Washington (ANTARA) - Federal Reserve AS pada Minggu (15/3) memangkas suku bunga acuannya menjadi mendekati nol dan berjanji untuk meningkatkan kepemilikan obligasi sedikitnya 700 miliar dolar AS di tengah meningkatnya kekhawatiran atas wabah virus corona.

"Wabah virus corona telah merugikan masyarakat dan mengganggu kegiatan ekonomi di banyak negara, termasuk Amerika Serikat," kata The Fed pada Minggu sore dalam sebuah pernyataan, menambahkan kondisi keuangan global juga telah "sangat terpengaruh."

Bank sentral mencatat bahwa efek virus corona akan "membebani" aktivitas ekonomi AS dalam waktu dekat dan menimbulkan risiko terhadap prospek ekonomi. Oleh karena itu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), komite pembuat kebijakan Fed, memutuskan untuk menurunkan kisaran target suku bunga dana federal menjadi 0-0,25 persen.

"Komite mengharapkan untuk mempertahankan kisaran target ini sampai yakin bahwa ekonomi telah melewati peristiwa-peristiwa baru-baru ini dan berada di jalur untuk mencapai lapangan kerja maksimum dan tujuan stabilitas harga," kata The Fed.

The Fed juga mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan kepemilikan surat utang pemerintah sedikitnya 500 miliar dolar dan kepemilikan mortgage-backed securities (efek yang dibuat dengan men-sekuritisasi aset piutang KPR) sekurang-kurangnya 200 miliar dolar selama beberapa bulan mendatang.

"Federal Reserve siap untuk menggunakan berbagai alat untuk mendukung aliran kredit ke rumah tangga dan bisnis dan dengan demikian meningkatkan lapangan kerja maksimum dan tujuan stabilitas harga," kata bank sentral.

Tindakan terbaru The Fed datang kurang dari dua minggu setelah memangkas suku bunga setengah poin persentase dalam langkah darurat yang gagal meyakinkan investor yang gelisah.

Ini juga menandai pemangkasan suku bunga darurat kedua Fed yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak krisis keuangan 2008, karena bank sentral dijadwalkan akan mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya pada Selasa (17/3) dan Rabu (18/3).

Diane Swonk, kepala ekonom di Grant Thornton, sebuah perusahaan akuntansi besar, mengatakan tindakan terbaru The Fed "sangat penting" dan akan membantu meringankan kondisi pasar kredit.

"Kuncinya adalah menjaga agar perusahaan dan konsumen yang terpukul oleh krisis kesehatan mampu membayar utang yang terdampak #COVID19," cuit Swonk, Minggu (15/3). "Ini bukan krisis perbankan - ini adalah krisis kesehatan yang dapat kita cegah agar tidak menjadi krisis keuangan."

Amerika Serikat melaporkan 3.244 kasus COVID-19 pada Minggu (15/3) sore dengan setidaknya 62 kematian, menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins.

Ekonom memprediksi bahwa ekonomi AS akan berkontraksi pada kuartal kedua di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari penyebaran global virus corona.

Sekitar 55 ekonom bisnis dan akademis yang baru-baru ini disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan, rata-rata, produk domestik bruto (PDB) AS akan berkontraksi pada tingkat tahunan 0,1 persen pada kuartal kedua karena epidemi.

Itu adalah tingkat penurunan besar dari perkiraan pada Februari, ketika para ekonom itu memperkirakan pertumbuhan PDB AS sebesar 1,9 persen dari April hingga Juni, jajak pendapat menunjukkan.

Ryan Sweet, seorang ekonom pada Moody's Analytics, mengatakan jalan yang dihadapi ekonomi AS turun bisa "lebih gelap" dari perkiraan awal mereka karena virus corona dan ketidakpastian seputar respon kebijakan fiskal.

"Dalam skenario pandemi kami, ekonomi AS mengalami kontraksi di semua empat kuartal 2020, dengan PDB riil turun sekitar 1,5 poin persentase dan tingkat pengangguran naik 175 basis poin," tulis Sweet pada Kamis dalam sebuah laporan.

The Fed pada Minggu (15/3) juga mengumumkan serangkaian langkah untuk meningkatkan pinjaman, termasuk dengan menurunkan suku bunga yang dibebankan kepada bank untuk pinjaman darurat jangka pendek dari jendela diskon menjadi 0,25 persen dari 1,75 persen.

Dalam langkah terkoordinasi global oleh bank-bank sentral utama, The Fed mengatakan Minggu (15/3) dalam sebuah pernyataan terpisah bahwa Bank Sentral Kanada, Bank Sentral Inggris, Bank Sentral Jepang, Bank Sentral Eropa, Federal Reserve, dan Bank Sentral Swiss mengambil tindakan untuk meningkatkan likuiditas dolar AS di seluruh dunia melalui pengaturan jalur swap dolar yang ada.

Baca juga: Fed sebut kebijakan moneter AS tetap sesuai, meski ada ancaman Corona

Baca juga: Fed AS pertahankan suku bunga stabil pada pertemuan pertama 2020