ILO sebut jutaan orang kehilangan pekerjaan karena COVID-19
19 Maret 2020 07:44 WIB
Direktur Jenderal ILO Guy Ryder sebut ini juga merupakan krisis pasar tenaga kerja utama dan ekonomi yang berdampak besar pada manusia( Foto/HO/ILO)
Jenewa (ANTARA) - Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengatakan pada Rabu (18/3/2020) bahwa antara 5,3 juta hingga 24,7 juta pekerjaan akan hilang sebagai akibat dari krisis ekonomi dan tenaga kerja yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan Rabu (18/3/2020), ILO mengatakan bahwa sebagai perbandingan, krisis keuangan global 2008-9 meningkatkan pengangguran global sebesar 22 juta.
Pengangguran terselubung juga diperkirakan akan meningkat secara besar-besaran, karena konsekuensi ekonomi dari wabah virus diterjemahkan menjadi pengurangan dalam jam kerja dan upah, kata laporan ILO.
Baca juga: ILO: 25 juta orang terancam kehilangan pekerjaan karena corona
Ia menambahkan bahwa wirausaha di negara-negara berkembang, yang sering berfungsi untuk meredam dampak perubahan, mungkin tidak melakukannya kali ini karena pembatasan pergerakan orang dan barang.
Menurut laporan itu, kemerosotan dalam pekerjaan juga berarti kerugian pendapatan yang besar bagi pekerja. Laporan ini memperkirakan antara 860 miliar hingga 3,4 triliun dolar AS pada akhir 2020.
"Ini bukan lagi hanya krisis kesehatan global, ini juga merupakan krisis pasar tenaga kerja utama dan ekonomi yang berdampak besar pada manusia," kata Direktur Jenderal ILO Guy Ryder.
Laporan, "COVID-19 dan dunia kerja: Dampak dan tanggapan", menyerukan langkah-langkah mendesak, berskala besar dan terkoordinasi di tiga pilar: melindungi pekerja di tempat kerja, merangsang ekonomi dan pekerjaan, serta mendukung pekerjaan dan pendapatan.
Menurut laporan itu, langkah-langkah ini akan mencakup memperluas perlindungan sosial, mendukung retensi pekerjaan, dan bantuan keuangan serta pajak untuk usaha mikro, kecil dan menengah.
Baca juga: Menaker: Jepang berkontribusi atasi pengangguran di Indonesia
Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan Rabu (18/3/2020), ILO mengatakan bahwa sebagai perbandingan, krisis keuangan global 2008-9 meningkatkan pengangguran global sebesar 22 juta.
Pengangguran terselubung juga diperkirakan akan meningkat secara besar-besaran, karena konsekuensi ekonomi dari wabah virus diterjemahkan menjadi pengurangan dalam jam kerja dan upah, kata laporan ILO.
Baca juga: ILO: 25 juta orang terancam kehilangan pekerjaan karena corona
Ia menambahkan bahwa wirausaha di negara-negara berkembang, yang sering berfungsi untuk meredam dampak perubahan, mungkin tidak melakukannya kali ini karena pembatasan pergerakan orang dan barang.
Menurut laporan itu, kemerosotan dalam pekerjaan juga berarti kerugian pendapatan yang besar bagi pekerja. Laporan ini memperkirakan antara 860 miliar hingga 3,4 triliun dolar AS pada akhir 2020.
"Ini bukan lagi hanya krisis kesehatan global, ini juga merupakan krisis pasar tenaga kerja utama dan ekonomi yang berdampak besar pada manusia," kata Direktur Jenderal ILO Guy Ryder.
Laporan, "COVID-19 dan dunia kerja: Dampak dan tanggapan", menyerukan langkah-langkah mendesak, berskala besar dan terkoordinasi di tiga pilar: melindungi pekerja di tempat kerja, merangsang ekonomi dan pekerjaan, serta mendukung pekerjaan dan pendapatan.
Menurut laporan itu, langkah-langkah ini akan mencakup memperluas perlindungan sosial, mendukung retensi pekerjaan, dan bantuan keuangan serta pajak untuk usaha mikro, kecil dan menengah.
Baca juga: Menaker: Jepang berkontribusi atasi pengangguran di Indonesia
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020
Tags: