Jambi (ANTARA) - "Kepulangan ke rumah dan berkumpul bersama keluarga merupakan dambaan saya saat ini, namun selama menjalani pekerjaan melau, baru kali ini dihinggapi ketidakpastian saat akan pulang," kata Ade (nama pendek) seorang pelaut yang bekerja di kapal perusahaan pengeboran di perairan "Negeri Jiran" Malaysia.

Pria yang berprofesi sebagai juru masak itu berbagi kondisi melalui media sosial 'WhatsApp", Ade menyampaikan kondisinya saat ini baik-baik saja di atas kapal, dan menunggu kesempatan untuk pulang ke keluarganya di Kabupaten Bandung Jawa Barat.

"Selama ini Alhamdulillah, saya dan juga kru semua dalam keadaan sehat. Seharusnya saya akhir Maret 2020 ini bisa pulang, tapi semua penerbangan dari Malaysia dan Singapura ke Tanah Air dihentikan sementara," katanya.

Kapal pengeboran tersebut mengangkut sebanyak 200 orang, pegawai pengeboran di perairan Malaysia. Biasanya, bila saat pulang tiba, ia tinggal turun di pelabuhan saat kapal merapat, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan pesawat udara dari bandara di Malaysia atau Singapura.

Ia yang juga memiliki pengalaman cukup lama bekerja di beberapa kapal pesiar, menyebutkan untuk pulang ke Indonesia tidak ada masalah, namun kali ini harus mengikuti prosedur.

"Mungkin baru kali ini saja untuk kepulangan agak ketat, hal itu saya maklum karena di Tanah Air sedang marak COVID-19. Terus terang saya cemas juga karena keluarga, istri dan anak-anak jauh di Bandung sana," katanya.

Baca juga: Jerman siap terima pekerja terampil Indonesia

Baca juga: Penempatan tenaga berketerampilan spesifik ke Jepang akan dipercepat


Ia hanya bisa memprediksi, karena kondisi di Malaysia memberlakukan "lock down" cukup berpengaruh kepada dirinya dan juga awak lainnya dari kapal itu yang juga berasal dari Indonesia.

"Mungkin saja orang pribumi bisa dengan catatan diperiksa secara ketat, satu-satunya jalan kami harus kembali langsung dari pintu pelabuhan di Indonesia," kata Ade sambil menyebutkan saat ini ia sudah berada di perairan Selat Malaka.

Berbeda dengan pekerjaan sebelumnya di kapal pesiar, Ade mengaku dalam beberapa tahun terakhir bekerja di kapal pengeboran. Di kapal itu ia bersama dengan para pekerja pengeboran lainnya yang berasal dari berbagai negara di Asia seperti dari Indonesia, Malaysia, Australia, Arab serta ada juga dari Afrika.

"Orang-orang di kapal itu berasal dari berbagai negara, sekitar 200 orang lah jumlahnya," kata Ade.

Dalam setiap merapat ke pelabuhan, mereka mendapat pemeriksaan ketat sekali. Petugas kesehatan negara yang disinggahi melakukan pemeriksaan cukup intensif. Terlebih dengan perkembangan terakhir terkait dengan pandemi COVID-19.

Kapal dan para kru yang ada di atasnya dilakukan pemeriksaan, termasuk riwayat perjalanan sebelumnya untuk memastikan mereka semua sehat dan tidak terpapar COVID-19. Terlebih bila punya riwayat dari tempat yang kena epidemi corona.

"Kapal dan semuanya harus disterilisasi, semuanya harus dipastikan sehat dan tidak ada gejala apapun yang mengarah," kata bapak berputra dua itu.

Kendati tingkat kerentaan paparan pandemi lebih kecil dibandingkan dengan kapal pesiar, namun prosedur pemeriksaan kesehatan kapal dan kru dilakukan sangat ketat. Kapal pengeboran bila sudah dilakukan medical dan operasi di suatu negara, maka posisinya tetap di perairan atau di titik negara itu.

Sementara kapal pesiar 'turn offer' penumpangnya cepat dan jumlah penumpangya banyak, bisa mencapai ribuan orang dalam satu kapal.

Ia mengakui, pandemi yang tengah mewabah di sejumlah belahan dunia itu menjadi salah satu topik para kru kapal waktu senggang. Penanganan kesehatan menjadi prioritas di kapal itu, yang langsung dilakukan secepatnya bila ada awak kapal yang sakit.

Di kapal juga, para pimpinan di sana juga gencar melakukan sosialisasi regulasi hidup bersih dan sehat serta membudayakan mencuci tangan, istirahat yang cukup serta jelas asupan makanan yang cukup bervitamin.

"Kami disarankan banyak makan buah-buahan, itu sumber vitamin C untuk daya tahan tubuh," kata Ade.

Terkait peluangnya untuk bisa mendarat dan melanjutkan perjalanan ke keluarganya, ia menyebutkan kemungkinan akan turun di Batam Kepulauan Riau.

Ia mengaku sangat bugar, namun ia tidak tahu mekanisme tambahan apa yang akan ditemuinya di pelabuhan atau di bandara. Terakhir ia mendapat pengecekan kesehatan di pelabuhan di Singapura.

"Katanya saat di pelabuhan dan bandara dilakukan cek suhu tubuh. Tapi saya tidak tahu apa tambahan pemeriksaan yang dilakukan di sana nanti, yang jelas saya sudah sangat siap dan bugar sekali. Udah rindu untuk ketemu dan berkumpul dengan keluarga," kata pelaut yang juga menggemari olahraga trail adventure itu.

Untuk menjaga kebugarannya ia tetap disiplin dengan berolahraga dan makanan yang seimbang, serta tentunya tetap menjaga kebersihan.

"Untuk melepas rindu dan menanyakan kondisi keluarga, saya lakukan dengan telepon. Karena komunikasi dengan keluarga salah satu yang difasilitasi oleh perusahaan," kata Ade.

Mungkin Ade bukan satu-satunya para pengembara dari Indonesia yang harus memikirkan strategi kepulangan mereka ke Tanah Air. Namun demikian, Ade mengaku menyikapinya dengan tenang dan santai sambil terus berusaha untuk bisa mendapatkan kesempatan pulang tepat waktu.

"Kita jalani saja seperti hari-hari biasanya dan jaga kesehatan," katanya menambahkan.


Baca juga: 49 tenaga kerja China ke Indonesia disebut untuk uji coba kerja