Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres meminta pemerintah seluruh negara di dunia untuk memperhatikan kelompok-kelompok rentan seperti warga lanjut usia dan para fakir miskin dalam upaya penanggulangan pandemi jenis baru virus corona (COVID-19).

"Selagi kita berduka terhadap mereka yang telah kehilangan nyawa dan banyak keluarga menderita, kita harus menunjukkan solidaritas kepada kelompok yang sangat rentan -- para lanjut usia, mereka yang sakit tanpa mampu mendapatkan perawatan memadai, dan mereka yang berada di ambang batas kemiskinan. Mari terus berjuang menghadapi pandemi ini tanpa ada prasangka," kata Guterres di New York, lewat tayangan yang diunggah laman resmi PBB, Rabu (11/3).

Pernyataan itu tak lama disampaikan Guterres setelah Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus meningkatkan level penyebaran COVID-19 jadi pandemi pada hari yang sama.

"Kita semua menghadapi ancama yang sama -- virus corona -- COVID-19. Pengumuman pandemi itu merupakan panggilan untuk kita semua di mana saja untuk ikut bertindak. Panggilan itu merupakan ajakan untuk bersolidaritas dan ikut bertanggung jawab sebagai warga dunia," tambah Guterres.

Dalam kesempatan itu, Guterres juga meminta pemerintah negara-negara yang terdampak COVID-19 untuk meningkatkan langkah pengendalian dan pencegahan virus.

Baca juga: Kantor Perdana Menteri Malaysia sarankan kutbah Jumat diperpendek
Baca juga: Negara bagian Washington larang acara publik demi cegah COVID-19


"Ilmu pengetahuan membantu kita mengetahui jika negara-negara mampu mendeteksi, menguji, merawat, mengisolasi (pasien), memetakan (mereka yang kontak dengan pasien), dan mengerahkan sumber daya-nya untuk merespons pandemi ini, kita mampu melalui jalan panjang mencegah virus terus menyebar," ujar Guterres.

Dirjen WHO Ghebreyesus meningkatkan status penyebaran COVID-19 jadi pandemi setelah jumlah pasien positif di luar China melonjak 13 kali lipat serta jumlah negara yang terdampak bertambah tiga kali lipat dalam dua pekan terakhir.


"Ini pandemi pertama yang disebabkan virus corona, dan kita belum pernah melihat ada pandemi yang dapat dikendalikan dalam waktu yang sama. WHO telah dalam kapasitas penuhnya sejak menerima laporan pertama penularan virus ini. Kami meminta seluruh negara untuk setiap harinya menjalankan langkah yang agresif (untuk mengendalikan penyebaran virus)," ujar Ghebreyesus.

"Kami telah membunyikan alarm peringatan (pandemi) ini dengan kencang dan jelas," tambah dia.

Menurut penjelasan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), pandemi merupakan epidemi yang telah menyebar ke banyak negara dan benua yang umumnya menjangkit masyarakat dalam jumlah besar. Epidemi merupakan situasi saat jumlah penderita suatu penyakit naik dalam jangka waktu cepat. Sementara itu, wabah (outbreak) punya definisi yang sama dengan epidemi, tetapi kata itu digunakan untuk menjelaskan penyebaran penyakit di satu wilayah tertentu.

Data Worldometers, laman penyedia informasi statistik independen, per Kamis (12/3) menunjukkan jumlah pasien COVID-19 di seluruh dunia mencapai 126.380 jiwa, sementara korban meninggal dunia sebanyak 4.635 jiwa dan pasien pulih 68.313 jiwa.

Per hari ini, 124 negara dan wilayah, termasuk 1 kapal pesiar Diamond Princess, telah terdampak penyebaran virus. Kasus terbanyak masih ditemukan di China dengan total 80.796 pasien positif COVID-19 (ditambah 18 kasus baru), Italia 12.462 kasus, Iran 9.000 kasus, Korea Selatan 7.869 kasus (ditambah 114 kasus baru), Prancis 2.281 kasus, Spayol 2.277 kasus, Jerman 1.966 kasus, dan Amerika Serikat 1.329 kasus (ditambah 28 kasus baru).

Baca juga: Indonesia tolak masuk 126 WNA terkait COVID-19
Baca juga: KBRI imbau WNI gunakan asuransi perjalanan bila ke Singapura