Jakarta (ANTARA) - Serbia dan Kroasia jadi negara berikutnya yang kompak menyerukan Olimpade Tokyo ditunda penyelenggaraannya di tengah situasi dunia yang masih dihantui pandemi COVID-19.

Menurut Menteri Pemuda dan Olahraga Serbia Vanja Udovicic keputusan untuk tetap menyelenggarakan Olimpiade Tokyo sesuai rencana pada 24 Juli s.d. 9 Agustus tidak sesuai dengan akal sehat.

"Jepang sudah menginvestasikan banyak sumber daya mereka untuk Olimpiade Tokyo dan bersikeras ajang itu tetap berlangsung sesuai jadwal, tetapi itu menyalahi akal sehat dan kami tidak bisa mendukungnya karena nyawa manusia harus diutamakan," kata Udovicic dilansir Reuters, Minggu.

Baca juga: Seruan penundaan Olimpiade Tokyo kian kencang

Hal senada disampaikan Presiden Komite Olimpiade Kroasia, Zlatko Matesa, yang menilai Olimpiade Tokyo tetap digelar sesuai jadwal adalah sesuatu yang "tidak memungkinkan" dalam kondisi belakangan.

"Tak seorang pun ingin Olimpiade ditunda, tetapi saya pikir kita sudah berada dalam situasi di mana itu menjadi satu-satunya opsi. Di Eropa saja semua ajang olahraga sudah ditunda, tanpa seorang pun betul-betul tahu kapan akan dilanjutkan," kata Matesa.

"Olahraga saat ini bukan sesuatu yang penting, sebab memainkannya sudah tidak memungkinkan. Saya percaya tidak mungkin Olimpiade Tokyo digelar sesuai rencana, dan rasanya mereka harus dan akan menundanya beberapa bulan. Itu bukan keputusan yang dramatis," ujarnya menambahkan.

Baca juga: IOC tanya negara anggota soal dampak virus corona

Banyak negara sudah menyuarakan seruan agar Olimpiade Tokyo ditunda penyelenggaraannya, pun demikian Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan pemerintah Jepang masih bergeming.

Bahkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengklaim ia sudah mendapat dukungan dari pemerintah negara-negara G7 agar Olimpiade Tokyo tetap digelar sesuai rencana.

Baca juga: Meski khawatirkan corona, ribuan orang tetap saksikan api Olimpiade
Baca juga: Panpel diam-diam rancang opsi penundaan Olimpiade Tokyo