Surabaya (ANTARA) - Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota setempat ikut menstabilkan harga gula yang berimbas pada kelangkaan gula di sejumlah pasar rakyat di Kota Surabaya, Jawa Timur.

Anggota Komisi B DPRD Surabaya, Jhon Thamrun di Surabaya, Selasa, mengatakan kelangkaan gula di sejumlah pasar rakyat beberapa pekan terakhir, berdampak pada melonjaknya harga gula di toko tradisional.

"Harus segera diatasi, jika tidak ingin harga gula terus naik tajam yang berakibat pada masyarakat," katanya.

Baca juga: Mentan sebut harga gula dan bawang mahal karena "panic buying"

Ia menjelaskan dari pantauan di lapangan dalam sepekan saja harga gula di pasar maupun toko tradisional naik cukup drastis, dari semula Rp12.000 per kil gram, saat ini melonjak jadi Rp17.000 per kilogram.

Agar harga gula tidak bergerak secara liar, kata dia, Pemkot Surabaya perlu secepatnya melakukan operasi pasar sehingga harga gula putih kembali normal.

"Kasihan masyarakat jika disuguhi kenaikan harga gula terus menerus, pemkot dalam hal ini Disperindag harus mengatasi hal ini," katanya.

Politisi PDI Perjuangan Kota Surabaya ini mengatakan, kelangkaan gula yang terjadi di Surabaya dipicu oleh tersendatnya suplai gula di kalangan pedagang, akibat musim giling gula yang tertunda karena faktor cuaca.

Namun, kata dia, yang terpenting kelangkaan gula harus segera diatasi agar suplai gula stabil dan harga kembali normal. Jika tidak segera diatasi,bukan tidak mungkin gula rafinasi akan masuk ke pasar dan gula impor akan berjaya.

"Ini yang saya khawatirkan, jadi pemkot harus secepatnya mengatasi kelangkaan komoditas kristal putih manis atau gula ini," katanya.

Ia mengatakan Disperindag pada saat rapat dengar pendapat dengan Komisi B, Senin (16/3) sudah mengantisipasi dengan memasok gula pasir dalam sehari dilakukan di dua kecamatan, saat ini ditingkatkan menjadi tiga kecamatan dalam satu hari.

Baca juga: Satgas Pangan terus berupaya stabilkan harga bawang putih dan gula

Saat disinggung intervensi Pemkot Surabaya di tingkat ritel modern, ia mengatakan harga gula di ritel modern seperti supermarket dan hypermarket sudah ada patokan HET atau Harga Eceran Tertinggi, pengelolaan tata niaganya sudah diatur pihak swasta dengan pemerintah.

"Jadi kita tidak bisa intervensi lebih dalam. Terpenting di tingkat pasar tradisional harga gula secepatnya kembali normal, agar belanja masyarakat kembali bergairah," katanya.

Hal sama juga dikatakan Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno. Ia mengatakan Komisi B mendesak Pemkot Surabaya agar mengetahui terlebih dahulu, berapa kebutuhan gula di masyarakat, sehingga stok gula di pasar bisa mencukupi.

"Dari pengakuan Disperindag Surabaya memang intervensi suplai gula sudah dilakukan di 31 kecamatan, tapi kami ingin tahu lebih jauh lagi secara umum berapa kebutuhan gula di level ritel dan pasar tradisional, " katanya.

Ia menjelaskan, saat ini Pemkot Surabaya baru bisa memenuhi kebutuhan gula di pasar sebesar 2.320 ton setiap bulan, ini untuk kebutuhan gula di 31 kecamatan yang ada di Surabaya.

Seharusnya, kata dia, Pemkot Surabaya bisa melihat berapa kebutuhan gula, stok gula, dan suplai gula di masyarakat, sehingga bisa mendapatkan angka riil konsumsi gula di pasar tradisional, yang pada akhirnya harga gula di pasar stabil, tidak menggila seperti saat ini harga gula terus menggeliat.

"Dalam waktu dekat kami akan undang kembali Disperindag Kota Surabaya, agar angka kebutuhan gula bisa valid. Jika perlu kami sidak gula di toko ataupun pasar tradisional," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Surabaya Wiwik Widyati belum bisa dikonfirmasi terkait kenaikan harga gula di pasaran.