Luhut pastikan investasi tetap jalan, hanya mundur eksekusinya
16 Maret 2020 22:52 WIB
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan (kedua kiri) dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) memberikan keterangan pers usai melakukan peninjauan kesiapan Bandara dalam menghadapi COVID-19 di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (13/3/2020). Dalam kunjungannya Presiden menegaskan bahwa pengecekan pergerakan manusia di bandara Soetta sudah sangat ketat. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/hp.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan arus investasi tetap berjalan masuk ke Indonesia meski eksekusi realisasinya sedikit mundur karena terdampak mewabahnya pandemi virus Corona jenis baru (COVID-19).
"Sampai hari ini sebenarnya investasi belum ada penundaan, yang terjadi adalah eksekusi investasi agak mundur. Tapi di beberapa tempat, kami sekarang ini sudah mulai mengejar itu," katanya dalam teleconference di Jakarta, Senin malam.
Luhut menjelaskan investasi asal China senilai 11 miliar dolar AS, misalnya, akan mulai direalisasikan. Keyakinan itu juga dilihat dari mulai pulihnya kondisi di negeri tirai bambu yang telah memulai kembali aktivitas produksi.
Baca juga: Kementerian Hukum dan HAM mulai berlakukan sistem kerja dari rumah
"Yang tadinya terhenti karena Coronavirus di sana, sekarang mereka sudah mulai satu shift, dua shift dan awal bulan depan sudah mulai tiga shift. Artinya di sana sudah mulai aman," ujarnya.
Luhut menambahkan, selain investasi asal China, investasi dari Uni Emirat Arab hingga dari Australia pun disebutnya masih terlihat progresnya. Namun, ia mengakui realisasinya melambat akibat mewabahnya virus corona di seluruh dunia.
"Overall (secara umum), saya kira ok, hanya memang slow down (lambat) dalam eksekusinya," katanya.
Baca juga: Wali Kota Pangkalpinang: Perketat pengawasan bandara dan pelabuhan
Luhut juga menyinggung soal melesetnya target pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan mineral (smelter) yang seharusnya rampung pada 2022.
Menurut dia, melesetnya target penyelesaian smelter memang dikarenakan banyaknya tenaga kerja asal China yang belum bisa kembali ke Tanah Air dan melanjutkan pekerjaan awal pembangunan smelter.
Pembangunan smelter, terutama smelter nikel, sendiri memang didominasi perusahaan asal China yang banyak mempekerjakan tenaga kerja China. Mereka sempat kembali ke China untuk libur tahun baru namun tak bisa segera kembali karena mewabahnya virus corona.
Kendati demikian, Luhut memastikan tahun ini Indonesia akan tetap mulai memproduksi baja karbon (carbon steel) setelah sebelumnya fokus untuk memproduksi baja tahan karat (stainless steel).
"Sekarang meningkat ke carbon steel," katanya.
Baca juga: BAZNAS semprot disinfektan ruang publik cegah COVID-19
Baca juga: Bupati Lumajang instruksikan semprot tempat ibadah dengan disinfektan
Baca juga: RS Bhayangkara Mataram siapkan fasilitas penanganan dini pasien corona
"Sampai hari ini sebenarnya investasi belum ada penundaan, yang terjadi adalah eksekusi investasi agak mundur. Tapi di beberapa tempat, kami sekarang ini sudah mulai mengejar itu," katanya dalam teleconference di Jakarta, Senin malam.
Luhut menjelaskan investasi asal China senilai 11 miliar dolar AS, misalnya, akan mulai direalisasikan. Keyakinan itu juga dilihat dari mulai pulihnya kondisi di negeri tirai bambu yang telah memulai kembali aktivitas produksi.
Baca juga: Kementerian Hukum dan HAM mulai berlakukan sistem kerja dari rumah
"Yang tadinya terhenti karena Coronavirus di sana, sekarang mereka sudah mulai satu shift, dua shift dan awal bulan depan sudah mulai tiga shift. Artinya di sana sudah mulai aman," ujarnya.
Luhut menambahkan, selain investasi asal China, investasi dari Uni Emirat Arab hingga dari Australia pun disebutnya masih terlihat progresnya. Namun, ia mengakui realisasinya melambat akibat mewabahnya virus corona di seluruh dunia.
"Overall (secara umum), saya kira ok, hanya memang slow down (lambat) dalam eksekusinya," katanya.
Baca juga: Wali Kota Pangkalpinang: Perketat pengawasan bandara dan pelabuhan
Luhut juga menyinggung soal melesetnya target pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan mineral (smelter) yang seharusnya rampung pada 2022.
Menurut dia, melesetnya target penyelesaian smelter memang dikarenakan banyaknya tenaga kerja asal China yang belum bisa kembali ke Tanah Air dan melanjutkan pekerjaan awal pembangunan smelter.
Pembangunan smelter, terutama smelter nikel, sendiri memang didominasi perusahaan asal China yang banyak mempekerjakan tenaga kerja China. Mereka sempat kembali ke China untuk libur tahun baru namun tak bisa segera kembali karena mewabahnya virus corona.
Kendati demikian, Luhut memastikan tahun ini Indonesia akan tetap mulai memproduksi baja karbon (carbon steel) setelah sebelumnya fokus untuk memproduksi baja tahan karat (stainless steel).
"Sekarang meningkat ke carbon steel," katanya.
Baca juga: BAZNAS semprot disinfektan ruang publik cegah COVID-19
Baca juga: Bupati Lumajang instruksikan semprot tempat ibadah dengan disinfektan
Baca juga: RS Bhayangkara Mataram siapkan fasilitas penanganan dini pasien corona
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: