Jakarta (ANTARA) - Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia mencatat kewajiban neto 338,2 miliar dolar AS atau 30,2 persen dari PDB pada akhir triwulan IV 2019, meningkat dibandingkan dengan posisi kewajiban neto pada akhir triwulan sebelumnya 324,1 miliar dolar AS atau 29,7 persen dari PDB.
"Peningkatan kewajiban neto tersebut disebabkan oleh kenaikan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN)," kata Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) dalam info terbarunya di Jakarta, Jumat.
Peningkatan posisi KFLN yang utamanya dalam bentuk investasi portofolio dan investasi langsung itu, lanjutnya, merupakan cerminan kepercayaan investor yang tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap baik dan imbal hasil aset keuangan domestik yang masih menarik.
Posisi KFLN Indonesia pada akhir triwulan IV 2019 meningkat 3,1 persen (qtq) atau sebesar 21,7 miliar dolar AS menjadi 711,6 miliar dolar AS.
Peningkatan kewajiban tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya transaksi investasi portofolio berupa arus masuk modal asing pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik serta obligasi global korporasi dan pemerintah.
Selain itu, transaksi kewajiban finansial lainnya berupa investasi langsung dan investasi lainnya turut mengalami peningkatan.
Kenaikan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh faktor revaluasi positif atas instrumen investasi berdenominasi rupiah, sejalan dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Baca juga: IHSG akhir pekan berpeluang terus menanjak, ikuti Wall Street
Baca juga: Rupiah menguat, terkerek efek stimulus besar-besaran pemerintah AS
Sementara itu, kata Dekom BI, posisi AFLN meningkat terutama didorong oleh transaksi aset dalam bentuk investasi langsung dan cadangan devisa. Pada akhir triwulan IV 2019 posisi AFLN naik 2,1 persen (qtq) atau sebesar 7,6 miliar dolar AS menjadi 373,3 miliar dolar AS.
Selain karena faktor transaksi, peningkatan AFLN juga didorong oleh revaluasi positif antara lain akibat pelemahan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia lainnya dan peningkatan rata-rata indeks saham di sebagian besar negara-negara penempatan investasi residen.
Kenaikan AFLN lebih lanjut tertahan oleh menurunnya transaksi investasi portofolio dan investasi lainnya, kata Dekom BI.
Baca juga: BI: Stimulus di negara maju redam kepanikan pasar keuangan global
Baca juga: Gubernur BI: Kondisi ekonomi saat ini beda dengan krisis 1997 dan 2008
BI: Kewajiban finansial luar negeri RI naik pada triwulan IV 2019
27 Maret 2020 11:11 WIB
Logo Bank Indonesia. ANTARA/Azis Kurmala/am/pri.
Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: