BPJS Ketenagakerjaan dan asosiasi dapen ajak investor beli saham
16 Maret 2020 11:29 WIB
Warga melintas layar yang menampilkan infornasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/3/2020). BEI melakukan pembekuan sementara perdagangan ('trading halt') pada sistem perdagangan di bursa efek pada Kamis (12/3) pukul 15.33 WIB karena dipicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,01 persen. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ama.
Jakarta (ANTARA) - BPJS Ketenagakerjaan bersama Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) serta Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) mengajak investor untuk membeli saham di tengah kondisi pasar modal yang tengah menurun.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan bahwa kondisi pasar modal saat ini digambarkan sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan namun hal tersebut tergantung bagaimana perspektif investor memanfaatkan kondisi tersebut.
"Kondisi pasar yang sedang lesu saat ini dipengaruhi oleh banyaknya investor yang keluar dari bursa saham nasional, namun kami justru melihat ini sebagai peluang yang baik untuk masuk," ujar Agus dalam acara "Pembukaan Perdagangan BEI oleh Investor Pengelola Dana Publik" di BEI, Jakarta, Senin.
Imbas merebaknya pandemi global COVID-19 berdampak ke berbagai sendi kehidupan, termasuk perekonomian. Kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global akibat COVID-19 bahkan berdampak pada potensi penurunan pendapatan perusahaan serta minat investasi. Tren penurunan (bearish) juga menyentuh pasar modal sejumlah negara, termasuk Indonesia.
"Momen seperti ini bisa dimanfaatkan untuk membeli barang bagus dengan harga yang murah. Tentunya dengan tetap memastikan terlebih dahulu kondisi fundamental dari emiten," ujar Agus.
Agus menuturkan, BPJS Ketenagakerjaan sebagai salah satu pengelola dana yang berorientasi pada peningkatan manfaat jangka panjang bagi para pesertanya senantiasa berusaha melakukan pengelolaan investasi secara hati-hati, profesional dan dengan tata kelola yang baik, dan selalu berlandaskan regulasi yang berlaku.
Adapun regulasi yang mengatur pengelolaan investasi BPJS Ketenagakerjaan antara lain PP Nomor 99 Tahun 2013 dan PP Nomor 55 Tahun 2015 serta strategi alokasi aset yang dinamis menyesuaikan perkembangan ekonomi dan pasar modal.
Terhitung Per Desember 2019, BPJS Ketenagakerjaan mencatatkan dana kelolaan mencapai Rp431,6 triliun. Dana kelolaan tersebut dialokasikan pada instrumen "fixed income" (deposito dan surat utang ) 71,4 persen, saham 19,09 persen, reksadana 9,34 persen, dan sisanya pada investasi langsung (properti dan penyertaan).
Instrumen saham merupakan salah satu instrumen investasi yang bertujuan untuk mendapatkan imbal hasil (return) yang optimal dalam jangka panjang. Saat ini kepemilikan saham BPJS Ketenagakerjaan mayoritas merupakan saham kategori blue chip pada Index LQ45 dan mayoritas juga merupakan saham-saham BUMN.
Agus menegaskan pihaknya tengah melakukan analisis mendalam untuk menentukan pembelian saham, begitu pula dengan ADPI dan ADPLK.
"Kami senantiasa bertukar informasi membahas kondisi pasar modal terkini. Kami perhatikan pergerakan IHSG saat ini yang mengalami koreksi yang dalam, secara valuasi IHSG saat ini diperdagangkan pada level yang cukup jauh di bawah rata-rata kondisi normalnya," kata Agus.
Menurut dia, kondisi itu merupakan kesempatan yang baik bagi investor untuk melakukan akumulasi saham secara selektif, namun dengan tetap mengedepankan aspek kehati-hatian dengan terlebih dahulu memastikan kelayakan fundamental emiten.
Senada dengan Agus, Ketua ADPI Suheri dan Ketua ADPLK Nur Hasan Kurniawan juga sepakat untuk masuk ke dalam bursa perdagangan segera.
Sebagai pengelola dana publik dengan durasi jangka panjang, baik BPJS Ketenagakerjaan, ADPI dan ADPLK yakin bahwa dana yang akan digelontorkan nantinya akan mendapatkan hasil yang menguntungkan bagi para pesertanya.
Industri dana pensiun saat ini mengelola aset sebesar Rp289 triliun per Desember 2019.
“Kondisi saat ini sebetulnya waktu yang sangat tepat untuk masuk di bursa, kami bertiga tidak mau kehilangan momentum untuk masuk ke pasar. Jangan dilihat kondisi pasar sekarang, tapi long time horizon sesuai profil dana kita," ujar Suheri.
Sementara itu, Nur Hasan optimistis fundamental ekonomi Indonesia masih bagus dan akan semakin membaik ke depannya.
"Wacana masuk ke pasar saham ini kita lakukan bukan karena desakan atau intervensi dari manapun, tetapi atas kesadaran sendiri berdasarkan pertimbangan bisnis rasional. Industri dana pensiun komit untuk memulihkan pasar finansial Indonesia saat ini," ujar Nur Hasan.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan, sudah waktunya investor domestik memegang kendali pasar modal dalam negeri. Seluruh investor domestik perlu bahu membahu agar bisa menjadi tuan di negeri sendiri.
"Karena belajar dari pengalaman terdahulu, jika IHSG tertekan karena kondisi kejadian luar biasa seperti wabah ini, nantinya pasti akan terjadi pemulihan atau recovery. Seperti kata pepatah, "Badai Pasti Berlalu"," ujar Inarno.
Baca juga: BEI harapkan "auto rejection" dan "trading halt" bisa cegah kepanikan
Baca juga: BEI sebut ada dana pensiun dan asuransi akan beli saham
Baca juga: BEI kembali ubah batas bawah "Auto Rejection" jadi tujuh persen
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan bahwa kondisi pasar modal saat ini digambarkan sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan namun hal tersebut tergantung bagaimana perspektif investor memanfaatkan kondisi tersebut.
"Kondisi pasar yang sedang lesu saat ini dipengaruhi oleh banyaknya investor yang keluar dari bursa saham nasional, namun kami justru melihat ini sebagai peluang yang baik untuk masuk," ujar Agus dalam acara "Pembukaan Perdagangan BEI oleh Investor Pengelola Dana Publik" di BEI, Jakarta, Senin.
Imbas merebaknya pandemi global COVID-19 berdampak ke berbagai sendi kehidupan, termasuk perekonomian. Kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global akibat COVID-19 bahkan berdampak pada potensi penurunan pendapatan perusahaan serta minat investasi. Tren penurunan (bearish) juga menyentuh pasar modal sejumlah negara, termasuk Indonesia.
"Momen seperti ini bisa dimanfaatkan untuk membeli barang bagus dengan harga yang murah. Tentunya dengan tetap memastikan terlebih dahulu kondisi fundamental dari emiten," ujar Agus.
Agus menuturkan, BPJS Ketenagakerjaan sebagai salah satu pengelola dana yang berorientasi pada peningkatan manfaat jangka panjang bagi para pesertanya senantiasa berusaha melakukan pengelolaan investasi secara hati-hati, profesional dan dengan tata kelola yang baik, dan selalu berlandaskan regulasi yang berlaku.
Adapun regulasi yang mengatur pengelolaan investasi BPJS Ketenagakerjaan antara lain PP Nomor 99 Tahun 2013 dan PP Nomor 55 Tahun 2015 serta strategi alokasi aset yang dinamis menyesuaikan perkembangan ekonomi dan pasar modal.
Terhitung Per Desember 2019, BPJS Ketenagakerjaan mencatatkan dana kelolaan mencapai Rp431,6 triliun. Dana kelolaan tersebut dialokasikan pada instrumen "fixed income" (deposito dan surat utang ) 71,4 persen, saham 19,09 persen, reksadana 9,34 persen, dan sisanya pada investasi langsung (properti dan penyertaan).
Instrumen saham merupakan salah satu instrumen investasi yang bertujuan untuk mendapatkan imbal hasil (return) yang optimal dalam jangka panjang. Saat ini kepemilikan saham BPJS Ketenagakerjaan mayoritas merupakan saham kategori blue chip pada Index LQ45 dan mayoritas juga merupakan saham-saham BUMN.
Agus menegaskan pihaknya tengah melakukan analisis mendalam untuk menentukan pembelian saham, begitu pula dengan ADPI dan ADPLK.
"Kami senantiasa bertukar informasi membahas kondisi pasar modal terkini. Kami perhatikan pergerakan IHSG saat ini yang mengalami koreksi yang dalam, secara valuasi IHSG saat ini diperdagangkan pada level yang cukup jauh di bawah rata-rata kondisi normalnya," kata Agus.
Menurut dia, kondisi itu merupakan kesempatan yang baik bagi investor untuk melakukan akumulasi saham secara selektif, namun dengan tetap mengedepankan aspek kehati-hatian dengan terlebih dahulu memastikan kelayakan fundamental emiten.
Senada dengan Agus, Ketua ADPI Suheri dan Ketua ADPLK Nur Hasan Kurniawan juga sepakat untuk masuk ke dalam bursa perdagangan segera.
Sebagai pengelola dana publik dengan durasi jangka panjang, baik BPJS Ketenagakerjaan, ADPI dan ADPLK yakin bahwa dana yang akan digelontorkan nantinya akan mendapatkan hasil yang menguntungkan bagi para pesertanya.
Industri dana pensiun saat ini mengelola aset sebesar Rp289 triliun per Desember 2019.
“Kondisi saat ini sebetulnya waktu yang sangat tepat untuk masuk di bursa, kami bertiga tidak mau kehilangan momentum untuk masuk ke pasar. Jangan dilihat kondisi pasar sekarang, tapi long time horizon sesuai profil dana kita," ujar Suheri.
Sementara itu, Nur Hasan optimistis fundamental ekonomi Indonesia masih bagus dan akan semakin membaik ke depannya.
"Wacana masuk ke pasar saham ini kita lakukan bukan karena desakan atau intervensi dari manapun, tetapi atas kesadaran sendiri berdasarkan pertimbangan bisnis rasional. Industri dana pensiun komit untuk memulihkan pasar finansial Indonesia saat ini," ujar Nur Hasan.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan, sudah waktunya investor domestik memegang kendali pasar modal dalam negeri. Seluruh investor domestik perlu bahu membahu agar bisa menjadi tuan di negeri sendiri.
"Karena belajar dari pengalaman terdahulu, jika IHSG tertekan karena kondisi kejadian luar biasa seperti wabah ini, nantinya pasti akan terjadi pemulihan atau recovery. Seperti kata pepatah, "Badai Pasti Berlalu"," ujar Inarno.
Baca juga: BEI harapkan "auto rejection" dan "trading halt" bisa cegah kepanikan
Baca juga: BEI sebut ada dana pensiun dan asuransi akan beli saham
Baca juga: BEI kembali ubah batas bawah "Auto Rejection" jadi tujuh persen
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020
Tags: