Muhammadiyah tidak keluarkan larangan shalat berjamaah di masjid
14 Maret 2020 11:27 WIB
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (keempat kiri), Menteri BUMN Erick Thohir (kiri), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (ketiga kiri) dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto meninjau pembersihan Masjid Istiqlal dengan cairan desinfektan di Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2020). Pembersihan oleh petugas gabungan tersebut untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan Masjid Istiqlal. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/ama. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan seiring adanya wabah virus corona COVID-19, pihaknya tidak mengeluarkan imbauan larangan shalat berjamaah di masjid/mushola tetapi bagi orang yang sakit agar memiliki kesadaran untuk berupaya tidak menulari orang lain.
"Saya rasa tidak perlu begitu. Yang merasa dirinya sakit mengantisipasi saja," kata Mu'ti di Jakarta, Sabtu, saat ditanya ada tidaknya imbauan Muhammadiyah agar masyarakat tidak shalat jamaah di masjid saat sakit.
Dia menyarankan jamaah yang sedang tidak dalam kondisi bugar terutama karena gejala flu, batuk, demam dan sejenisnya jika ke masjid atau mushola untuk menggunakan masker. Bagi yang merasa kurang sehat sebaiknya juga tidak takut memeriksakan diri ke dokter.
Jika tubuh dalam kondisi baik, kata dia, warga Muhammadiyah agar menjaga kebugaran dengan meminum vitamin atau tindakan perlu lainnya agar tetap sehat sehingga tidak mudah terjangkiti penyakit.
Baca juga: Masjid Raya Bandung didisinfeksi untuk cegah penularan corona
"Dengan masker atau meminum vitamin, jangan solusinya tidak ke masjid, nanti semua orang ini tidak beribadah semua. Kan kita tidak tahu kapan wabah ini akan selesai," katanya.
Mu'ti menekankan jamaah harus memiliki kesadaran sendiri tanpa harus dilarang ke masjid. Intinya adalah jamaah jika memiliki penyakit maka harus berupaya agar virusnya tidak menular kepada orang lain seperti menggunakan alat pelindung.
Sekum PP Muhammadiyah mengatakan penting bagi masyarakat untuk tidak ketakutan berlebihan terhadap virus corona penyebab COVID-19 sampai enggan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
"Ada pemahaman di masyarakat yang tertular virus corona itu mati, tidak begitu. Kena virus corona iya, tapi masih bisa disembuhkan. Ini penting dipahami karena ada ketakutan bahwa terinfeksi corona kemudian meninggal. Kena virus corona itu bisa menimbulkan daya tahan tubuh kita menurun tapi kemungkinan untuk sembuh itu masih besar kalau bisa ditangani sejak dini," katanya.
Hal terpenting, kata dia, masyarakat agar tetap menjaga kebersihan dan kesehatan kemudian saling menguatkan sehingga tumbuh optimisme dalam menjalani kehidupan sehari-hari di tengah wabah corona di berbagai belahan dunia.
Baca juga: DMI batasi aktivitas di masjid saat Ramadhan cegah COVID-19
Baca juga: JK hadiri peluncuran Gerakan Semprot Disinfektan 10.000 Masjid
"Saya rasa tidak perlu begitu. Yang merasa dirinya sakit mengantisipasi saja," kata Mu'ti di Jakarta, Sabtu, saat ditanya ada tidaknya imbauan Muhammadiyah agar masyarakat tidak shalat jamaah di masjid saat sakit.
Dia menyarankan jamaah yang sedang tidak dalam kondisi bugar terutama karena gejala flu, batuk, demam dan sejenisnya jika ke masjid atau mushola untuk menggunakan masker. Bagi yang merasa kurang sehat sebaiknya juga tidak takut memeriksakan diri ke dokter.
Jika tubuh dalam kondisi baik, kata dia, warga Muhammadiyah agar menjaga kebugaran dengan meminum vitamin atau tindakan perlu lainnya agar tetap sehat sehingga tidak mudah terjangkiti penyakit.
Baca juga: Masjid Raya Bandung didisinfeksi untuk cegah penularan corona
"Dengan masker atau meminum vitamin, jangan solusinya tidak ke masjid, nanti semua orang ini tidak beribadah semua. Kan kita tidak tahu kapan wabah ini akan selesai," katanya.
Mu'ti menekankan jamaah harus memiliki kesadaran sendiri tanpa harus dilarang ke masjid. Intinya adalah jamaah jika memiliki penyakit maka harus berupaya agar virusnya tidak menular kepada orang lain seperti menggunakan alat pelindung.
Sekum PP Muhammadiyah mengatakan penting bagi masyarakat untuk tidak ketakutan berlebihan terhadap virus corona penyebab COVID-19 sampai enggan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
"Ada pemahaman di masyarakat yang tertular virus corona itu mati, tidak begitu. Kena virus corona iya, tapi masih bisa disembuhkan. Ini penting dipahami karena ada ketakutan bahwa terinfeksi corona kemudian meninggal. Kena virus corona itu bisa menimbulkan daya tahan tubuh kita menurun tapi kemungkinan untuk sembuh itu masih besar kalau bisa ditangani sejak dini," katanya.
Hal terpenting, kata dia, masyarakat agar tetap menjaga kebersihan dan kesehatan kemudian saling menguatkan sehingga tumbuh optimisme dalam menjalani kehidupan sehari-hari di tengah wabah corona di berbagai belahan dunia.
Baca juga: DMI batasi aktivitas di masjid saat Ramadhan cegah COVID-19
Baca juga: JK hadiri peluncuran Gerakan Semprot Disinfektan 10.000 Masjid
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: