Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini hanya akan mencapai 2,7 persen atau turun dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 3 persen.

Perry mengatakan hal tersebut terjadi karena pertumbuhan ekonomi beberapa negara yang menjadi pendorong produk domestik bruto (PDB) terbesar dunia seperti Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan hingga sekitar 1,8 persen atau 1,9 persen.

“Saya ceritakan kemungkinan pertumbuhan ekonomi dunia tidak 3 persen tapi jadi 2,7 persen. Amerika mungkin tidak sampai 3 persen tapi mungkin 1,9 persen atau 1,8 persen,” katanya di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu.

Tak hanya AS, Perry menuturkan pertumbuhan ekonomi Eropa juga diperkirakan akan mengalami penurunan meskipun ia masih enggan menyebutkan angka pastinya.

“Eropa turun dan Jepang resesi tahun ini. Itu adalah masalah beberapa aspek yang harus kita lihat,” ujarnya.

Menurutnya, untuk China yang merupakan negara asal virus corona justru telah menunjukkan perkembangan karena aktivitas perekonomian seperti pelabuhan mulai aktif kembali.

“Di China itu sebenarnya mengenai virus corona sudah mereda. Pelabuhan-pelabuhan di China sudah 67 persen beroperasi padahal bulan lalu kami tracking masih tutup paling beroperasi empat,” katanya.

Perry mengatakan saat ini kepanikan tentang virus corona justru terjadi di luar China seperti Amerika Serikat dan Italia sehingga terjadi penutupan akses bagi warga negara asing.

“Masalahnya sekarang yang panik adalah negara-negara di luar China seperti AS dan Italia serta beberapa negara lain sehingga kenapa kemarin sejumlah daerah ditutup untuk mencegah virus corona,” katanya.

Sementara itu, Perry mengaku optimis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan mencapai 5,2 persen untuk tahun ini dengan mendorong efektivitas stimulus fiskal dan moneter yang telah dikeluarkan.

“Kalau masih bisa di push stimulus fiskalnya masih bisa didorong sampai 5,2 persen. Kalau kita turunkan suku bunga ditambah likuiditas bisa 5,2 persen,” ujarnya.

Perry pun mengimbau agar masyarakat tidak paranoia dengan wabah COVID-19 namun tetap waspada karena pemerintah akan terus melakukan sinergi dan koordinasi untuk berupaya memitigasi dampaknya.

“Ada COVID-19 jangan paranoia tapi tetap waspada. Kita cari informasi dampaknya apa baru kita lakukan dengan kalkulasi sehingga koordinasi jadi sering. Ini yang kami takar dampaknya dari waktu ke waktu,” katanya.

Baca juga: BI optimistis ekonomi RI 2020 tumbuh 5,2 persen meski ada COVID-19
Baca juga: Harapan Menaker, kartu prakerja dongkrak pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Sinergi kebijakan BI-OJK dinilai topang ekonomi RI saat wabah corona