Wantim MUI terkait COVID-19: Setiap jiwa sangat berarti
2 April 2020 12:53 WIB
Dokumentasi - Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Didin Hafidhuddin usai menghadiri Rapat Pleno ke-34 Dewan Pertimbangan MUI di Jakarta, Rabu (18/9/2019). ANTARA/Anom Prihantoro
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia KH Didin Hafidhuddin mengajak setiap pihak tidak menyepelekan penyakit COVID-19 meski jumlah korban meninggal tidak signifikan karena setiap jiwa dalam pandangan Islam sangat berarti.
"Menyelamatkan jiwa itu yang utama. Meski korban ratusan tidak boleh dianggap kecil. Karena dalam Islam, menghidupkan satu jiwa sama menghidupkan manusia seluruhnya, membunuh satu itu sama dengan membunuh seluruhnya," kata Didin melalui telekonferensi yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Untuk itu, dia mengatakan setiap pihak harus berkonsolidasi sehingga kemitraan memerangi COVID-19 dapat berjalan dengan baik. Perlu juga untuk menjaga jarak fisik satu sama lain guna memutus penularan virus SARS-CoV-2.
Baca juga: Din Syamsuddin: Jenazah COVID-19 bukan azab jadi jangan tolak
Baca juga: MUI: Warga butuh penjelasan soal penanganan jenazah pasien COVID-19
Baca juga: MUI Bekasi serukan shalat Jumat diganti dzuhur
Bagi umat Islam, telah ada ada Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-19. Dari fatwa itu mengajak masyarakat untuk menjaga jarak fisik. Khusus bagi umat Islam, agar tidak berjamaah di masjid sementara waktu sampai wabah corona usai.
"Agar melaksanakan Fatwa 14/2020. Shalat yang biasanya berjamaah di masjid ini tidak dulu. Ini bukan meninggalkan masjid, karena jika begitu ini menyakitkan. Hanya tidak ke sana untuk sementara waktu," kata dia.
Didin mengatakan begitu berartinya setiap jiwa juga harus membuat umat ingat bahwa jenazah yang meninggal karena COVID-19 agar tidak ditolak di pemakaman.
"Soal penolakan penguburan ini, jenazah harus dihormati dengan baik. Jangan sampai ada penolakan seperti ini," kata dia.
Bagi pemerintah, Didin mendorong agar menggencarkan program-program mitigasi COVID-19 sehingga tidak semakin banyak korban berjatuhan, seperti pendanaan strategis untuk kalangan rentan. Pemerintah juga agar memblokade masuknya tenaga kerja asing untuk saat ini karena dapat menjadi pembawa virus SARS-CoV-2.
Tidak lupa, Didin mengingatkan meski saat ini sudah dilakukan banyak pengaturan jarak fisik tetapi harus juga tetap ada kepedulian bagi kaum rentan. Golongan lemah ini banyak tidak tertular COVID-19 tetapi terdampak secara ekonomi sehingga perlu uluran tangan dari kalangan mampu.*
Baca juga: MUI minta Jusuf Kalla agar bantu pemerintah mitigasi wabah COVID-19
Baca juga: Lakukan doa dan usaha beriringan untuk lewati wabah COVID-19, kata MUI
Baca juga: Hidayat Nur Wahid: Ikuti saran MUI, prioritaskan tangani COVID-19
"Menyelamatkan jiwa itu yang utama. Meski korban ratusan tidak boleh dianggap kecil. Karena dalam Islam, menghidupkan satu jiwa sama menghidupkan manusia seluruhnya, membunuh satu itu sama dengan membunuh seluruhnya," kata Didin melalui telekonferensi yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Untuk itu, dia mengatakan setiap pihak harus berkonsolidasi sehingga kemitraan memerangi COVID-19 dapat berjalan dengan baik. Perlu juga untuk menjaga jarak fisik satu sama lain guna memutus penularan virus SARS-CoV-2.
Baca juga: Din Syamsuddin: Jenazah COVID-19 bukan azab jadi jangan tolak
Baca juga: MUI: Warga butuh penjelasan soal penanganan jenazah pasien COVID-19
Baca juga: MUI Bekasi serukan shalat Jumat diganti dzuhur
Bagi umat Islam, telah ada ada Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-19. Dari fatwa itu mengajak masyarakat untuk menjaga jarak fisik. Khusus bagi umat Islam, agar tidak berjamaah di masjid sementara waktu sampai wabah corona usai.
"Agar melaksanakan Fatwa 14/2020. Shalat yang biasanya berjamaah di masjid ini tidak dulu. Ini bukan meninggalkan masjid, karena jika begitu ini menyakitkan. Hanya tidak ke sana untuk sementara waktu," kata dia.
Didin mengatakan begitu berartinya setiap jiwa juga harus membuat umat ingat bahwa jenazah yang meninggal karena COVID-19 agar tidak ditolak di pemakaman.
"Soal penolakan penguburan ini, jenazah harus dihormati dengan baik. Jangan sampai ada penolakan seperti ini," kata dia.
Bagi pemerintah, Didin mendorong agar menggencarkan program-program mitigasi COVID-19 sehingga tidak semakin banyak korban berjatuhan, seperti pendanaan strategis untuk kalangan rentan. Pemerintah juga agar memblokade masuknya tenaga kerja asing untuk saat ini karena dapat menjadi pembawa virus SARS-CoV-2.
Tidak lupa, Didin mengingatkan meski saat ini sudah dilakukan banyak pengaturan jarak fisik tetapi harus juga tetap ada kepedulian bagi kaum rentan. Golongan lemah ini banyak tidak tertular COVID-19 tetapi terdampak secara ekonomi sehingga perlu uluran tangan dari kalangan mampu.*
Baca juga: MUI minta Jusuf Kalla agar bantu pemerintah mitigasi wabah COVID-19
Baca juga: Lakukan doa dan usaha beriringan untuk lewati wabah COVID-19, kata MUI
Baca juga: Hidayat Nur Wahid: Ikuti saran MUI, prioritaskan tangani COVID-19
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: