Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota Bogor memutuskan penyelenggaraan tes masif deteksi corona melalui" rapid test" (tes cepat) dilaksanakan secara terpisah di delapan lokasi di Kota Bogor kepada 800 orang peserta berkategori orang dalam risiko (ODR).

Wakil Wali Kota Bogor mengatakan hal itu di Bogor, Rabu, setelah memimpin rapat koordinasi Tim Gugus Tugas COVID-19 di Posko Criris Center COVID-19.

Menurut Dedie A Rachim, setelah rapat dan mendengarkan masukan dari berbagai pihak terkait, maka diputuskan pelaksanaan tes masif deteksi corona melalui tes cepat dilakukan secara terpisah di delapan lokasi, yakni di Puskesmas induk di setiap kecamatan dari enam kecamatan di Kota Bogor, serta di RSUD Kota Bogor dan di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Baca juga: Yurianto sebut "rapid test" bukan untuk diagnosa

"Kami baru memutuskan lokasi pelaksanaan tesnya dimana, setelah menerima kiriman alat rapid test sehingga bisa dipastikan berapa jumlahnya. Kami menerima kiriman alat tes, tadi pagi jumlahnya ada 800 unit," kata Dedie.

Dedie menjelaskan, semula ada rencana pelaksanaan tes dilakukan di GOR Pajajaran Kota Bogor. Namun, setelah dikalkulasi secara matematis waktunya tidak memungkinkan.

Menurut dia, alat rapid tes yang diterima sebanyak 800 unit dan perkiraan unit pelaksanaan tes setiap unitnya sekitar lima menit sehingga membutuhkan waktu sekitar 4.000 menit atau 66,6 jam.

Baca juga: Kota Bogor terima 800 unit "rapid test"

"Waktu 66,6 jam itu, jika dibagi 24 jam dalam sehari maka waktunya 2,7 hari," katanya.

Padahal, kata dia, orang bekerja selama delapan jam dalam sehari, sehingga 66,6 jam itu membutuhkan waktu sampai delapan hari.

Karena itu, kata dia, Pemerintah Kota Bogor akan menyiasati skema lainnya yakni disebar di Puskesmas induk di enam kecamatan di Kota Bogor, serta di RSUD Kota
Bogor dan di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Baca juga: Jubir: Penambahan positif COVID-19 di Indonesia bukan hasil rapid test

Kalau dibagi rata menjadi delapan lokasi, sehingga setiap lokasi akan melaksanakan tes untuk 100 orang. Jika asumsi pelaksanaan setiap unitnya sekitar lima menit maka dibutuhkan sekitar 8,3 jam.

"Pelaksanaan tesnya sekitar dua hari di setiap lokasi," katanya.

Pemerintah Kota Bogor, kata dia, juga menyiapkan sebanyak 31 tenaga medis untuk diberikan pelatihan sebagai pelaksana tes itu.

Di sisi lain, Pemerintah Kota Bogor juga mendata siapa saja pesertanya yakni mereka yang masuk dalam kategori orang dalam risiko (ODR).

Baca juga: Hasil tes cepat, 25 senior Hipmi Jabar negatif COVID-19

ODR meliputi, orang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dan lingkar dalam pasien positif COVID-19.

"Lingkar dalam adalah tenaga medis yang merawat pasien COVID-19, keluarga pasien COVID-19, dan teman satu ruangan kerja pasien COVID-19," katanya.

Profesi lainnya yang akan menjalani tes adalah orang yang pekerjaannya banyak bersentuhan dengan publik, seperti Babinsa dan Bhabinkamtibmas, maupun petugas kesehatan di Puskesmas.

Baca juga: Kemendagri: Rapid test dilakukan terbatas

Dedie menjelaskan, pesertanya akan diketahui hasilnya saat ini. "Peserta yang hasilnya negatif dipersilakan kembali ke rumah, tapi peserta yang hasilnya positif akan ada perlakuan kesehatan lanjutan," katanya.