3 warga Sumsel meninggal dunia karena DBD
12 Maret 2020 12:30 WIB
Ilustrasi - Pasien DBD menjalani perawatan di RSUD Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu (11/3/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/ama.
Palembang (ANTARA) - Sebanyak tiga warga Sumatera Selatan meninggal dunia karena menderita deman berdarah dengue (DBD) selama periode musim hujan hingga Februari 2020.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Provinsi Sumatera Selatan Mulyono di Palembang, Kamis, mengatakan mereka berasal dari Kabupaten Muara Enim, Banyuasin, dan Musi Rawas Utara.
"Total hingga per Februari 2020 ada 819 kasus DBD yang terjadi di kabupaten/kota di Sumsel. Tiga di antaranya meninggal dunia," kata dia.
Jumlah tersebut, katanya, masih data sementara, sebab kasus DBD pada Maret belum masuk Dinas Kesehatan Sumsel.
"Ini data sementara, namun bila dibandingkan tahun lalu dengan periode yang sama terjadi penurunan," katanya.
Hingga saat ini, kasus paling banyak terjadi di Musi Banyuasin 128 kasus, Palembang 122 kasus, dan Muaraenim 111 kasus.
Pada 2019, tercatat 2.799 kasus dengan jumlah korban meninggal 16 orang.
"Tahun lalu paling tinggi kasusnya itu di Palembang yakni mencapai 667 kasus, lalu Banyuasin sebanyak 235 kasus, dan Muara Enim 229 kasus," kata dia.
Baca juga: Puluhan pasien DBD masih dirawat di RS swasta Kewapante
Terkait dengan antisipasi wabah DBD, pemprov telah membuat surat edaran ke kabupaten/kota untuk melakukan pencegahan.
“Kita juga sudah memberi bantuan berupa insektisida, larvasida, APD yang telah dikirim ke kabupaten/kota," ujar dia.
Pemprov juga mengimbau warga menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Karena ini menjadi tanggung jawab bersama dan DBD ini sampai sekarang belum ada obatnya," kata dia.
Ia menghimbau warga melakukan gerakan 3M, yakni menguras, menutup, mengubur, dan memakai baju lengan panjang, memakai losion pelindung diri dari nyamuk, serta memelihara ikan tempalo.
"Memang ini adalah puncaknya dan saya harap masyarakat juga waspada. Biasanya bulan April sudah menurun," kata dia.
Ia berharap, tahun ini jumlah kasus DBD di daerah itu mengalami penurunan. Saat ini, kasus DBD di Indonesia sedang mengalami peningkatan.
"Sumsel juga termasuk tujuh provinsi terendah se-Indonesia untuk kasus DBD ini," kata dia.
Jumlah penderita DBD di Sumsel selama Januari- Febuari 2020, Ogan Komering Ulu tiga kasus, Ogan Komering Ilir (4), Muara Enim (111 kasus, 1 meninggal), Lahat (67), Musi Rawas (33), Musi Banyuasin (128), Banyuasin (91 kasus, 1 meninggal), Ogan Komering Ulu Selatan (5), Ogan Komering Ulu Timur (65), Ogan Ilir (23), Empat Lawang (5), Palembang (122), Prabumulih (54), Pagar Alam (19), Lubuk Linggau (67), Pali (11), Musi Rawas Utara (11 kasus, 1 meninggal).
Baca juga: Kemenkes beberkan beberapa faktor yang sebabkan kematian akibat DBD
Baca juga: Kematian akibat DBD jadi 104 orang, sebut Kemenkes
Baca juga: Pemkab Sikka katakan KLB demam berdarah tahun ini terparah
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Provinsi Sumatera Selatan Mulyono di Palembang, Kamis, mengatakan mereka berasal dari Kabupaten Muara Enim, Banyuasin, dan Musi Rawas Utara.
"Total hingga per Februari 2020 ada 819 kasus DBD yang terjadi di kabupaten/kota di Sumsel. Tiga di antaranya meninggal dunia," kata dia.
Jumlah tersebut, katanya, masih data sementara, sebab kasus DBD pada Maret belum masuk Dinas Kesehatan Sumsel.
"Ini data sementara, namun bila dibandingkan tahun lalu dengan periode yang sama terjadi penurunan," katanya.
Hingga saat ini, kasus paling banyak terjadi di Musi Banyuasin 128 kasus, Palembang 122 kasus, dan Muaraenim 111 kasus.
Pada 2019, tercatat 2.799 kasus dengan jumlah korban meninggal 16 orang.
"Tahun lalu paling tinggi kasusnya itu di Palembang yakni mencapai 667 kasus, lalu Banyuasin sebanyak 235 kasus, dan Muara Enim 229 kasus," kata dia.
Baca juga: Puluhan pasien DBD masih dirawat di RS swasta Kewapante
Terkait dengan antisipasi wabah DBD, pemprov telah membuat surat edaran ke kabupaten/kota untuk melakukan pencegahan.
“Kita juga sudah memberi bantuan berupa insektisida, larvasida, APD yang telah dikirim ke kabupaten/kota," ujar dia.
Pemprov juga mengimbau warga menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Karena ini menjadi tanggung jawab bersama dan DBD ini sampai sekarang belum ada obatnya," kata dia.
Ia menghimbau warga melakukan gerakan 3M, yakni menguras, menutup, mengubur, dan memakai baju lengan panjang, memakai losion pelindung diri dari nyamuk, serta memelihara ikan tempalo.
"Memang ini adalah puncaknya dan saya harap masyarakat juga waspada. Biasanya bulan April sudah menurun," kata dia.
Ia berharap, tahun ini jumlah kasus DBD di daerah itu mengalami penurunan. Saat ini, kasus DBD di Indonesia sedang mengalami peningkatan.
"Sumsel juga termasuk tujuh provinsi terendah se-Indonesia untuk kasus DBD ini," kata dia.
Jumlah penderita DBD di Sumsel selama Januari- Febuari 2020, Ogan Komering Ulu tiga kasus, Ogan Komering Ilir (4), Muara Enim (111 kasus, 1 meninggal), Lahat (67), Musi Rawas (33), Musi Banyuasin (128), Banyuasin (91 kasus, 1 meninggal), Ogan Komering Ulu Selatan (5), Ogan Komering Ulu Timur (65), Ogan Ilir (23), Empat Lawang (5), Palembang (122), Prabumulih (54), Pagar Alam (19), Lubuk Linggau (67), Pali (11), Musi Rawas Utara (11 kasus, 1 meninggal).
Baca juga: Kemenkes beberkan beberapa faktor yang sebabkan kematian akibat DBD
Baca juga: Kematian akibat DBD jadi 104 orang, sebut Kemenkes
Baca juga: Pemkab Sikka katakan KLB demam berdarah tahun ini terparah
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020
Tags: