Finlandia pertanyakan anjuran WHO tentang perbanyak uji COVID-19
20 Maret 2020 19:27 WIB
Menteri Pendidikan Finlandia Li Andersson, Menteri Dalam Negeri Maria Ohisalo, Perdana Menteri Sanna Marin, Menteri Keuangan Katri Kulmuni dan Menteri untuk Kesetaraan dan Kerjasama Nordik Thomas Blomqvist menghadiri konferensi pers pemerintahan baru di Helsinki, Finlandia, Selasa (10/12/2019). Lehtikuva/Vesa Moilanen via REUTERS/hp/cfo (via REUTERS/LEHTIKUVA)
Helsinki (ANTARA) - Otoritas Kesehatan Nasional di Finlandia pada Jumat mempertanyakan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mendorong negara-negara melakukan uji COVID-19 ke sebanyak mungkin orang, mengingat negara di Eropa Utara itu mulai kekurangan alat uji pada minggu ini.
Tidak seperti negara lain, Finlandia membatasi pengujian COVID-19 dan hanya menyediakan fasilitas itu ke kelompok yang dinilai rentan dan petugas kesehatan. Otoritas kesehatan nasional mengatakan pengujian yang dilakukan ke pasien dengan gejala ringan membuat persediaan alat tes COVID-19 habis sia-sia.
"Kami tidak dapat memahami anjuran WHO yang mendorong negara-negara melakukan banyak pemeriksaan. Kita tidak dapat sepenuhnya menghapus penyakit ini. Jika seseorang mengklaim pernyataan itu, mereka tidak mengerti arti pandemi," kata kepala bidang kesehatan Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Finlandia, Mika Salminen, saat diwawancara oleh koran Helsingin Sanomat.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu mengatakan pengujian dan pelacakan pasien secara massal merupakan strategi yang "harus diterapkan tiap negara saat berupaya menanggulangi COVID-19".
Kemampuan Finlandia mengetahui penyebaran virus pun kian berkurang setelah negara itu membatasi pengujian COVID-19 pada minggu lalu. Otoritas terkait mengatakan pihaknya memiliki kapasitas terbatas memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggi.
Per Kamis (19/3), hanya sekitar 3.000 orang yang dapat menjalani pemeriksaan COVID-19 di Finlandia. Dari hasil pemeriksaan itu, pemerintah menemukan "sekitar 400 kasus" positif, kata otoritas kesehatan setempat, seraya menambahkan jumlah riil pasien positif kemungkinan 20 sampai 30 kali lebih tinggi dari angka yang ditemukan.
Salminen mengatakan Finlandia dapat memeriksa sekitar 1.500 pasien per hari, tetapi negara itu memilih tidak menggunakan seluruh alat tes yang tersedia.
"Kami tidak akan melakukan pengujian ke banyak orang, tetapi hanya ke mereka yang membutuhkan," kata Salminen, menambahkan pengujian COVID-19 bukan bagian dari pengobatan.
"Mereka yang sakit dan dapat merawat diri di rumah tidak akan mendapat manfaat dari adanya pemeriksaan ini," ujar dia.
Pemerintah Finlandia mengatakan pada Senin (23/3) akan mengalokasikan lebih banyak dana untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan COVID-19.
Sumber : Reuters
Baca juga: Layanan kereta dan penerbangan di Inggris dikurangi tekan COVID-19
Baca juga: AS larang masuknya warga negara asing yang pernah ke Eropa
Baca juga: Kematian COVID-19 di Italia lebihi China, negara kaya curahkan bantuan
Tidak seperti negara lain, Finlandia membatasi pengujian COVID-19 dan hanya menyediakan fasilitas itu ke kelompok yang dinilai rentan dan petugas kesehatan. Otoritas kesehatan nasional mengatakan pengujian yang dilakukan ke pasien dengan gejala ringan membuat persediaan alat tes COVID-19 habis sia-sia.
"Kami tidak dapat memahami anjuran WHO yang mendorong negara-negara melakukan banyak pemeriksaan. Kita tidak dapat sepenuhnya menghapus penyakit ini. Jika seseorang mengklaim pernyataan itu, mereka tidak mengerti arti pandemi," kata kepala bidang kesehatan Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Finlandia, Mika Salminen, saat diwawancara oleh koran Helsingin Sanomat.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu mengatakan pengujian dan pelacakan pasien secara massal merupakan strategi yang "harus diterapkan tiap negara saat berupaya menanggulangi COVID-19".
Kemampuan Finlandia mengetahui penyebaran virus pun kian berkurang setelah negara itu membatasi pengujian COVID-19 pada minggu lalu. Otoritas terkait mengatakan pihaknya memiliki kapasitas terbatas memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggi.
Per Kamis (19/3), hanya sekitar 3.000 orang yang dapat menjalani pemeriksaan COVID-19 di Finlandia. Dari hasil pemeriksaan itu, pemerintah menemukan "sekitar 400 kasus" positif, kata otoritas kesehatan setempat, seraya menambahkan jumlah riil pasien positif kemungkinan 20 sampai 30 kali lebih tinggi dari angka yang ditemukan.
Salminen mengatakan Finlandia dapat memeriksa sekitar 1.500 pasien per hari, tetapi negara itu memilih tidak menggunakan seluruh alat tes yang tersedia.
"Kami tidak akan melakukan pengujian ke banyak orang, tetapi hanya ke mereka yang membutuhkan," kata Salminen, menambahkan pengujian COVID-19 bukan bagian dari pengobatan.
"Mereka yang sakit dan dapat merawat diri di rumah tidak akan mendapat manfaat dari adanya pemeriksaan ini," ujar dia.
Pemerintah Finlandia mengatakan pada Senin (23/3) akan mengalokasikan lebih banyak dana untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan COVID-19.
Sumber : Reuters
Baca juga: Layanan kereta dan penerbangan di Inggris dikurangi tekan COVID-19
Baca juga: AS larang masuknya warga negara asing yang pernah ke Eropa
Baca juga: Kematian COVID-19 di Italia lebihi China, negara kaya curahkan bantuan
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2020
Tags: