Pasien COVID-19 naik 40% di Israel, Montenegro laporkan kasus pertama
18 Maret 2020 18:28 WIB
Anggota polisi Palestina, menggunakan masker sebagai langkah perlindungan terhadap virus COVID-19. melakukan rutinitas di perbatasan Allenby Brigdge yang dikendalikan Israel di Jericho, wilayah pendudukan Israel, Tepi Barat, Selasa (10/3/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad/hp/djo
Yerusalem/Podgorica/Banjul (ANTARA) - Pemerintah Israel mencatat pasien COVID-19 naik 40 persen menjadi 427 orang dalam waktu 24 jam, demikian keterangan Kementerian Kesehatan, Rabu, seraya mengatakan pemeriksaan massal kemungkinan akan dilakukan di negara itu.
Otoritas setempat telah meminta warga untuk tetap berada di dalam rumah dan menyetujui adanya pemantauan dari pemerintah terhadap aktivitas masyarakat guna menekan penyebaran virus. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan 3.000 pemeriksaan dapat dilakukan per harinya di Israel.
Di samping di fasilitas kesehatan, Israel juga menyediakan pemeriksaan dalam unit "drive-through" yang dapat diakses oleh para pengendara.
"Kita akan menghadapi ratusan pasien baru yang ditemukan tiap harinya dan kemungkinan jumlahnya akan lebih banyak," kata direktur jenderal di Kementerian Kesehatan, Moshe Bar Siman-Tov ke Radio Army.
Baca juga: PM minta siapa pun yang tiba di Israel jalani karantina 14 hari
Baca juga: Belanda, Israel temukan kasus kedua infeksi corona di wilayahnya
Pihak kementerian menerangkan 304 pasien positif COVID-19 dari total 427 orang dalam kondisi kritis. Akan tetapi, otoritas terkait belum melaporkan ada korban jiwa akibat COVID-19.
Di wilayah West Bank, yang diduduki pasukan Israel, petugas kesehatan Palestina melaporkan 44 pasien positif tertular COVID-19. Namun, sampai saat ini belum ada pasien yang dilaporkan positif tertular di sepanjang perbatasan Gaza.
Sementara itu, Montenegro dan Gambia turut melaporkan kasus pertama penularan COVID-19. Montenegro merupakan negara terakhir di Eropa yang melaporkan penularan virus, sehingga saat ini seluruh wilayah di Benua Biru terdampak COVID-19.
Otoritas di Montenegro melaporkan kasus pertama penularan COVID-19 yang ditemukan pada dua pasien perempuan. Dalam 12 hari terakhir, dua pasien itu memiliki riwayat perjalanan ke Amerika Serikat dan Spanyol, kata Perdana Menteri Dusko Markovic, Selasa. Ia menambahkan, keduanya telah dirawat.
Pemerintah Montenegro telah menutup perbatasan, menghentikan layanan transportasi umum, meliburkan sekolah, menutup kafe dan restoran demi mencegah penularan virus. Selama pembatasan diberlakukan, hanya supermarket dan apotek yang diperbolehkan beroperasi di Montenegro.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Gambia pada Selasa melaporkan kasus pertama penularan COVID-19 yang ditemukan pada seorang perempuan berusia 20 tahun. Pasien itu dilaporkan baru kembali dari Inggris.
Sumber: Reuters
Baca juga: PBB dan Palang Merah buat panduan lindungi sekolah dari COVID-19
Baca juga: Sekjen PBB: Dunia harus hindari dampak 'dramatis' virus corona
Otoritas setempat telah meminta warga untuk tetap berada di dalam rumah dan menyetujui adanya pemantauan dari pemerintah terhadap aktivitas masyarakat guna menekan penyebaran virus. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan 3.000 pemeriksaan dapat dilakukan per harinya di Israel.
Di samping di fasilitas kesehatan, Israel juga menyediakan pemeriksaan dalam unit "drive-through" yang dapat diakses oleh para pengendara.
"Kita akan menghadapi ratusan pasien baru yang ditemukan tiap harinya dan kemungkinan jumlahnya akan lebih banyak," kata direktur jenderal di Kementerian Kesehatan, Moshe Bar Siman-Tov ke Radio Army.
Baca juga: PM minta siapa pun yang tiba di Israel jalani karantina 14 hari
Baca juga: Belanda, Israel temukan kasus kedua infeksi corona di wilayahnya
Pihak kementerian menerangkan 304 pasien positif COVID-19 dari total 427 orang dalam kondisi kritis. Akan tetapi, otoritas terkait belum melaporkan ada korban jiwa akibat COVID-19.
Di wilayah West Bank, yang diduduki pasukan Israel, petugas kesehatan Palestina melaporkan 44 pasien positif tertular COVID-19. Namun, sampai saat ini belum ada pasien yang dilaporkan positif tertular di sepanjang perbatasan Gaza.
Sementara itu, Montenegro dan Gambia turut melaporkan kasus pertama penularan COVID-19. Montenegro merupakan negara terakhir di Eropa yang melaporkan penularan virus, sehingga saat ini seluruh wilayah di Benua Biru terdampak COVID-19.
Otoritas di Montenegro melaporkan kasus pertama penularan COVID-19 yang ditemukan pada dua pasien perempuan. Dalam 12 hari terakhir, dua pasien itu memiliki riwayat perjalanan ke Amerika Serikat dan Spanyol, kata Perdana Menteri Dusko Markovic, Selasa. Ia menambahkan, keduanya telah dirawat.
Pemerintah Montenegro telah menutup perbatasan, menghentikan layanan transportasi umum, meliburkan sekolah, menutup kafe dan restoran demi mencegah penularan virus. Selama pembatasan diberlakukan, hanya supermarket dan apotek yang diperbolehkan beroperasi di Montenegro.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Gambia pada Selasa melaporkan kasus pertama penularan COVID-19 yang ditemukan pada seorang perempuan berusia 20 tahun. Pasien itu dilaporkan baru kembali dari Inggris.
Sumber: Reuters
Baca juga: PBB dan Palang Merah buat panduan lindungi sekolah dari COVID-19
Baca juga: Sekjen PBB: Dunia harus hindari dampak 'dramatis' virus corona
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: