Warga diimbau kurangi bepergian, pengemudi ojek pun mengeluh
17 Maret 2020 10:07 WIB
Anas (45) pengemudi ojek pangkalan di Stasiun Gambir mulai mengeluhkan berkurangnya pendapatan setelah adanya imbauan agar warga untuk sementara mengurangi kegiatannya di luar ruangan setelah ada wabah virus corona (ANTARA/Serda Arif Rahman hakim/Teguh Handoko)
Jakarta (ANTARA) - Imbauan pemerintah agar warga menghindari kerumunan, membatasi bepergian, dan karyawan diminta bekerja dari rumah untuk mencegah penyebaran virus corona, turut berdampak pada penghasilan para pengemudi ojek di Jakarta.
Salah satunya Anas (45), pengemudi ojek konvensional yang biasa mangkal sekitar Stasiun Gambir, Jakarta, yang mengaku akhir-akhir ini penghasilannya berkurang.
"Biasanya dapat 'pekgo' (Rp150 ribu) sekarang tidak sampai segitu," kata Anas ketika ditemui, Selasa.
Setelah kasus COVID-19 ditemukan di Indonesia, Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran virus itu.
Di antaranya dengan menutup sejumlah tempat wisata, meliburkan sekolah, dan juga mengimbau warga untuk tidak bepergian kecuali untuk keperluan mendesak.
Karyawan juga diminta bekerja dari rumah sehingga mobilitas orang yang menggunakan angkutan umum pun berkurang.
Anas sendiri mengakui ia dan keluarga turut cemas dengan penyebaran wabah tersebut, namun ia mengaku tidak punya pilihan kecuali tetap bekerja ke luar rumah.
"Yang penting perut jangan sampai kosong dengan banyak makan, istirahat yang cukup, ditambah minum jamu, dan cuci tangan sebelum dan sesudah keluar rumah," katanya.
Ia mengaku tidak terlalu panik, tapi juga berharap wabah ini cepat selesai.
Untuk menutup kekurangan penghasilan, Anas mencoba mencari tambahan dengan membantu mengatur parkir mobil di sekitar stasiun Gambir.
Baca juga: Sekolah libur, pengemudi ojek daring sepi penumpang
Baca juga: Frekuensi transportasi kembali tinggi, Anies: Kurangi risiko COVID-19
Baca juga: Pasien sembuh corona ingatkan pentingnya minum air putih
Keluhan senada juga disampaikan Edi Nasution (56), pengemudi taksi online di kawasan Bekasi.
"Waktu tunggu order jadi lama, bisa sampai 2 jam, biasanya saya dapat pesanan kurang dari 30 menit," kata Edi yang mengaku penghasilannya turun hingga lebih dari 50 persen dari biasanya.
Pesanan biasanya datang dari karyawan atau anak sekolah, dengan adanya kebijakanan pembatasan keluar rumah, pengguna jasa taksi online pun berkurang.
Edi sendiri tetap mencari pelanggan agar kebutuhan sehari-harinya tercukupi, tapi tetap waspada terhadap kemungkinan tertular.
"Saya paling-paling cukup dengan sering cuci tangan, dan pakai hand sanitizer di mobil," katanya.
Salah satunya Anas (45), pengemudi ojek konvensional yang biasa mangkal sekitar Stasiun Gambir, Jakarta, yang mengaku akhir-akhir ini penghasilannya berkurang.
"Biasanya dapat 'pekgo' (Rp150 ribu) sekarang tidak sampai segitu," kata Anas ketika ditemui, Selasa.
Setelah kasus COVID-19 ditemukan di Indonesia, Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran virus itu.
Di antaranya dengan menutup sejumlah tempat wisata, meliburkan sekolah, dan juga mengimbau warga untuk tidak bepergian kecuali untuk keperluan mendesak.
Karyawan juga diminta bekerja dari rumah sehingga mobilitas orang yang menggunakan angkutan umum pun berkurang.
Anas sendiri mengakui ia dan keluarga turut cemas dengan penyebaran wabah tersebut, namun ia mengaku tidak punya pilihan kecuali tetap bekerja ke luar rumah.
"Yang penting perut jangan sampai kosong dengan banyak makan, istirahat yang cukup, ditambah minum jamu, dan cuci tangan sebelum dan sesudah keluar rumah," katanya.
Ia mengaku tidak terlalu panik, tapi juga berharap wabah ini cepat selesai.
Untuk menutup kekurangan penghasilan, Anas mencoba mencari tambahan dengan membantu mengatur parkir mobil di sekitar stasiun Gambir.
Baca juga: Sekolah libur, pengemudi ojek daring sepi penumpang
Baca juga: Frekuensi transportasi kembali tinggi, Anies: Kurangi risiko COVID-19
Baca juga: Pasien sembuh corona ingatkan pentingnya minum air putih
Keluhan senada juga disampaikan Edi Nasution (56), pengemudi taksi online di kawasan Bekasi.
"Waktu tunggu order jadi lama, bisa sampai 2 jam, biasanya saya dapat pesanan kurang dari 30 menit," kata Edi yang mengaku penghasilannya turun hingga lebih dari 50 persen dari biasanya.
Pesanan biasanya datang dari karyawan atau anak sekolah, dengan adanya kebijakanan pembatasan keluar rumah, pengguna jasa taksi online pun berkurang.
Edi sendiri tetap mencari pelanggan agar kebutuhan sehari-harinya tercukupi, tapi tetap waspada terhadap kemungkinan tertular.
"Saya paling-paling cukup dengan sering cuci tangan, dan pakai hand sanitizer di mobil," katanya.
Pewarta: Teguh Handoko dan Serda Arif Rahman Hakim
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020
Tags: