Jakarta, (ANTARA News) - Pengamat energi Pri Agung Rakhmanto menilai penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) akan sulit menggerakkan sektor riil dalam waktu segera.
"Terlalu jauh kalau mengharapkan penurunan harga BBM akan menggerakkan sektor riil dalam waktu segera," katanya di Jakarta, Rabu.
Pemerintah terhitung mulai Kamis,(15/1) pukul 00.00 WIB akan menurunkan harga premium dan solar bersubsidi.
Harga premium akan turun Rp500 menjadi Rp4.500 dari sebelumnya per 15 Desember 2008 sebesar Rp5.000 per liter dan solar turun Rp300 dari Rp4.800 menjadi Rp4.500.
Menurut Pri, secara hukum ekonomi, penurunan harga memiliki dampak yang kaku atau sulit membuat harga lainnya seperti transportasi dan kebutuhan bahan pokok ikut turun.
"Berbeda dengan kenaikan harga BBM yang memiliki sifat elastis atau berdampak langsung.Penurunan harga BBM ada rigiditas atau kekakuan dan butuh waktu," ujarnya.
Di samping itu juga, pemerintah tidak dapat sepenuhnya mengontrol harga transportasi dan bahan pokok tersebut.
Kecuali, lanjutnya, pemerintah bisa memaksa penurunan tarif transportasi maka kemungkinan akan menyebabkan harga bahan pokok juga ikut turun.
Namun, Pri mengatakan, penurunan harga BBM akan memberikan dampak positif berupa masyarakat terbiasa dengan fluktuasi harga BBM mengikuti harga minyak dunia.
"Jadi, misalnya suatu saat nanti harga minyak bergejolak lagi, maka masyarakat cenderung tidak akan kaget, kalau harga BBM naik," katanya.
Dampak positif lainnya adalah pemerintah tidak lagi dipusingkan dengan masalah subsidi BBM dan secara bertahap dapat menyelesaikannya.
Pri menambahkan, pengguna BBM juga akan langsung terangkat daya belinya dan pengusaha bisa menekan biaya produksinya. (*)
Penurunan BBM Dinilai Sulit Gerakkan Sektor Riil
14 Januari 2009 10:25 WIB
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Tags: