Jakarta (ANTARA) - Psikolog Dompet Dhuafa Maya Sita mengatakan wajar bagi masyarakat untuk mengalami psikosomatis, yaitu gangguan kesehatan fisik akibat tekanan secara psikologis, di tengah wabah COVID-19 yang menelan semakin banyak korban jiwa di Indonesia.

"Wajar hal ini mendatangkan kecemasan," kata dia melalui sambungan telepon dengan ANTARA di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan di tengah wabah COVID-19 yang telah menjangkiti banyak orang di Indonesia, bahkan menjadi ancaman di seluruh dunia, wajar bagi masyarakat untuk mengalami kecemasan dan merasa khawatir.

Tekanan psikologi tersebut dapat lebih lanjut memengaruhi kondisi fisik dan berdampak terhadap penurunan imun tubuh.

Baca juga: Psikolog RSUP Sanglah buka konseling kesehatan mental saat COVID-19

Dalam kondisi tersebut, seseorang dapat merasa seolah kurang sehat dan gejala yang muncul dapat menyerupai gejala sakit seperti yang dikhawatirkan, seperti flu, batuk, demam, mual, sakit kepala dan lain-lain.

Manusia, kata dia, secara alami akan memberikan respons pada saat menghadapi tekanan atau situasi yang tidak nyaman dan mengancam.

"Responsnya bisa berupa 'lari' atau 'lawan'," ujarnya.

Respons tersebut dimunculkan untuk mengembalikan rasa aman, dan dalam memberikan respons tersebut pikiran dan tubuh akan saling terkoneksi.

"Sesuatu yang mengancam membuat emosi menjadi tertekan dan secara biologis produksi adrenalin akan meningkat," katanya.

Dalam kondisi seperti itu, kata dia lebih lanjut, jantung akan berdebar-debar, timbul rasa pusing, demam, alergi dan batuk-batuk, yang tampilan reaksinya secara fisik dapat menyerupai gejala COVID-19. Padahal sumber awal dari respons fisik yang ditampilkannya berasal dari kekhawatiran berlebih yang dimilikinya.

"Saat kesehatan fisik kita terganggu dengan penyebab karena adanya gangguan pada kondisi mental atau psikis itulah yang kita sebut sebagai psikosomatis," katanya.

Di tengah ketidakpastian kapan wabah akan berakhir dan banyaknya informasi negatif yang mudah tersebar dan mudah diakses, maka kekhawatiran mudah muncul sehingga gangguan psikosomatis dapat dialami oleh banyak orang.

Karena sumber psikosomatis adalah kondisi emosi yang tidak stabil, maka untuk membedakannya dengan gejala sakit akibat penyakit adalah pada gejala awal yang muncul dan durasi waktunya.

Pada sakit yang disebabkan oleh gangguan psikosomatis diawali dengan adanya rasa cemas yang berlebih dalam waktu yang lama.

Rasa cemas dan gejala sakit yang menyertai itu akan hilang dengan sendirinya saat ancaman berakhir.

Namun, jika sakit terus berlanjut meski ancaman sudah tidak ada, kondisi tersebut dapat disebabkan oleh gejala sakit yang disebabkan oleh penyakit. Pada situasi tersebut, seseorang yang mengalami gejala sakit itu dapat memeriksakan diri ke dokter untuk ditangani secara medis.

Baca juga: Psikolog: Berfikir sehat dan hindari kecemasan berandil melawan corona