Gus Yahya: Indonesia punya budaya toleransi yang nyata
11 Maret 2020 22:30 WIB
Yahya Cholil Staquf berbicara usai acara Peluncuran Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama di Kantor PBNU Jakarta, Rabu (11/3/2020). (ANTARA/Katriana)
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Umum PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan Indonesia memiliki budaya toleransi yang nyata sebagai modal bangsa untuk menghadapi tantangan-tantangan global.
"Kita punya modal besar, yaitu modal sebagai bangsa dengan tradisi toleransi yang nyata," katanya usai acara Peluncuran Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama di Kantor PBNU Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan untuk dapat menghadapi persoalan bangsa, Indonesia harus terlebih dahulu mampu mengatasi masalah-masalah global karena masalah bangsa sehari-hari merupakan masalah turunan dari masalah-masalah di tingkat global.
"Semua bangsa menghadapi masalah-masalah yang sama. Bicara soal ekonomi, sama yang kita hadapi dengan bangsa-bangsa lain. Soal nilai-nilai, soal hubungan agama dengan negara sama, di mana-mana persoalannya sama," kata Gus Yahya.
Untuk itu, Indonesia, katanya, perlu bersungguh-sungguh memberikan kontribusi secara signifikan terhadap tantangan global yang juga dihadapi oleh bangsa-bangsa lain.
"Indonesia harus punya kontribusi dalam pergulatan dunia dalam menghadapi persoalan ini," katanya.
Untuk menjawab tantangan itu, Indonesia menurut dia, telah memiliki modal langka yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain, yaitu budaya toleransi.
"Pada abad ke-14 ketika semua kerajaan dan negara-negara di seluruh dunia masih menggunakan identitas agama, tiba-tiba di nusantara ada kerajaan Majapahit yang mendeklarasikan diri, menolak identitas agama dengan bineka tunggal ika," katanya.
Budaya toleransi tersebut yang kemudian menjadi basis dari tumbuhnya budaya toleransi. Dan hal itu, katanya, perlu dipertahankan dan dibawa ke dalam pergaulan internasional sehingga Indonesia mampu berperan lebih besar di tingkat global.
"Kita punya modal besar, yaitu modal sebagai bangsa dengan tradisi toleransi yang nyata," katanya usai acara Peluncuran Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama di Kantor PBNU Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan untuk dapat menghadapi persoalan bangsa, Indonesia harus terlebih dahulu mampu mengatasi masalah-masalah global karena masalah bangsa sehari-hari merupakan masalah turunan dari masalah-masalah di tingkat global.
"Semua bangsa menghadapi masalah-masalah yang sama. Bicara soal ekonomi, sama yang kita hadapi dengan bangsa-bangsa lain. Soal nilai-nilai, soal hubungan agama dengan negara sama, di mana-mana persoalannya sama," kata Gus Yahya.
Untuk itu, Indonesia, katanya, perlu bersungguh-sungguh memberikan kontribusi secara signifikan terhadap tantangan global yang juga dihadapi oleh bangsa-bangsa lain.
"Indonesia harus punya kontribusi dalam pergulatan dunia dalam menghadapi persoalan ini," katanya.
Untuk menjawab tantangan itu, Indonesia menurut dia, telah memiliki modal langka yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain, yaitu budaya toleransi.
"Pada abad ke-14 ketika semua kerajaan dan negara-negara di seluruh dunia masih menggunakan identitas agama, tiba-tiba di nusantara ada kerajaan Majapahit yang mendeklarasikan diri, menolak identitas agama dengan bineka tunggal ika," katanya.
Budaya toleransi tersebut yang kemudian menjadi basis dari tumbuhnya budaya toleransi. Dan hal itu, katanya, perlu dipertahankan dan dibawa ke dalam pergaulan internasional sehingga Indonesia mampu berperan lebih besar di tingkat global.
Pewarta: Katriana
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020
Tags: