Bandung (ANTARA) - Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat memeriksa cepat 160 anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dari enam kabupaten/kota di Parkir Barat Gedung Sate Bandung, Senin, setelah sehari sebelumnya melakukan test terhadap Klaster GBI Lembang.

Ke-160 anggota Hipmi itu merupakan peserta Musyawarah Daerah Hipmi di Kabupaten Karawang pada 9 Maret 2020 yang diduga menjadi salah satu klaster penyebaran COVID-19 di Jabar.

Para anggota Hipmi berasal dari Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung, wilayah Bekasi, serta Kabupaten Karawang dan mereka diperiksa dengan metode tes cepat.

Baca juga: Pemprov Jabar keluarkan maklumat untuk tidak mudik Lebaran 2020

Menurut Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat M Yudhi K, tes cepat dilakukan untuk memberikan kepastian pada anggota klaster Hipmi Karawang, termasuk ODP apakah terinfeksi COVID-19 atau tidak.

Hasil tes tidak diberikan pada perorangan tetapi kepada koordinator guna menghindari konsentrasi massa. “Jadi begitu diambil (darahnya) langsung mereka pulang, nanti diberitahukan via ketua organisasinya,” kata Yudhi.

Dalam tes cepat ini, ada lima tim yang diterjunkan masing- masing Dinas Kesehatan Provinsi Jabar dua tim, Rumah Sakit Kesehatan Kerja Provinsi Jawa Barat, dan Klinik Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat sebanyak tiga tim.

Menurut Yudhi, setelah klaster HIPMI ini, esok akan ada lagi tes cepat untuk orang - orang di lingkungan Pemda Provinsi Jabar yang kerjanya berisiko tinggi terpapar COVID-19 seperti Biro Humas dan Keprotokolan, Jabar Quick Response (JQR), serta mitra kerja dari Kelompok Kerja Wartawan Gedung Sate.

“Kemungkinan ada sekitar 200 orang yang akan mengikuti tes ini,” kata Yudhi.

Sementara itu, Ketua Umum DPD Hipmi Jawa Barat Surya Batara Kartika mengatakan tes serupa juga dilakukan di kabupaten/kota lainnya dan hasilnya menunjukkan negatif COVID-19.

“Hampir bisa dibilang seluruhnya negatif untuk anak-anak Hipmi-nya, baik yang junior dan senior,” kata Surya.

Baca juga: Disparbud Jabar susun kebijakan sektor pariwisata pasca COVID-19

Meski hasilnya negatif, Surya mengimbau rekan sejawatnya yang telah diperiksa tetap menjalankan Social Distancing/Physical Distancing, menjaga kesehatan, kebersihan dan kebugaran di dalam rumah.

Klaster GBI Lembang

Sehari sebelumnya Pemprov Jabar menggelar tes masif drive trough bagi orang dalam pemantauan (ODP) Klaster GBI Lembang Kabupaten Bandung Barat, di Kota Bandung.

Petugas Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Barat melakukan swab test dengan cara mengambil sampel dahak dan lendir tenggorokan hidung para ODP.

Menurut Penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat dr Ryan B Ristandi, Sp PK MMRS, yang menjadi target pemeriksaan adalah ODP yang menunjukkan gejala-gejala batuk, bersin dan demam.

“Target kami 40 orang, per orang rata-rata membutuhkan waktu 3 menit pemeriksaan,” ujarnya beberapa saat sebelum pemeriksaan, Minggu (29/3).

Menurut Ryan, sejauh ini sudah ada 17 pasien dalam pengawasan (PDP) berasal dari klaster ini dirawat di rumah sakit. Kepada 17 PDP itu, rumah sakit yang merawat melakukan swab test dan proses PCR (Polymerase Chain Reaction) dilakukan di Labkesda Jabar.

Kemudian, ada sekitar 800 orang yang memiliki kontak erat tapi tidak menampakkan gejala COVID-19. Kepada mereka, Labkesda Jabar dibantu alat dan SDM dari Dinas Kesehatan Kota Bandung akan memberlakukan tes cepat yang akan dilakukan secara bertahap di tempat yang sama.

Baca juga: Ridwan Kamil: Pemprov Jabar terus matangkan opsi lockdown wilayah

Menurut Ryan, swab test ini merupakan yang pertama kali diberlakukan kepada klaster GBI. Swab test atau PCR berbeda dengan rapid test. “Akurasi PCR sampai 100 persen,” kata dr Ryan.

Sesuai arahan Gubernur, swab test dilakukan untuk mengetahui epidemologi, pola penyakit dan peta persebaran COVID-19 di Jabar.

“Tujuan swab test ini kami ingin mengetahui epidemologi seperti pola penyakit dan peta persebarannya,” ujar dr Ryan.

Pemeriksaan dibuka tepat pukul 10.00 WIB. Setengah jam kemudian satu per satu kendaraan mulai berdatangan.

Setelah menunjukkan barcode kepada petugas keamanan di pintu gerbang depan, kendaraan diizinkan masuk ke area pemeriksaan dengan lima petugas labkes yang telah menunggu.

Petugas dengan alat pelindung diri (APD) maksimal langsung memeriksa para ODP melalui jendela mobil. Rata- rata satu mobil ada dua orang.

Terlebih dahulu petugas memeriksa suhu tubuh dengan thermo gun. Kemudian petugas memasukkan alat seperti cotton bud tapi lebih panjang, ke dalam lubang hidung lalu dikeluarkan kembali sebelum dimasukkan ke dalam tabung khusus. Setelah pemeriksaan selesai, mobil melaju ke gerbang keluar.

Baca juga: Untuk cegah COVID-19, Gorontalo Utara tolak pekerja asal Jabar-Sumsel

Sampel dahak tenggorokan dan hidung itu kemudian akan diperiksa di Labkesda, Jalan Sederhana, Kota Bandung yang memang telah memiliki sertifikat Bio Safety Laboratory 2 Plus yang berarti telah memiliki sistem keamanan tes virus terutama untuk petugas sesuai standar WHO.

”Kami juga memiliki Bio Safety Cabinet, lemari khusus yang semakin meningkatkan keamanan petugasnya,” kata dr Ryan.

Menurut Ryan, idealnya PCR hasilnya akan keluar minimal dalam lima jam. Labkesda sendiri saat ini memiliki kapasitas pemeriksaan 96 sampel per hari. Labkesda Jabar telah memeriksa empat klaster yang diduga menjadi pusat penyebaran COVID-19 baik melalui swab test maupun tes cepat.

“Idealnya hasil sudah keluar lima jam. Tapi sekarang sudah ada 300-an sampel yang mengantre. Jadi kamu harus memprioritaskan sampel mana yang harus duluan keluar hasilnya,” katanya.

Pada swab test klaster GBI, ada enam petugas Labkesda yang diturunkan terdiri dari satu dokter spesialis, analis senior, dan satu petugas administrasi.

Pemerikasaan sendiri berakhir sekitar pukul 13.00 WIB dan kuota 40 sampel terpenuhi. PCR dari klaster ini kemudian akan diserahkan ke Dinkes Jabar dan statusnya akan diumumkan oleh juru bicara resmi COVID-19 dan kanal https://pikobar.jabarprov.go.id.

Labkesda yang merupakan UPTD di bawah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sendiri saat ini memiliki 40-an tenaga medis dengan kualifikasi dua dokter spesialis, dua dokter umum, dan 40 analis yang bekerja di laboratorium.

Labkesda saat ini telah memiliki tiga alat PCR dengan proses ekstraksi dilakukan secara manual. Namun dalam waktu dekat, Labkesda akan mendapat tambahan alat PCR dua unit dan ekstraksi dua mesin.

“Selama ini bottleneck-nya saat ekstraksi karena masih manual. Tapi dengan ada bantuan mesin, proses akan lebih cepat,” kata dr Ryan.

Selama wabah COVID-19, para petugas Labkesda bekerja penuh dengan standar operasional prosedur seperti di rumah sakit. “Selama wabah ini kami bekerja sudah seperti di rumah sakit,” kata dr Ryan.

Ryan berpesan kepada masyarakat, agar tidak menganggap remeh virus ini dengan mematuhi segala anjuran pemerintah dalam hal ini Pemda Provinsi Jawa Barat, termasuk salah satunya dengan Social Distancing/Physical Distancing.

Kemudian masyarakat diimbau untuk senantiasa menjaga kesehatan, makan makanan gizi seimbang, istirahat cukup minimal tidur delapan jam, perbanyak minum air putih, olah raga teratur, serta asupan sinar matahari pagi.

“Jangan lupa bahagia. Karena kalau kita bahagia, imun kita meningkat,” kata dr Ryan.

Baca juga: DPRD soroti rencana bantuan uang tunai dampak COVID-19 di Jabar