Jakarta (ANTARA) - Kendaraan otonom (swakemudi) bisa mengurangi perilaku orang mengemudi sambil mabuk, menurut sebuah studi Universitas Curtin, Perth, Australia.

Namun, penelitian itu juga menyebutkan bahwa mobil otonom akan menjadi salah satu alat mobilitas andalan bagi penumpang yang pulang seusai berpesta. Alasannya, fitur pada mobil swakemudi mengandalkan sensor dan GPS yang meminimalisir keterlibatan pengemudi atau penumpang, sehingga meminimalkan kecelakaan karena mengantuk atau mabuk.

"Dengan menghilangkan fungsi pengemudi, kendaraan otonom diharapkan secara substansial mengurangi tingkat mengemudi dalam keadaan mabuk," kata Leon Booth selaku peneliti Universitas Curtin, dilansir Economic Times, Senin.

Mengemudi sambil mabuk adalah salah satu penyebab kecelakaan lalu lintas fatal di dunia, sehingga hal itu menjadi perhatian para periset di dunia otomotif.

Penelitian itu menyebutkan bahwa kaum muda akan menjadi sosok sentral untuk mengubah perilaku mengemudi dalam keadaan mabuk.

Saat ini mobil swakemudi sudah tersedia di negara maju, namun penggunaannya masih terbatas. Menurut penelitian Curtin University, kendaraan otonom akan tersedia massal di seluruh dunia pada pertengahan 2020.

Simone Pettigrew, profesor psikologi Universitas Curtin dan George Institute Global Health, mengatakan, "Setelah kendaraan otonom tersedia, mereka dapat digunakan sebagai sarana untuk memfasilitasi konsumen alkohol di luar rumah dan masalah yang lebih sering terjadi. adalah mereka akan kebanyakan minum. "

Dia menambahkan, swakemudi akan menimbulkan tantangan kompleks bagi pembuat kebijakan di seluruh dunia.

Baca juga: Perusahaan teknologi "self-driving" menunda pengujian karena corona

Baca juga: Resmi bermitra dengan Momenta, Toyota kembangkan mobil otonom

Baca juga: Badan Keselamatan Jalan AS izinkan 5.000 mobil otonom Nuro beroperasi