Iran bebaskan sementara 85 ribu tahanan di tengah kekhawatiran corona
17 Maret 2020 22:49 WIB
Para anggota tim medis mengenakan masker saat mempersiapkan cairan disinfektan untuk membersihkan tempat-tempat umum di Teheran, Iran (5/3/2020). ANTARA/REUTERS/WANA/Nazanin Tabatabaee/aa.
Dubai (ANTARA) - Iran untuk sementara membebaskan sekitar 85.000 orang dari penjara, termasuk tahanan politik, sebagai tanggapan terhadap epidemi virus corona, kata juru bicara pengadilan pada Selasa.
Iran telah melaporkan 16.169 kasus virus corona dan 988 kematian akibat virus tersebut dalam salah satu wabah nasional terburuk di luar China, lokasi pandemi itu berasal.
"Sejauh ini, sekitar 85.000 tahanan telah dibebaskan ... Juga di penjara, kami telah mengambil tindakan pencegahan untuk menghadapi wabah itu," kata juru bicara pengadilan Gholamhossein Esmaili.
Ditanya apakah tahanan politik termasuk di antara mereka yang dibebaskan, ia mengatakan pada briefing yang disiarkan oleh televisi pemerintah: "Ya, sekitar 50% dari mereka adalah tahanan terkait keamanan."
Dia tidak mengatakan kapan mereka yang dibebaskan harus kembali ke penjara.
Iran mengumumkan pembebasan 70.000 tahanan pada 9 Maret sebagai reaksi tanggapan terhadap penyebaran virus itu, tetapi tidak ada pembebasan tahanan politik.
Baca juga: Wakil Presiden Iran Jahangiri positif corona
Baca juga: Dalam 24 jam, 113 orang di Iran meninggal akibat corona
Pelapor Khusus Amerika Serikat tentang Hak Asasi Manusia di Iran, Javaid Rehman, mengatakan pada waktu itu bahwa ia telah meminta Teheran untuk membebaskan semua tahanan politik sementara dari penjara negara yang penuh sesak dan penuh penyakit untuk membantu membendung penyebaran virus.
Rehman mengatakan hanya mereka yang menjalani hukuman kurang dari lima tahun telah dibebaskan, sementara para tahanan yang didakwa dengan hukuman yang lebih berat dan mereka yang terkait dengan partisipasi dalam protes anti-pemerintah tetap di penjara.
Pegiat hak asasi manusia itu mengatakan Republik Islam tersebut telah membebaskan setidaknya selusin tahanan politik dalam beberapa hari terakhir tetapi tahanan politik paling terkemuka tetap dipenjara.
Sebelum pembebasan 9 Maret, Iran mengatakan memiliki 189.500 orang di penjara, menurut laporan yang diserahkan Rehman ke Dewan Hak Asasi Manusia pada Januari. Mereka diyakini termasuk ratusan yang ditangkap selama atau setelah protes anti-pemerintah pada November.
Amerika Serikat mendesak Iran untuk membebaskan puluhan warga negara ganda dan orang asing yang ditahan terutama atas tuduhan mata-mata. Washington juga mengatakan akan meminta pemerintah Teheran bertanggung jawab langsung atas kematian warga Amerika.
Melakukan Bunuh Diri
Ulama penguasa Iran telah menolak mengarantina kota-kota tetapi telah mengimbau warga untuk tidak melakukan perjalanan sebelum tahun baru Iran pada 20 Maret.
Banyak warga Iran telah mengabaikan seruan otoritas kesehatan untuk tinggal di rumah, dan toko-toko dan restoran tetap buka.
Otoritas teratas Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, telah mengeluarkan peraturan agama yang melarang perjalanan 'tidak perlu', kata televisi pemerintah.
"Tetap di rumah ... Berbelanja untuk tahun baru itu seperti bunuh diri akhir-akhir ini," kata seorang pejabat kementerian kesehatan melalui televisi pemerintah, yang mengatakan jutaan orang Iran bisa mati karena virus itu jika orang bepergian untuk liburan tahun baru.
Ibadah shalat Jumat telah dibatalkan di seluruh negeri, katanya, dan situs-situs suci Muslim serta tempat-tempat suci di Masyhad dan Qom telah ditutup.
Polisi membubarkan sekelompok demonstran garis keras yang berkumpul pada Senin malam di Kuil Imam Reza di Mashhad dan Kuil Masumeh di Qom untuk memprotes penutupan mereka, menurut media pemerintah. Dua pengunjuk rasa telah ditangkap.
Para pejabat menyalahkan sanksi AS, yang diberlakukan kembali pada Teheran sejak Washington mundur dari perjanjian nuklir Iran 2015 dengan enam kekuatan dunia. Menurut Teheran, sanksi itu menghambat perjuangan Teheran melawan virus corona.
Teheran telah mendesak negara-negara lain untuk mendukung seruannya untuk mencabut sanksi AS karena pandemi virus corona.
"Sanksi AS yang melanggar hukum menguras sumber daya ekonomi Iran, mengganggu kemampuan untuk melawan #COVID19," Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mencuit pada Selasa.
Tetapi sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan Washington tidak mungkin meringankan sanksi.
Pekan lalu, Iran mengatakan telah meminta dana darurat sebesar $ 5 miliar untuk memerangi wabah tersebut dari Dana Moneter Internasional. Untuk mengurangi tekanan ekonomi terhadap warga Iran, pemerintah telah memerintahkan penundaan pembayaran pajak bisnis dan pinjaman hingga Mei.
Sekitar 3 juta keluarga berpenghasilan rendah tanpa pekerjaan permanen juga akan menerima bantuan tunai hingga enam juta real (sekitar $ 400) yang diberikan dalam empat tahap.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran khawatirkan warganya di penjara AS di tengah wabah corona
Baca juga: Presiden Iran: Corona pengaruhi hampir seluruh provinsi
Iran telah melaporkan 16.169 kasus virus corona dan 988 kematian akibat virus tersebut dalam salah satu wabah nasional terburuk di luar China, lokasi pandemi itu berasal.
"Sejauh ini, sekitar 85.000 tahanan telah dibebaskan ... Juga di penjara, kami telah mengambil tindakan pencegahan untuk menghadapi wabah itu," kata juru bicara pengadilan Gholamhossein Esmaili.
Ditanya apakah tahanan politik termasuk di antara mereka yang dibebaskan, ia mengatakan pada briefing yang disiarkan oleh televisi pemerintah: "Ya, sekitar 50% dari mereka adalah tahanan terkait keamanan."
Dia tidak mengatakan kapan mereka yang dibebaskan harus kembali ke penjara.
Iran mengumumkan pembebasan 70.000 tahanan pada 9 Maret sebagai reaksi tanggapan terhadap penyebaran virus itu, tetapi tidak ada pembebasan tahanan politik.
Baca juga: Wakil Presiden Iran Jahangiri positif corona
Baca juga: Dalam 24 jam, 113 orang di Iran meninggal akibat corona
Pelapor Khusus Amerika Serikat tentang Hak Asasi Manusia di Iran, Javaid Rehman, mengatakan pada waktu itu bahwa ia telah meminta Teheran untuk membebaskan semua tahanan politik sementara dari penjara negara yang penuh sesak dan penuh penyakit untuk membantu membendung penyebaran virus.
Rehman mengatakan hanya mereka yang menjalani hukuman kurang dari lima tahun telah dibebaskan, sementara para tahanan yang didakwa dengan hukuman yang lebih berat dan mereka yang terkait dengan partisipasi dalam protes anti-pemerintah tetap di penjara.
Pegiat hak asasi manusia itu mengatakan Republik Islam tersebut telah membebaskan setidaknya selusin tahanan politik dalam beberapa hari terakhir tetapi tahanan politik paling terkemuka tetap dipenjara.
Sebelum pembebasan 9 Maret, Iran mengatakan memiliki 189.500 orang di penjara, menurut laporan yang diserahkan Rehman ke Dewan Hak Asasi Manusia pada Januari. Mereka diyakini termasuk ratusan yang ditangkap selama atau setelah protes anti-pemerintah pada November.
Amerika Serikat mendesak Iran untuk membebaskan puluhan warga negara ganda dan orang asing yang ditahan terutama atas tuduhan mata-mata. Washington juga mengatakan akan meminta pemerintah Teheran bertanggung jawab langsung atas kematian warga Amerika.
Melakukan Bunuh Diri
Ulama penguasa Iran telah menolak mengarantina kota-kota tetapi telah mengimbau warga untuk tidak melakukan perjalanan sebelum tahun baru Iran pada 20 Maret.
Banyak warga Iran telah mengabaikan seruan otoritas kesehatan untuk tinggal di rumah, dan toko-toko dan restoran tetap buka.
Otoritas teratas Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, telah mengeluarkan peraturan agama yang melarang perjalanan 'tidak perlu', kata televisi pemerintah.
"Tetap di rumah ... Berbelanja untuk tahun baru itu seperti bunuh diri akhir-akhir ini," kata seorang pejabat kementerian kesehatan melalui televisi pemerintah, yang mengatakan jutaan orang Iran bisa mati karena virus itu jika orang bepergian untuk liburan tahun baru.
Ibadah shalat Jumat telah dibatalkan di seluruh negeri, katanya, dan situs-situs suci Muslim serta tempat-tempat suci di Masyhad dan Qom telah ditutup.
Polisi membubarkan sekelompok demonstran garis keras yang berkumpul pada Senin malam di Kuil Imam Reza di Mashhad dan Kuil Masumeh di Qom untuk memprotes penutupan mereka, menurut media pemerintah. Dua pengunjuk rasa telah ditangkap.
Para pejabat menyalahkan sanksi AS, yang diberlakukan kembali pada Teheran sejak Washington mundur dari perjanjian nuklir Iran 2015 dengan enam kekuatan dunia. Menurut Teheran, sanksi itu menghambat perjuangan Teheran melawan virus corona.
Teheran telah mendesak negara-negara lain untuk mendukung seruannya untuk mencabut sanksi AS karena pandemi virus corona.
"Sanksi AS yang melanggar hukum menguras sumber daya ekonomi Iran, mengganggu kemampuan untuk melawan #COVID19," Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mencuit pada Selasa.
Tetapi sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan Washington tidak mungkin meringankan sanksi.
Pekan lalu, Iran mengatakan telah meminta dana darurat sebesar $ 5 miliar untuk memerangi wabah tersebut dari Dana Moneter Internasional. Untuk mengurangi tekanan ekonomi terhadap warga Iran, pemerintah telah memerintahkan penundaan pembayaran pajak bisnis dan pinjaman hingga Mei.
Sekitar 3 juta keluarga berpenghasilan rendah tanpa pekerjaan permanen juga akan menerima bantuan tunai hingga enam juta real (sekitar $ 400) yang diberikan dalam empat tahap.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran khawatirkan warganya di penjara AS di tengah wabah corona
Baca juga: Presiden Iran: Corona pengaruhi hampir seluruh provinsi
Penerjemah: Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: