Yogyakarta (ANTARA) - Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sistem COVID-19 Tracing dan People Mobile Analysis yang mampu melacak individu yang teridentifikasi sebagai positif, PDP, atau ODP COVID-19 berdasarkan data sejarah pergerakan telepon pelanggan seluler.

Pengembangan sistem itu dilakukan bersama dengan Kemenkes RI, Indosat Ooredoo, PT Global Data Inspirasi (Datains), dan PT Gamatechno.

"Rencananya awal April sistem big data ini sudah bisa digunakan oleh yang berwenang, baik di tingkat pusat maupun daerah," kata Direktur Sistem dan Sumber Daya Informasi UGM Widyawan melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Widyawan, sistem COVID-19 Tracing itu bekerja dengan cara mencari nomor telepon orang-orang dengan jarak tertentu dari pergerakan posisi telepon pasien.

Ia menjelaskan data sejarah pergerakan telepon pelanggan seluler yang diolah adalah data posisi keluaran dari algoritma triangulasi yang akurasinya cukup bisa diandalkan. Jauh lebih baik dari data posisi berbasis lokasi menara telepon seluler atau biasa disebut BTS (base transceiver station).

"Sistem ini tetap menjaga privacy dari pemilik nomor telepon karena informasi yang diolah hanya dapat diakses oleh instansi negara yang berwenang dalam situasi kedaruratan," kata dia.

Fitur kedua yang dikembangkan, yaitu People Mobility Analysis yang dapat memberikan informasi lebih luas berupa hasil analisis pergerakan orang-orang dari suatu daerah ke daerah lainnya. Analisis pergerakan ini dihasilkan dari identifikasi pergerakan semua pelanggan telepon seluler di suatu daerah ke daerah lainnya.

"Informasi penting ini dapat membantu Kemenkes dan Gugus Tugas COVID-19 dalam melakukan evaluasi dan menentukan kebijakan berikutnya, misalnya untuk melihat bagaimana pola penyebaran pandemi dari suatu zona merah ke daerah lain serta efektivitas karantina wilayah," kata dia.

Pembuatan sistem ini, kata Widyawan, bermula ketika pada 4 Maret 2020, UGM diundang diskusi oleh Menteri Kesehatan RI dalam rangka mencari solusi untuk menghentikan penyebaran COVID-19 di Indonesia. Diskusi tersebut menghasilkan sebuah konsep sistem yang akan dieksekusi oleh Indosat Oredoo beserta UGM dan Datains.

Pada Jumat (27/3), pilot version dari sistem tersebut sudah ditunjukkan kepada pihak Kemenkes dan mendapat sambutan positif. Menurut Widyawan, hal ini sesuai rencana dari pertemuan dengan Menkes, yakni pada minggu keempat bulan Maret.

Widyawan memaparkan dua sistem tadi diintegrasikan dengan platform aplikasi safety confirmation cared COVID-19. Pengintegrasian ini dilakukan agar sistem tersebut dapat memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dan memperkaya data yang dimiliki.

"Masyarakat yang mengunduh aplikasi tersebut dapat melakukan skrining mandiri (self screening) COVID-19. Berdasarkan hasil self screening tersebut, fasilitas kesehatan lokal dapat mengetahui kondisi masyarakat di sekitarnya, dan menindaklanjuti informasi itu ke satuan tugas COVID-19 di daerah tersebut," kata dia.