NTHU kembangkan pengobatan terbaru untuk penyakit Parkinson
12 Maret 2020 17:00 WIB
Tim riset yang dipimpin oleh Yu-Chun Lin (kiri) dan Chih-kuang Yeh dari NTHU telah memperluas penerapan ultrasound untuk pengobatan penyakit Parkinson. (Antara/BUSINESS WIRE)
HSINCHU, Taiwan--(Antara/BUSINESS WIRE)— Ultrasound banyak digunakan untuk melakukan pemeriksaan fisik, dan rencana memperluas penerapannya untuk pengobatan penyakit Parkinson, dementia, dan diabetes tengah dilaksanakan. Tim penelitian di National Tsing Hua University yang dipimpin oleh Profesor Rekanan Yu-Chun Lin dari Institut Kedokteran Molekuler dan Profesor Chih-kuang Yeh dari Departemen Teknik Biomedis dan Ilmu Lingkungan telah berhasil meningkatkan gejala motorik penyakit Parkinson pada tikus dengan menginjeksi protein seluler yang sangat sensitif terhadap gelombang ultrasound ke wilayah otak dalam dan setelah menggunakan ultrasound untuk mengaktifkan sel-sel neuron.
Untuk melihat rilis pers multimedia selengkapnya, klik di sini: https://www.businesswire.com/news/home/20200311005032/en/
Penelitian inovatif mereka telah dipublikasikan di Nano Letters, terbitan Januari dan pengobatan non-invasif mereka telah dipatenkan di Taiwan dan AS.
Lin telah lama berupaya menemukan cara yang aman dan non-invasif untuk mengendalikan aktivitas sel. Meskipun gelombang cahaya aman, mereka hanya bisa memasuki kedalaman 0,2 cm; gelombang magnetik bisa menembus dalam, namun kurang presisi. Sebaliknya, gelombang ultrasonik masuk ke kedalaman hingga 15 cm, dan bisa difokuskan pada bagian yang terinfeksi. Jadi, tantangannya adalah bagaimana membuat sel merespon ultrasound.
Lin mengatakan bahwa hampir semua mamalia memiliki semacam protein tekanan pendengaran berfrekuensi tinggi disebut prestin. Tetapi, prestin dalam tubuh manusia sedikit sensitif terhadap ultrasound. Sebaliknya, prestin dalam lumba-lumba, paus, dan kelelawar sonar sangat sensitif terhadap gelombang suara frekuensi ultra tinggi. Dengan membandingkan urutan protein prestin mereka, Lin menemukan bahwa mereka semua memiliki asam amino spesial, yang dimasukannya ke dalam sel tikus untuk memodifikasi protein prestin mereka. Ini menghasilkan peningkatan langsung sepuluh kali lipat dalam kemampuan sel tersebut untuk merasakan ultrasound.
Tugas Lin selanjutnya adalah untuk mencari cara untuk menggunakan ultrasound untuk mengobati penyakit, untuk itu ia berpaling ke pakar ultrasonic Yeh, yang menyusun cara untuk melampirkan fragmen gen prestin dalam gelembung kecil yang bisa diimpor ke area target dengan injeksi intravena. Segera setelah ultrasound diaplikasikan, gelembungnya pecah, memperkenalkan fragmen gen ke dalam sel target, dengan demikian mengaktifkan kemampuan mereka untuk mendeteksi dan merespon ultrasound.
“Penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer disebabkan oleh degenerasi dan kematian sel di otak. Namun sel dengan fragmen gen prestin telah dipranstalasi ke dalam area target, ultrasound bisa diterapkan untuk membangkitkan sel yang berhenti tumbuh sehingga mereka bisa memulai untuk membentuk koneksi saraf,” kata Yeh.
Tim ini telah memproduksi video yang menunjukkan bagaimana tikus dengan penyakit Parkinson berhenti sebentar ketika melintasi jembatan kayu, dan bagaimana tikus yang sama, mengikuti pengobatan transplantasi sel dan ultrasound, menyebrangi jembatan dengan mudah. Pengobatan ini juga telah diketahui menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kadar dopamin di otak, mendemonstrasikan keefektifan dalam pengobatan penyakit Parkinson. Lin mengatakan bahwa prosedur yang sama juga bisa digunakan untuk mengobati diabetes dengan menstimulasi sel penghasil insulin.
Baca versi aslinya di businesswire.com: https://www.businesswire.com/news/home/20200311005032/en/
Kontak
Holly Hsueh
(886)3-5162006
hoyu@mx.nthu.edu.tw
Sumber: National Tsing Hua University
Pengumuman ini dianggap sah dan berwenang hanya dalam versi bahasa aslinya. Terjemahan-terjemahan disediakan hanya sebagai alat bantu, dan harus dengan penunjukan ke bahasa asli teksnya, yang adalah satu-satunya versi yang dimaksudkan untuk mempunyai kekuatan hukum.
Untuk melihat rilis pers multimedia selengkapnya, klik di sini: https://www.businesswire.com/news/home/20200311005032/en/
Penelitian inovatif mereka telah dipublikasikan di Nano Letters, terbitan Januari dan pengobatan non-invasif mereka telah dipatenkan di Taiwan dan AS.
Lin telah lama berupaya menemukan cara yang aman dan non-invasif untuk mengendalikan aktivitas sel. Meskipun gelombang cahaya aman, mereka hanya bisa memasuki kedalaman 0,2 cm; gelombang magnetik bisa menembus dalam, namun kurang presisi. Sebaliknya, gelombang ultrasonik masuk ke kedalaman hingga 15 cm, dan bisa difokuskan pada bagian yang terinfeksi. Jadi, tantangannya adalah bagaimana membuat sel merespon ultrasound.
Lin mengatakan bahwa hampir semua mamalia memiliki semacam protein tekanan pendengaran berfrekuensi tinggi disebut prestin. Tetapi, prestin dalam tubuh manusia sedikit sensitif terhadap ultrasound. Sebaliknya, prestin dalam lumba-lumba, paus, dan kelelawar sonar sangat sensitif terhadap gelombang suara frekuensi ultra tinggi. Dengan membandingkan urutan protein prestin mereka, Lin menemukan bahwa mereka semua memiliki asam amino spesial, yang dimasukannya ke dalam sel tikus untuk memodifikasi protein prestin mereka. Ini menghasilkan peningkatan langsung sepuluh kali lipat dalam kemampuan sel tersebut untuk merasakan ultrasound.
Tugas Lin selanjutnya adalah untuk mencari cara untuk menggunakan ultrasound untuk mengobati penyakit, untuk itu ia berpaling ke pakar ultrasonic Yeh, yang menyusun cara untuk melampirkan fragmen gen prestin dalam gelembung kecil yang bisa diimpor ke area target dengan injeksi intravena. Segera setelah ultrasound diaplikasikan, gelembungnya pecah, memperkenalkan fragmen gen ke dalam sel target, dengan demikian mengaktifkan kemampuan mereka untuk mendeteksi dan merespon ultrasound.
“Penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer disebabkan oleh degenerasi dan kematian sel di otak. Namun sel dengan fragmen gen prestin telah dipranstalasi ke dalam area target, ultrasound bisa diterapkan untuk membangkitkan sel yang berhenti tumbuh sehingga mereka bisa memulai untuk membentuk koneksi saraf,” kata Yeh.
Tim ini telah memproduksi video yang menunjukkan bagaimana tikus dengan penyakit Parkinson berhenti sebentar ketika melintasi jembatan kayu, dan bagaimana tikus yang sama, mengikuti pengobatan transplantasi sel dan ultrasound, menyebrangi jembatan dengan mudah. Pengobatan ini juga telah diketahui menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kadar dopamin di otak, mendemonstrasikan keefektifan dalam pengobatan penyakit Parkinson. Lin mengatakan bahwa prosedur yang sama juga bisa digunakan untuk mengobati diabetes dengan menstimulasi sel penghasil insulin.
Baca versi aslinya di businesswire.com: https://www.businesswire.com/news/home/20200311005032/en/
Kontak
Holly Hsueh
(886)3-5162006
hoyu@mx.nthu.edu.tw
Sumber: National Tsing Hua University
Pengumuman ini dianggap sah dan berwenang hanya dalam versi bahasa aslinya. Terjemahan-terjemahan disediakan hanya sebagai alat bantu, dan harus dengan penunjukan ke bahasa asli teksnya, yang adalah satu-satunya versi yang dimaksudkan untuk mempunyai kekuatan hukum.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020
Tags: