Iran larang perjalanan antarkota di tengah gelombang kedua corona
26 Maret 2020 13:52 WIB
Para anggota tim medis mengenakan masker saat mempersiapkan cairan disinfektan untuk membersihkan tempat-tempat umum di Teheran, Iran (5/3/2020). ANTARA/REUTERS/WANA/Nazanin Tabatabaee/aa. (VIA REUTERS/WANA NEWS AGENCY/WANA NEWS AGENCY)
Dubai (ANTARA) - Iran mulai memberlakukan larangan perjalanan antarkota pada Kamis di tengah kekhawatiran gelombang kedua infeksi virus corona di negara Timur Tengah yang terdampak paling parah tersebut, demikian pejabat Iran saat konferensi pers.
"Mereka yang telah melakukan perjalanan untuk liburan Tahun Baru Iran harus segera kembali ke kotanya tanpa melakukan transit di kota mana pun dalam perjalanan pulang," kata anggota markas besar nasional yang menangani virus corona, Hossein Zolfaghari.
"Penutupan sekolah dan universitas serta penangguhan perkumpulan masyarakat diperpanjang," katanya, menambahkan bahwa siapa pun yang melanggar instruksi tersebut akan menanggung konsekuensi hukum.
Dibandingkan dengan negara-negara Timur Tengah lain, Iran menanggung beban yang lebih berat dalam menghadapi wabah corona karena sampai saat ini Amerika Serikat masih memberlakukan sanksi ekonomi terhadap negara Republik Islam itu.
Meskipun Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa AS siap membantu meringankan negara mana pun untuk mengatasi bencana corona, komitmen itu tak diwujudkan dengan mencabut sanksi ekonominya atas Iran.
Pihak Iran sudah berkali-kali mengatakan bahwa sanksi AS itu menyulitkannya dalam mengatasi wabah corona. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan sanksi yang diberlakukan AS terhadap Iran itu tidak manusiawi dan tidak etis.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran peringatkan virus corona gelombang kedua
Baca juga: Khamenei sebut sanksi AS memaksa Iran menjadi "mandiri"
Baca juga: Atasi corona, Menlu Iran desak dunia untuk lawan unilateralisme AS
"Mereka yang telah melakukan perjalanan untuk liburan Tahun Baru Iran harus segera kembali ke kotanya tanpa melakukan transit di kota mana pun dalam perjalanan pulang," kata anggota markas besar nasional yang menangani virus corona, Hossein Zolfaghari.
"Penutupan sekolah dan universitas serta penangguhan perkumpulan masyarakat diperpanjang," katanya, menambahkan bahwa siapa pun yang melanggar instruksi tersebut akan menanggung konsekuensi hukum.
Dibandingkan dengan negara-negara Timur Tengah lain, Iran menanggung beban yang lebih berat dalam menghadapi wabah corona karena sampai saat ini Amerika Serikat masih memberlakukan sanksi ekonomi terhadap negara Republik Islam itu.
Meskipun Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa AS siap membantu meringankan negara mana pun untuk mengatasi bencana corona, komitmen itu tak diwujudkan dengan mencabut sanksi ekonominya atas Iran.
Pihak Iran sudah berkali-kali mengatakan bahwa sanksi AS itu menyulitkannya dalam mengatasi wabah corona. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan sanksi yang diberlakukan AS terhadap Iran itu tidak manusiawi dan tidak etis.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran peringatkan virus corona gelombang kedua
Baca juga: Khamenei sebut sanksi AS memaksa Iran menjadi "mandiri"
Baca juga: Atasi corona, Menlu Iran desak dunia untuk lawan unilateralisme AS
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: