Universitas Brawijaya beri penjelasan soal mahasiswa suspect COVID-19
14 Maret 2020 13:53 WIB
Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Universitas Brawijaya Malang Aurick Yudha Nagara (kiri) pada saat jumpa pers di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Sabtu (14/3/2020). (ANTARA/Vicki Febrianto)
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Universitas Brawijaya Malang menyampaikan penjelasan terkait beredarnya informasi yang menyebutkan bahwa salah seorang mahasiswa universitas itu dinyatakan sebagai suspect virus corona atau COVID-19.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Universitas Brawijaya Malang Aurick Yudha Nagara mengatakan bahwa, saat ini salah seorang mahasiswa Fakultas Teknik itu berada dalam pantauan tenaga medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar Malang.
"Kami mendapatkan informasi bahwa kondisi mahasiswa itu sudah membaik. Penggunaan oksigen sudah berkurang, dan bisa menggunakan telepon pintarnya," kata Yudha, dalam jumpa pers di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Sabtu.
Yudha menjelaskan, hingga saat ini belum bisa dipastikan apakah mahasiswa tersebut positif terinfeksi COVID-19 atau tidak. Namun, kondisi mahasiswa itu sesungguhnya tidak memiliki kriteria yang berhubungan dengan COVID-19.
Baca juga: Menkes beberkan alasan penggunaan satu lab untuk deteksi COVID-19
Yudha menambahkan, beberapa kriteria tersebut antara lain adalah, bahwa mahasiswa itu tidak melakukan kontak erat dengan pasien yang positif COVID-19. Kemudian, mahasiswa itu juga tidak bepergian ke tempat yang terjangkit COVID-19.
Selain itu, mahasiswa tersebut juga tidak memenuhi kriteria yang bepergian ke lokasi kesehatan, dimana COVID-19 sudah ditemukan.
"Tiga kriteria itu tidak memenuhi. Namun, memang ada kondisi klinis, mahasiswa itu sedang sakit, dan dalam tahap pencarian sakitnya apa," ujar Yudha.
Sebagai catatan, ada tiga tingkatan status sebelum akhirnya seseorang dinyatakan positif COVID-19. Pertama, Orang Dalam Pemantauan (ODP), yang berarti belum menunjukkan gejala sakit, namun sempat bepergian ke negara episentrum COVID-19 sehingga perlu dilakukan pemantauan.
Kemudian, Pasien Dalam Pengawasan (PDP), yakni adalah orang yang sudah menunjukkan gejala terjangkit COVID-19, seperti mengalami demam, batuk, pilek, dan sesak napas.
Sementara untuk tingkat ketiga adalah suspect, atau terduga COVID-19. Suspect COVID-19 sudah menunjukkan gejala terjangkit virus, dan diduga kuat melakukan kontak dengan pasien yang positif COVID-19.
Menurut Yudha, informasi terkait mahasiswa tersebut mencuat karena ayah dari mahasiswa itu meninggal dunia, dan sempat diduga terjangkit COVID-19. Namun, dipastikan bahwa ayah dari mahasiswa itu negatif COVID-19, termasuk istri yang merawatnya.
"Hasil tes terhadap ayah mahasiswa tersebut dinyatakan negatif, dan istri almarhum yang merawat dinyatakan sehat, dan tidak terinfeksi COVID-19," ujar Yudha.
Pada Jumat (13/3), beredar kabar melalui berbagai aplikasi perpesanan dan media sosial bahwa salah seorang mahasiswa Universitas Brawijaya Malang dinyatakan sebagai suspect COVID-19.
Informasi yang beredar itu dilengkapi dengan tangkapan layar pembicaraan di sebuah grup percakapan aplikasi Whatsapp, yang berisi pesan dari seorang dosen kepada para mahasiswanya, dan menyatakan bahwa ada suspect COVID-19 di lingkungan universitas.
Baca juga: Kasus corona di Masjid Seri Petaling merupakan klaster baru
Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Universitas Brawijaya Malang Aurick Yudha Nagara mengatakan bahwa, saat ini salah seorang mahasiswa Fakultas Teknik itu berada dalam pantauan tenaga medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar Malang.
"Kami mendapatkan informasi bahwa kondisi mahasiswa itu sudah membaik. Penggunaan oksigen sudah berkurang, dan bisa menggunakan telepon pintarnya," kata Yudha, dalam jumpa pers di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Sabtu.
Yudha menjelaskan, hingga saat ini belum bisa dipastikan apakah mahasiswa tersebut positif terinfeksi COVID-19 atau tidak. Namun, kondisi mahasiswa itu sesungguhnya tidak memiliki kriteria yang berhubungan dengan COVID-19.
Baca juga: Menkes beberkan alasan penggunaan satu lab untuk deteksi COVID-19
Yudha menambahkan, beberapa kriteria tersebut antara lain adalah, bahwa mahasiswa itu tidak melakukan kontak erat dengan pasien yang positif COVID-19. Kemudian, mahasiswa itu juga tidak bepergian ke tempat yang terjangkit COVID-19.
Selain itu, mahasiswa tersebut juga tidak memenuhi kriteria yang bepergian ke lokasi kesehatan, dimana COVID-19 sudah ditemukan.
"Tiga kriteria itu tidak memenuhi. Namun, memang ada kondisi klinis, mahasiswa itu sedang sakit, dan dalam tahap pencarian sakitnya apa," ujar Yudha.
Sebagai catatan, ada tiga tingkatan status sebelum akhirnya seseorang dinyatakan positif COVID-19. Pertama, Orang Dalam Pemantauan (ODP), yang berarti belum menunjukkan gejala sakit, namun sempat bepergian ke negara episentrum COVID-19 sehingga perlu dilakukan pemantauan.
Kemudian, Pasien Dalam Pengawasan (PDP), yakni adalah orang yang sudah menunjukkan gejala terjangkit COVID-19, seperti mengalami demam, batuk, pilek, dan sesak napas.
Sementara untuk tingkat ketiga adalah suspect, atau terduga COVID-19. Suspect COVID-19 sudah menunjukkan gejala terjangkit virus, dan diduga kuat melakukan kontak dengan pasien yang positif COVID-19.
Menurut Yudha, informasi terkait mahasiswa tersebut mencuat karena ayah dari mahasiswa itu meninggal dunia, dan sempat diduga terjangkit COVID-19. Namun, dipastikan bahwa ayah dari mahasiswa itu negatif COVID-19, termasuk istri yang merawatnya.
"Hasil tes terhadap ayah mahasiswa tersebut dinyatakan negatif, dan istri almarhum yang merawat dinyatakan sehat, dan tidak terinfeksi COVID-19," ujar Yudha.
Pada Jumat (13/3), beredar kabar melalui berbagai aplikasi perpesanan dan media sosial bahwa salah seorang mahasiswa Universitas Brawijaya Malang dinyatakan sebagai suspect COVID-19.
Informasi yang beredar itu dilengkapi dengan tangkapan layar pembicaraan di sebuah grup percakapan aplikasi Whatsapp, yang berisi pesan dari seorang dosen kepada para mahasiswanya, dan menyatakan bahwa ada suspect COVID-19 di lingkungan universitas.
Baca juga: Kasus corona di Masjid Seri Petaling merupakan klaster baru
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: