Petrokimia Gresik ekspor 203 ribu ton pupuk ke India dan Meksiko
27 Maret 2020 17:18 WIB
Ilustrasi - Pekerja mengangkut pupuk untuk dikirim ke distributor dari gudang PT Petrokimia Gresik di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. (ANTARA Jatim/Asmaul Chusna)
Gresik, Jatim (ANTARA) - PT Petrokimia Gresik mengekspor 203 ribu ton pupuk ke India dan Meksiko secara bertahap selama sebulan ke depan, dengan rincian 125 ribu ton pupuk NPS dan 78 ribu ton pupuk Urea.
Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi di Gresik, Jumat mengatakan, sebanyak 125 ribu ton pupuk NPS itu akan diekspor ke India. Sedangkan pupuk Urea 45 ribu ton ke India dan 33 ribu ton ke Meksiko.
"Ini adalah kali pertama dalam sejarah Petrokimia Gresik mengekspor pupuk ke Meksiko. Sebelumnya, kami lebih banyak bermain di pasar regional Asia seperti India, Filipina, dan Sri Lanka," kata Rahmad, dalam keterangan tertulis.
Ia mengatakan, ekspor yang dilakukan perusahaannya membuktikan pandemi COVID-19 secara global, tidak mengganggu kinerja penjualan pupuk Petrokimia Gresik.
"Justr menjadi peluang, karena demand dari berbagai negara tetap tinggi, namun supply-nya berkurang karena negara penyuplai pupuk seperti China menghentikan ekspor akibat pandemi Covid-19," kata Rahmad kepada wartawan.
Ia mengaku, pemerintah saat ini terus mendorong industri nasional untuk melakukan upaya penguatan nilai tukar rupiah, salah satunya dengan melakukan ekspor.
Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu yang terus mendorong industri pupuk agar tak hanya memproduksi pupuk bersubsidi saja, tetapi juga berbagai jenis pupuk lainnya untuk pengembangan komoditas yang memenuhi kebutuhan pasar ekspor.
Rahmad optimistis, pada tahun 2020 Petrokimia Gresik akan kembali mencetak rekor penjualan ekspor, sebab perusahaan menargetkan ekspor pupuk komersil ZK, NPK, NPS, dan Urea sebanyak 435 ribu ton, atau 10 persen lebih besar dari catatan kinerja ekspor tertinggi sepanjang sejarah Petrokimia Gresik tahun 2019, yaitu 392 ribu ton.
"Kami berharap upaya ekspor ini juga dapat membantu pemerintah dalam menekan defisit neraca perdagangan," katanya.
Sementara itu, terkait pengiriman pupuk ekspor yang melibatkan banyak awak kapal asing, dia menegaskan Petrokimia Gresik telah menyusun dan menjalankan protokol pencegahan Covid-19, termasuk di seluruh pelabuhan Petrokimia Gresik.
Petrokimia Gresik rutin mengecek kesehatan awak kapal asing, pengawas bongkar muat, ship agent, dan personil lain yang berinteraksi dengan kapal yang bersandar di Pelabuhan Petrokimia Gresik sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19.
"Kami telah melakukan berbagai upaya pencegahan penularan Covid-19 dan dapat kami pastikan wabah ini tidak berpengaruh pada proses produksi, serta distribusi pupuk bersubsidi maupun penjualan pupuk komersial," katanya.
Rahmad menjamin bahwa ekspor pupuk ini sama sekali tidak akan mengganggu pasokan pupuk bersubsidi nasional.
Sebab dari 7,9 juta ton alokasi pupuk bersubsidi nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, Petrokimia bertanggung jawab atas penyaluran sekitar 4,1 juta ton (selebihnya akan disalurkan oleh produsen pupuk lain di bawah Pupuk Indonesia).
Sementara kapasitas produksi pabrik Petrokimia Gresik saat ini mencapai 8,9 juta ton per tahun, terdiri dari 3,9 juta ton produk non-pupuk dan 5 juta ton produk pupuk. Ditambah 1,5 juta ton pupuk organik yang diproduksi melalui Mitra Produksi Petroganik di berbagai daerah.
Baca juga: Mentan dorong Pupuk Indonesia produksi pupuk untuk komoditas ekspor
Baca juga: Petrokimia kembali penetrasi pasar pupuk ke India
Baca juga: Pupuk Indonesia bidik ekspor 1,9 juta ton pupuk di 2019
Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi di Gresik, Jumat mengatakan, sebanyak 125 ribu ton pupuk NPS itu akan diekspor ke India. Sedangkan pupuk Urea 45 ribu ton ke India dan 33 ribu ton ke Meksiko.
"Ini adalah kali pertama dalam sejarah Petrokimia Gresik mengekspor pupuk ke Meksiko. Sebelumnya, kami lebih banyak bermain di pasar regional Asia seperti India, Filipina, dan Sri Lanka," kata Rahmad, dalam keterangan tertulis.
Ia mengatakan, ekspor yang dilakukan perusahaannya membuktikan pandemi COVID-19 secara global, tidak mengganggu kinerja penjualan pupuk Petrokimia Gresik.
"Justr menjadi peluang, karena demand dari berbagai negara tetap tinggi, namun supply-nya berkurang karena negara penyuplai pupuk seperti China menghentikan ekspor akibat pandemi Covid-19," kata Rahmad kepada wartawan.
Ia mengaku, pemerintah saat ini terus mendorong industri nasional untuk melakukan upaya penguatan nilai tukar rupiah, salah satunya dengan melakukan ekspor.
Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu yang terus mendorong industri pupuk agar tak hanya memproduksi pupuk bersubsidi saja, tetapi juga berbagai jenis pupuk lainnya untuk pengembangan komoditas yang memenuhi kebutuhan pasar ekspor.
Rahmad optimistis, pada tahun 2020 Petrokimia Gresik akan kembali mencetak rekor penjualan ekspor, sebab perusahaan menargetkan ekspor pupuk komersil ZK, NPK, NPS, dan Urea sebanyak 435 ribu ton, atau 10 persen lebih besar dari catatan kinerja ekspor tertinggi sepanjang sejarah Petrokimia Gresik tahun 2019, yaitu 392 ribu ton.
"Kami berharap upaya ekspor ini juga dapat membantu pemerintah dalam menekan defisit neraca perdagangan," katanya.
Sementara itu, terkait pengiriman pupuk ekspor yang melibatkan banyak awak kapal asing, dia menegaskan Petrokimia Gresik telah menyusun dan menjalankan protokol pencegahan Covid-19, termasuk di seluruh pelabuhan Petrokimia Gresik.
Petrokimia Gresik rutin mengecek kesehatan awak kapal asing, pengawas bongkar muat, ship agent, dan personil lain yang berinteraksi dengan kapal yang bersandar di Pelabuhan Petrokimia Gresik sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19.
"Kami telah melakukan berbagai upaya pencegahan penularan Covid-19 dan dapat kami pastikan wabah ini tidak berpengaruh pada proses produksi, serta distribusi pupuk bersubsidi maupun penjualan pupuk komersial," katanya.
Rahmad menjamin bahwa ekspor pupuk ini sama sekali tidak akan mengganggu pasokan pupuk bersubsidi nasional.
Sebab dari 7,9 juta ton alokasi pupuk bersubsidi nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, Petrokimia bertanggung jawab atas penyaluran sekitar 4,1 juta ton (selebihnya akan disalurkan oleh produsen pupuk lain di bawah Pupuk Indonesia).
Sementara kapasitas produksi pabrik Petrokimia Gresik saat ini mencapai 8,9 juta ton per tahun, terdiri dari 3,9 juta ton produk non-pupuk dan 5 juta ton produk pupuk. Ditambah 1,5 juta ton pupuk organik yang diproduksi melalui Mitra Produksi Petroganik di berbagai daerah.
Baca juga: Mentan dorong Pupuk Indonesia produksi pupuk untuk komoditas ekspor
Baca juga: Petrokimia kembali penetrasi pasar pupuk ke India
Baca juga: Pupuk Indonesia bidik ekspor 1,9 juta ton pupuk di 2019
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: