Ekspor CPO Januari anjlok hingga 35,6 persen
26 Maret 2020 16:46 WIB
Arsip Foto - Seorang buruh tani mengumpulkan hasil panen kelapa sawit di Kebun Gedeh, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (3/12/2018). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aa.
Jakarta (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) pada Januari mengalami penurunan sebesar 35,6 persen menjadi 2,39 juta ton, dari Desember 2019 sebesar 3,72 juta ton.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menjelaskan penurunan ekspor CPO antara lain dipengaruhi karena harga minyak bumi yang tidak menentu akibat ketidaksepakatan antara OPEC dengan Rusia, serta terjadinya pandemi Virus Corona baru (COVID-19) di sejumlah negara.
"Terjadinya pandemi Corona yang melanda hampir ke seluruh dunia menyebabkan perlambatan kegiatan ekonomi global, yang berakibat pada penurunan konsumsi minyak nabati, terutama minyak nabati yang diimpor," kata Mukti di Jakarta, Kamis.
Selain itu, penurunan ekspor yang cukup drastis dalam bulan Januari dikarenakan masih tersedianya stok di negara-negara importir utama atau importir menunggu respons pasar terhadap program B30 yang diterapkan Indonesia.
Baca juga: DMSI prediksi ekspor CPO Indonesia ke RRT turun pada 2020
Mukti merinci bahwa penurunan ekspor CPO terjadi hampir ke semua negara tujuan yaitu ke China turun 381.000 ton (turun 57 persen), Uni Eropa turun 188.000 ton (turun 30 persen), ke India turun 141.000 ton (turun 22 persen), dan ke Amerika Serikat turun 129.000 ton (turun 64 persen).
Sementara itu ekspor CPO ke Bangladesh meningkat 40.000 ton atau sebesar 52 persen dari bulan sebelumnya.
Penurunan ekspor ini terjadi pada komoditas CPO, PKO, biodiesel, sementara oleokimia naik dengan 22,9 persen.
Meski kinerja ekspor turun, saat memasuki awal tahun 2020 harga CPO meningkat dengan rata-rata harga CPO CIF Rotterdam sebesar 830 dolar AS per ton, dibandingkan harga pada Desember 2019 adalah 787 dolar AS per ton.
"Harga yang baik ini diharapkan akan menjadi penyemangat bagi pekebun dan perusahaan perkebunan untuk memelihara kebun dengan lebih baik agar mendapatkan produktivitas yang tertinggi," kata Mukti.
Ada pun produksi CPO pada bulan Januari 2020 sedikit mengalami kenaikan yaitu 3,48 juta ton, dibandingkan dengan produksi bulan Desember 2019 sebesar 3,45 juta ton. Konsumsi domestik juga sedikit meningkat dari 1,45 juta ton menjadi 1,47 juta ton.
Baca juga: Gapki: Ekspor CPO 2019 capai 36,1 juta ton terbanyak ke China
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menjelaskan penurunan ekspor CPO antara lain dipengaruhi karena harga minyak bumi yang tidak menentu akibat ketidaksepakatan antara OPEC dengan Rusia, serta terjadinya pandemi Virus Corona baru (COVID-19) di sejumlah negara.
"Terjadinya pandemi Corona yang melanda hampir ke seluruh dunia menyebabkan perlambatan kegiatan ekonomi global, yang berakibat pada penurunan konsumsi minyak nabati, terutama minyak nabati yang diimpor," kata Mukti di Jakarta, Kamis.
Selain itu, penurunan ekspor yang cukup drastis dalam bulan Januari dikarenakan masih tersedianya stok di negara-negara importir utama atau importir menunggu respons pasar terhadap program B30 yang diterapkan Indonesia.
Baca juga: DMSI prediksi ekspor CPO Indonesia ke RRT turun pada 2020
Mukti merinci bahwa penurunan ekspor CPO terjadi hampir ke semua negara tujuan yaitu ke China turun 381.000 ton (turun 57 persen), Uni Eropa turun 188.000 ton (turun 30 persen), ke India turun 141.000 ton (turun 22 persen), dan ke Amerika Serikat turun 129.000 ton (turun 64 persen).
Sementara itu ekspor CPO ke Bangladesh meningkat 40.000 ton atau sebesar 52 persen dari bulan sebelumnya.
Penurunan ekspor ini terjadi pada komoditas CPO, PKO, biodiesel, sementara oleokimia naik dengan 22,9 persen.
Meski kinerja ekspor turun, saat memasuki awal tahun 2020 harga CPO meningkat dengan rata-rata harga CPO CIF Rotterdam sebesar 830 dolar AS per ton, dibandingkan harga pada Desember 2019 adalah 787 dolar AS per ton.
"Harga yang baik ini diharapkan akan menjadi penyemangat bagi pekebun dan perusahaan perkebunan untuk memelihara kebun dengan lebih baik agar mendapatkan produktivitas yang tertinggi," kata Mukti.
Ada pun produksi CPO pada bulan Januari 2020 sedikit mengalami kenaikan yaitu 3,48 juta ton, dibandingkan dengan produksi bulan Desember 2019 sebesar 3,45 juta ton. Konsumsi domestik juga sedikit meningkat dari 1,45 juta ton menjadi 1,47 juta ton.
Baca juga: Gapki: Ekspor CPO 2019 capai 36,1 juta ton terbanyak ke China
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: