Wujudkan transformasi bisnis, Pupuk Indonesia bangun pabrik NPK baru
3 April 2020 10:05 WIB
Ilustrasi. Sejumlah warga antre saat pembelian pupuk pada Pasar Murah Pupuk Non Subsidi di Gudang Penyimpanan Pupuk (GPP) Pusri Palembang di Ceper, Klaten, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/ama.
Jakarta (ANTARA) - PT Pupuk Indonesia (Persero) sebagai Holding BUMN Pupuk berupaya mewujudkan transformasi bisnis dengan membangun sejumlah pabrik pupuk NPK baru sebagai langkah untuk lebih fokus pada produk non urea.
"Ke depan kami juga semakin fokus kepada bisnis-bisnis anak perusahaan yang bergerak di bidang non pupuk sehingga dapat lebih berkontribusi terhadap kinerja holding," kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat di Jakarta, Jumat.
Aas menjelaskan bahwa sejak 2018, Pupuk Indonesia telah mencanangkan program transformasi bisnis sebagai upaya bersiap diri menghadapi persaingan di masa mendatang dengan operasional yang lebih efisien, diversifikasi produk serta sinergitas Pupuk Indonesia Grup.
Ada pun proyek ini telah ditandai dengan pembangunan pabrik NPK Fusion II di PT Pusri Palembang dan Pabrik NPK Chemical di PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).
Perkembangan terbarunya, PT Pusri Palembang, telah mengoperasikan Pabrik NPK Fusion II dengan kapasitas produksi sebesar 2 x 100.000 Metric Ton Per Year (MTPY). Pabrik tersebut telah selesai pembangunannya dan dilakukan serah terima pabrik pada Februari 2020.
Sementara Pabrik NPK Chemical di PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang memiliki kapasitas 500.000 MTPY tersebut ditargetkan dapat rampung pada pertengahan tahun 2021.
Pabrik NPK Fusion II ini dibangun sebagai upaya diversifikasi usaha produk pupuk majemuk yang mengandung unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Beroperasinya pabrik ini diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar (market share), mengingat makin tingginya tren permintaan pasar dalam negeri dan ekspor.
"Kehadiran pabrik NPK Fusion II ini juga sejalan dengan program kerja Pupuk Indonesia untuk lebih fokus pada lini produk pupuk majemuk yang telah terbukti memiliki produktivitas lebih dibanding pupuk tunggal dan juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku gas," kata Aas.
Kepala Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana menambahkan bahwa fokus perusahaan pada pengembangan non urea, seperti NPK, adalah untuk melakukan diversifikasi terhadap produk selain urea.
"Urea itu kalau melihatnya dunia, sudah banyak sekali atau 'over supply', sehingga pengembangan perusahaan ke depan tidak mungkin ke urea lagi, salah satunya ke NPK," tambah Wijaya.
Baca juga: Sepanjang 2019, Pupuk Indonesia catatkan pendapatan Rp71,25 triliun
Baca juga: Pupuk Indonesia: Penyaluran pupuk bersubsidi capai 2 juta ton
"Ke depan kami juga semakin fokus kepada bisnis-bisnis anak perusahaan yang bergerak di bidang non pupuk sehingga dapat lebih berkontribusi terhadap kinerja holding," kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat di Jakarta, Jumat.
Aas menjelaskan bahwa sejak 2018, Pupuk Indonesia telah mencanangkan program transformasi bisnis sebagai upaya bersiap diri menghadapi persaingan di masa mendatang dengan operasional yang lebih efisien, diversifikasi produk serta sinergitas Pupuk Indonesia Grup.
Ada pun proyek ini telah ditandai dengan pembangunan pabrik NPK Fusion II di PT Pusri Palembang dan Pabrik NPK Chemical di PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).
Perkembangan terbarunya, PT Pusri Palembang, telah mengoperasikan Pabrik NPK Fusion II dengan kapasitas produksi sebesar 2 x 100.000 Metric Ton Per Year (MTPY). Pabrik tersebut telah selesai pembangunannya dan dilakukan serah terima pabrik pada Februari 2020.
Sementara Pabrik NPK Chemical di PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang memiliki kapasitas 500.000 MTPY tersebut ditargetkan dapat rampung pada pertengahan tahun 2021.
Pabrik NPK Fusion II ini dibangun sebagai upaya diversifikasi usaha produk pupuk majemuk yang mengandung unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Beroperasinya pabrik ini diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar (market share), mengingat makin tingginya tren permintaan pasar dalam negeri dan ekspor.
"Kehadiran pabrik NPK Fusion II ini juga sejalan dengan program kerja Pupuk Indonesia untuk lebih fokus pada lini produk pupuk majemuk yang telah terbukti memiliki produktivitas lebih dibanding pupuk tunggal dan juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku gas," kata Aas.
Kepala Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana menambahkan bahwa fokus perusahaan pada pengembangan non urea, seperti NPK, adalah untuk melakukan diversifikasi terhadap produk selain urea.
"Urea itu kalau melihatnya dunia, sudah banyak sekali atau 'over supply', sehingga pengembangan perusahaan ke depan tidak mungkin ke urea lagi, salah satunya ke NPK," tambah Wijaya.
Baca juga: Sepanjang 2019, Pupuk Indonesia catatkan pendapatan Rp71,25 triliun
Baca juga: Pupuk Indonesia: Penyaluran pupuk bersubsidi capai 2 juta ton
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: