Cegah COVID-19, UI kembangkan alat disinfektan sinar ultra violet
27 Maret 2020 15:00 WIB
Dua prototipe alat untuk membunuh sumber penyakit berupa virus dan bakteri dengan sinar ultraviolet (UV) yang dikembangkan tim peneliti Universitas Indonesia (UI). (FOTO ANTARA/HO-Humas UI)
Depok (ANTARA) - Tim Peneliti Universitas Indonesia (UI) dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UI) mengembangkan dua prototipe alat untuk membunuh sumber penyakit berupa virus dan bakteri dengan sinar ultraviolet (UV) sebagai upaya pencegahan virus COVID-19.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris dalam keterangan di Depok, Jumat menjelaskan bahwa penanganan wabah COVID-19 adalah tanggung jawab bersama seluruh anak bangsa.
Kedua alat tersebut yaitu alat yang dipegang di tangan (hand held sterilizer) dan alat yang ditempel di dinding (room sterilizer) yang khusus dirancang untuk keperluan medis.
"Alat ini akan sangat membantu rumah sakit yang saat ini kewalahan mendapatkan alat bantu disinfektan akibat kelangkaan maupun karena melambungnya harga disinfektan cair di tengah wabah virus COVID-19," katanya.
Dengan kondisi tersebut, kata dia, pihaknya berupaya mengerahkan tim ahli dan peneliti di lingkungan UI untuk bersama-sama mengembangkan instrumen yang bisa membantu tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya di tengah wabah yang melanda berbagai daerah di Indonesia dan sudah menelan korban jiwa yang tidak sedikit.
Dikatakannya bahwa instrumen disinfektan menggunakan sinar UV ini dikembangkan oleh peneliti FMIPA UI serta menggandeng peneliti lainnya dari Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) di bawah koordinasi Direktorat Inovasi UI dan Science Techno Park UI.
"Saat ini tengah disiapkan enam unit prototipe dan kedua alat tersebut akan diuji coba di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)," katanya.
Menurut dia pengembangan prototipe instrumen oleh tim peneliti UI ini merujuk kepada hasil penelitian tentang efektivitas gelombang UV C yang mampu membunuh spora, bakteri, beragam tipe jamur, cendawan, protozoa, dan beberapa tipe virus lainnya.
Penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa sinar ultraviolet C dengan panjang gelombang 254 nanometer (nm) dapat membunuh bacillus anthracis (bakteri anthrax), e-coli (penyebab infeksi saluran pencernaan), dan difteri. Sinar UV C juga dapat membunuh virus seperti adenovirus (penyebab demam, radang tenggorokan, bronchitis dan pneumonia), virus hepatitis A, dan polio.
Uji coba prototipe instrumen ini akan digunakan untuk keperluan disinfektan alat-alat medis dan ruangan yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan, terutama bagi pasien COVID-19. Kedua prototipe ini dirancang untuk dapat dimanfaatkan secara aman oleh institusi kesehatan dan fasilitas umum lainnya.
"Pemakaian alat ini harus bersamaan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan kaca mata pelindung," katanya.
Di tengah pandemi COVID-19, instrumen ini diharapkan dapat membantu tenaga medis dan petugas kesehatan dalam aktivitas pemberantasan COVID-19. Namun sampai saat ini instrument ini belum diproduksi massal.
Tim peneliti UI yang telah mengembangkan alat ini mengajak semua pihak ikut berpartisipasi membantu memproduksi massal instrument ini sehingga bisa dimanfaatkan oleh semua institusi pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.
"Partisipasi semua pihak akan sangat membantu pemerintah dalam memerangi epidemi yang mengancam semua eleman bangsa. Diharapkan, prototipe yang telah dihasilkan tim peneliti UI ini dapat meningkatkan jumlah produk kesehatan yang dapat diproduksi di dalam negeri," demikian Abdul Haris.
Baca juga: Tim ahli dan peneliti gabungan UI kembangkan peta sebaran COVID-19
Baca juga: Guru besar epidemiologi meninggal dunia, UI tunggu hasil laboratorium
Baca juga: Peneliti UI kembangkan propolis alternatif pengobatan COVID-19
Baca juga: Cairan pembersih tangan di stasiun, gratis dari Fakultas Farmasi UI
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris dalam keterangan di Depok, Jumat menjelaskan bahwa penanganan wabah COVID-19 adalah tanggung jawab bersama seluruh anak bangsa.
Kedua alat tersebut yaitu alat yang dipegang di tangan (hand held sterilizer) dan alat yang ditempel di dinding (room sterilizer) yang khusus dirancang untuk keperluan medis.
"Alat ini akan sangat membantu rumah sakit yang saat ini kewalahan mendapatkan alat bantu disinfektan akibat kelangkaan maupun karena melambungnya harga disinfektan cair di tengah wabah virus COVID-19," katanya.
Dengan kondisi tersebut, kata dia, pihaknya berupaya mengerahkan tim ahli dan peneliti di lingkungan UI untuk bersama-sama mengembangkan instrumen yang bisa membantu tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya di tengah wabah yang melanda berbagai daerah di Indonesia dan sudah menelan korban jiwa yang tidak sedikit.
Dikatakannya bahwa instrumen disinfektan menggunakan sinar UV ini dikembangkan oleh peneliti FMIPA UI serta menggandeng peneliti lainnya dari Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) di bawah koordinasi Direktorat Inovasi UI dan Science Techno Park UI.
"Saat ini tengah disiapkan enam unit prototipe dan kedua alat tersebut akan diuji coba di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)," katanya.
Menurut dia pengembangan prototipe instrumen oleh tim peneliti UI ini merujuk kepada hasil penelitian tentang efektivitas gelombang UV C yang mampu membunuh spora, bakteri, beragam tipe jamur, cendawan, protozoa, dan beberapa tipe virus lainnya.
Penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa sinar ultraviolet C dengan panjang gelombang 254 nanometer (nm) dapat membunuh bacillus anthracis (bakteri anthrax), e-coli (penyebab infeksi saluran pencernaan), dan difteri. Sinar UV C juga dapat membunuh virus seperti adenovirus (penyebab demam, radang tenggorokan, bronchitis dan pneumonia), virus hepatitis A, dan polio.
Uji coba prototipe instrumen ini akan digunakan untuk keperluan disinfektan alat-alat medis dan ruangan yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan, terutama bagi pasien COVID-19. Kedua prototipe ini dirancang untuk dapat dimanfaatkan secara aman oleh institusi kesehatan dan fasilitas umum lainnya.
"Pemakaian alat ini harus bersamaan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan kaca mata pelindung," katanya.
Di tengah pandemi COVID-19, instrumen ini diharapkan dapat membantu tenaga medis dan petugas kesehatan dalam aktivitas pemberantasan COVID-19. Namun sampai saat ini instrument ini belum diproduksi massal.
Tim peneliti UI yang telah mengembangkan alat ini mengajak semua pihak ikut berpartisipasi membantu memproduksi massal instrument ini sehingga bisa dimanfaatkan oleh semua institusi pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.
"Partisipasi semua pihak akan sangat membantu pemerintah dalam memerangi epidemi yang mengancam semua eleman bangsa. Diharapkan, prototipe yang telah dihasilkan tim peneliti UI ini dapat meningkatkan jumlah produk kesehatan yang dapat diproduksi di dalam negeri," demikian Abdul Haris.
Baca juga: Tim ahli dan peneliti gabungan UI kembangkan peta sebaran COVID-19
Baca juga: Guru besar epidemiologi meninggal dunia, UI tunggu hasil laboratorium
Baca juga: Peneliti UI kembangkan propolis alternatif pengobatan COVID-19
Baca juga: Cairan pembersih tangan di stasiun, gratis dari Fakultas Farmasi UI
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020
Tags: