Tetap jaga jarak dan belanja ketika sepi saat wabah COVID-19
22 Maret 2020 13:06 WIB
Operasi pasar murah digelar di halaman Kantor Bulog Divre Jatim, Surabaya, Jawa TImur, Sabtu (21/3/2020) untuk mengantisipasi adanya 'panic buying' akibat dampak penyebaran virus corona (COVID-19). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/pras.
Jakarta (ANTARA) - Masyarakat disarankan untuk tetap menjaga jarak sesuai anjuran pembatasan interaksi sosial dan diimbau berbelanja ketika sepi atau jam tidak sibuk untuk menghindari penularan COVID-19.
Wakil Sekjen Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia Dicky Pelupessy, M.DS., Ph.D dalam keterangannya pada konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta, Minggu, menyarankan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan rasional agar tidak membeli kebutuhan pokok dalam jumlah besar karena kepanikan dalam berbelanja (panic buying).
"Pikiran atau rasional tetap berada di atas tingkat kecemasan. Dalam kata lain beli secara rasional," kata Dicky.
Baca juga: 50 Bus Sekolah dikerahkan untuk transportasi tenaga medis di Jakarta
Baca juga: Hetifah dukung Mendikbud ajak mahasiswa jadi relawan
Dicky yang merupakan dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan masyarakat harus tetap menjaga keamanan agar tidak tertular virus COVID-19 saat berbelanja di supermarket, toko, ataupun pasar dengan menjaga jarak minimal satu meter.
Selain itu, dia menyarankan untuk pergi berbelanja ketika jam tidak sibuk atau saat supermarket, toko, dan pasar dalam keadaan sepi untuk meminimalkan kontak dengan orang lain.
Jika memungkinkan, masyarakat bisa berbelanja kebutuhan pokok secara daring sehingga tidak perlu ke keramaian seperti supermarket, toko, ataupun pasar.
Dia menyarankan masyarakat harus tetap cerdas berbelanja dengan membeli keperluan yang memang sangat dibutuhkan saja dengan jumlah yang cukup selama jangka waktu tertentu yang rasional pula atau sesuai kemampuan.
Baca juga: Bulog jamin beras aman, masyarakat diminta tidak panik
Baca juga: Pemkab Bantul semprot disinfektan di Pasar Imogiri, cegah COVID-19
Dicky mengimbau agar masyarakat tidak membeli secara berlebihan dan tidak egois karena orang lain juga membutuhkan keperluan yang sama untuk bertahan dalam menghadapi wabah COVID-19.
"Buatlah daftar belanja untuk pastikan barang yang dibutuhkan terbeli, dan beli sesuai rencana. Ingat bukan hanya Anda yang butuh, jadi berbagilah dengan yang lain," kata dia.
Dicky menilai kondisi wabah COVID-19 yang terjadi di Indonesia dan seluruh dunia membuat masyarakat melakukan "panic buying" dengan memborong berbagai barang yang diperlukan.
Akibat dari kepanikan masyarakat dalam membeli tersebut, beberapa barang seperti masker yang termasuk alat pelindung diri untuk petugas kesehatan menjadi langka dan harga jual yang melambung.
Di Indonesia, kata Dicky, barang seperti masker dan hand sanitizer langka dan harganya melambung di pasaran. Masyarakat juga sempat membeli banyak kebutuhan pokok untuk mengantisipasi dampak wabah COVID-19 di Indonesia.
Baca juga: Ibu hamil-orang sakit-anak diimbau tidak ke pasar antisipasi COVID-19
Baca juga: BUMD Pasar di Bogor bekali pedagang cairan pembersih tangan
Wakil Sekjen Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia Dicky Pelupessy, M.DS., Ph.D dalam keterangannya pada konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta, Minggu, menyarankan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan rasional agar tidak membeli kebutuhan pokok dalam jumlah besar karena kepanikan dalam berbelanja (panic buying).
"Pikiran atau rasional tetap berada di atas tingkat kecemasan. Dalam kata lain beli secara rasional," kata Dicky.
Baca juga: 50 Bus Sekolah dikerahkan untuk transportasi tenaga medis di Jakarta
Baca juga: Hetifah dukung Mendikbud ajak mahasiswa jadi relawan
Dicky yang merupakan dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan masyarakat harus tetap menjaga keamanan agar tidak tertular virus COVID-19 saat berbelanja di supermarket, toko, ataupun pasar dengan menjaga jarak minimal satu meter.
Selain itu, dia menyarankan untuk pergi berbelanja ketika jam tidak sibuk atau saat supermarket, toko, dan pasar dalam keadaan sepi untuk meminimalkan kontak dengan orang lain.
Jika memungkinkan, masyarakat bisa berbelanja kebutuhan pokok secara daring sehingga tidak perlu ke keramaian seperti supermarket, toko, ataupun pasar.
Dia menyarankan masyarakat harus tetap cerdas berbelanja dengan membeli keperluan yang memang sangat dibutuhkan saja dengan jumlah yang cukup selama jangka waktu tertentu yang rasional pula atau sesuai kemampuan.
Baca juga: Bulog jamin beras aman, masyarakat diminta tidak panik
Baca juga: Pemkab Bantul semprot disinfektan di Pasar Imogiri, cegah COVID-19
Dicky mengimbau agar masyarakat tidak membeli secara berlebihan dan tidak egois karena orang lain juga membutuhkan keperluan yang sama untuk bertahan dalam menghadapi wabah COVID-19.
"Buatlah daftar belanja untuk pastikan barang yang dibutuhkan terbeli, dan beli sesuai rencana. Ingat bukan hanya Anda yang butuh, jadi berbagilah dengan yang lain," kata dia.
Dicky menilai kondisi wabah COVID-19 yang terjadi di Indonesia dan seluruh dunia membuat masyarakat melakukan "panic buying" dengan memborong berbagai barang yang diperlukan.
Akibat dari kepanikan masyarakat dalam membeli tersebut, beberapa barang seperti masker yang termasuk alat pelindung diri untuk petugas kesehatan menjadi langka dan harga jual yang melambung.
Di Indonesia, kata Dicky, barang seperti masker dan hand sanitizer langka dan harganya melambung di pasaran. Masyarakat juga sempat membeli banyak kebutuhan pokok untuk mengantisipasi dampak wabah COVID-19 di Indonesia.
Baca juga: Ibu hamil-orang sakit-anak diimbau tidak ke pasar antisipasi COVID-19
Baca juga: BUMD Pasar di Bogor bekali pedagang cairan pembersih tangan
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: