Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan akan melakukan revisi terhadap pertumbuhan kredit mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang melambat akibat wabah COVID-19.

"Kalau untuk pertumbuhan kredit kami pasti akan ada revisi ke depan, tidak mungkin dengan kondisi saat ini, pastinya akan ada revisi," ujar Royke di Jakarta, Rabu.

Namun, menurut Dirut Mandiri itu, hal ini bukan berarti pihaknya tidak melakukan ekspansi. Bank Mandiri pasti akan melakukan ekspansi secara selektif pada momen-momen tertentu.

Baca juga: Cegah penyebaran Corona, Bank Mandiri naikkan limit transfer online

Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia berpotensi hanya tumbuh 2,3 persen atau dengan skenario terburuk akan terkontraksi hingga 0,4 persen akibat wabah virus corona atau COVID-19.

Sri Mulyani menyatakan wabah virus corona menyebabkan kegiatan ekonomi menurun serta menekan kegiatan lembaga keuangan sehingga berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi jauh dari target APBN 2020 yakni 5,3 persen.

Sri Mulyani menjelaskan menurunnya kegiatan ekonomi membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga menurun di level 3,22 persen untuk skenario berat dan 1,6 persen pada skenario terberat dengan target dalam APBN 2020 mencapai 5 persen.

Kemudian, Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) juga diperkirakan terkontraksi 1,78 persen pada skenario berat dan minus 1,91 persen.

Baca juga: Pemerintah beri penundaan bayar cicilan KUR selama enam bulan

Sementara itu, untuk konsumsi pemerintah hanya diperkirakan tumbuh 6,83 persen untuk skenario berat dan 3,73 persen skenario terberat dengan target dalam APBN 2020 sebesar 4,3 persen.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan sebagai fondasi dalam menjamin kesehatan masyarakat, menyelamatkan perekonomian, dan stabilitas keuangan.

Perppu itu lahir salah satunya untuk merespons pandemi COVID-19 di mana saat ini sebanyak 202 negara termasuk Indonesia sedang menghadapi tantangan berat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Pandemi COVID-19 kata Presiden, bukan hanya membawa masalah kesehatan masyarakat tapi juga membawa implikasi ekonomi yang sangat luas.

Baca juga: Presiden tekankan relaksasi kredit berjalan efektif April 2020

Total anggaran tersebut akan dialokasikan Rp75 triliun untuk belanja bidang kesehatan, Rp110 triliun untuk perlindungan sosial, Rp70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat, dan Rp150 triliun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional termasuk restrukturisasi kredit dan penjaminan dan pembiayaan dunia usaha khususnya UMKM.