolar AS dari 56,61 dolar AS/barel pada Februari 2020," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi, Jumat.
Besaran ICP tersebut, imbuh Agung, tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 79.K/12/MEM/2019 tentang Penerapan Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Maret 2019 yang efektif mulai berlaku sejak 1 April 2020.
Agung menjelaskan penyebab utama dari penurunan ICP adalah penyebaran COVID-19 di sebagian besar negara-negara produksi minyak mentah sehingga mengakibatkan anjloknya penurunan produksi. "Travel restriction di sejumlah negara turut mengakibatkan permintaan minyak global jadi menurun drastis," ungkapnya.
International Energy Agency (IEA) melaporkan proyeksi permintaan minyak mentah global di tahun 2020 turun sebesar 1,1 juta barel per hari menjadi 99,90 juta barel per hari.
Baca juga: Minyak melonjak setelah Trump harapkan kesepakatan minyak Saudi-Rusia
Di sisi lain, IEA mengungkapkan adanya peningkatan stok minyak mentah AS pada bulan Maret 2020 sebesar 11,3 juta barel menjadi sebesar 455,4 juta barel dibandingkan bulan Februari 2020.
Sementara laporan OPEC menunjukkan proyeksi permintaan minyak mentah global di tahun 2020 turun sebesar 1 juta barel per hari menjadi 99,73 juta barel per hari.
OPEC melansir bahwa penurunan permintaan minyak di pasar internasional dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Pertumbuhan GDP dunia tahun 2020 sebesar 0,6 persen menjadi sebesar 2,4 persen akibat melemahnya perekonomian sejumlah negara maju dan dampak wabah COVID-19.
Faktor utama lain dari perubahan ICP Maret, jelas Agung, adalah keputusan Arab Saudi menurunkan harga jual minyak mentah mereka untuk merebut pangsa pasar dan berencana untuk meningkatkan produksi setelah Rusia menolak bergabung dalam rencana tambahan pemotongan produksi OPEC+. Hal ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar atas kondisi yang telah over supply.
Sedangkan menurut Tim Harga Minyak Indonesia, crude oil throughput kilang-kilang di Jepang berkurang sebesar 2,81 juta barel per hari dibandingkan kapasitas kilang sebesar 3,52 juta barel per hari di akhir bulan Maret 2020 jadi faktor penentu di kawasan Asia Pasifik.
Selain itu, kilang-kilang di Korea Selatan juga mengurangi konsumsi minyak mentah AS dan beralih ke minyak mentah Timur Tengah seiring berkurangnya spread WTI-Dubai serta diskon harga minyak mentah Timur Tengah.
Baca juga: Harga minyak jatuh usai stok AS melonjak dan permintaan BBM turun
Baca juga: Mengantisipasi anjloknya harga minyak di tengah wabah corona
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: