BI tekankan bauran kebijakan nasional untuk jaga stabilitas ekonomi RI
11 Maret 2020 13:11 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (11/3/2020). (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah)
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menekankan bauran kebijakan nasional dalam rangka menjaga stabilitas dan mendorong perekonomian tanah air di tengah berbagai tekanan serta gejolak global termasuk wabah COVID-19.
“Dalam konteks ini tidak bisa kita tangani sendiri-sendiri sehingga perlu gotong-royong, koordinasi, dan sinergi,” katanya di Jakarta, Rabu.
Perry mengatakan dalam mencapai pertumbuhan yang tinggi, berkelanjutan, dan inklusif dengan stabilitas makroekonomi maupun finansial yang terjaga diperlukan koordinasi erat antara bank sentral, kebijakan fiskal, serta reformasi struktural.
“Kita memang perlu tiga jenis kebijakan dalam meningkatkan kapasitas ekonomi melalui transformasi ekonomi agar kita dapat membangun pondasi yang lebih luas,” ujarnya.
Perry menyebutkan dalam hal ini kebijakan Bank Sentral adalah terkait bauran suku bunga, nilai tukar manajemen aliran modal asing dan makroprudensial serta menjaga stabilitas harga dan keuangan.
Dia melanjutkan, reformasi struktural harus berupaya untuk mencapai pertumbuhan tinggi melalui produktivitas modal, tenaga kerja, dan teknologi serta mengembangkan infrastruktur, iklim investasi, maupun perdagangan.
Sementara itu, ia menuturkan bagi kebijakan fiskal bertugas untuk menjaga stabilitas makroekonomi melalui defisit fiskal dan utang publik yang wajar serta terkait pajak maupun alokasi pengeluaran produktif untuk stimulus pertumbuhan yang tinggi dan inklusif.
Perry menjelaskan saat ini Kementerian Keuangan sedang menyiapkan stimulus fiskal jilid II yang terdiri dari delapan aspek prosedural yaitu penyederhanaan aturan ekspor dan pengurangan pembatasan impor terutama bahan baku.
Kemudian percepatan proses impor untuk 500 importir, efisiensi proses logistik, penghapusan sementara PPh Badan dan UMKM, relaksasi bea masuk, penurunan tarif PPn, dan subsidi pajak.
“Bu Menteri Keuangan dalam waktu dekat akan mengumumkan detil stimulus fiskal jilid II ini,” ujarnya.
Perry menekankan baik bank sentral, pemerintah, dan OJK harus terus bergerak dalam satu sinergi agar dapat menemukan berbagai solusi dan stimulus lainnya.
“Kita diajarkan gotong royong, sinergi, dan hidup rukun sehingga kenapa saya sering bertemu dengan Bapak Presiden, Menteri Keuangan, dan Ketua OJK untuk sharing,” katanya.
Menurut dia, sinergi tersebut juga bertujuan untuk menemukan sumber-sumber baru yang dapat dijadikan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi tanah air ketika sedang tertekan akibat wabah virus corona.
“Kalau ekonomi sedang tertekan kita harus menemukan sumber baru untuk pertumbuhan agar ekonominya bisa membaik meskipun ada virus corona,” katanya.
Baca juga: BI: Stabilitas ekonomi RI terjaga meski kondisi global memburuk
Baca juga: BI waspadai sejumlah tantangan pengganggu stabilitas keuangan
Baca juga: BI: bauran stimulus moneter-fiskal pulihkan pertumbuhan ekonomi
“Dalam konteks ini tidak bisa kita tangani sendiri-sendiri sehingga perlu gotong-royong, koordinasi, dan sinergi,” katanya di Jakarta, Rabu.
Perry mengatakan dalam mencapai pertumbuhan yang tinggi, berkelanjutan, dan inklusif dengan stabilitas makroekonomi maupun finansial yang terjaga diperlukan koordinasi erat antara bank sentral, kebijakan fiskal, serta reformasi struktural.
“Kita memang perlu tiga jenis kebijakan dalam meningkatkan kapasitas ekonomi melalui transformasi ekonomi agar kita dapat membangun pondasi yang lebih luas,” ujarnya.
Perry menyebutkan dalam hal ini kebijakan Bank Sentral adalah terkait bauran suku bunga, nilai tukar manajemen aliran modal asing dan makroprudensial serta menjaga stabilitas harga dan keuangan.
Dia melanjutkan, reformasi struktural harus berupaya untuk mencapai pertumbuhan tinggi melalui produktivitas modal, tenaga kerja, dan teknologi serta mengembangkan infrastruktur, iklim investasi, maupun perdagangan.
Sementara itu, ia menuturkan bagi kebijakan fiskal bertugas untuk menjaga stabilitas makroekonomi melalui defisit fiskal dan utang publik yang wajar serta terkait pajak maupun alokasi pengeluaran produktif untuk stimulus pertumbuhan yang tinggi dan inklusif.
Perry menjelaskan saat ini Kementerian Keuangan sedang menyiapkan stimulus fiskal jilid II yang terdiri dari delapan aspek prosedural yaitu penyederhanaan aturan ekspor dan pengurangan pembatasan impor terutama bahan baku.
Kemudian percepatan proses impor untuk 500 importir, efisiensi proses logistik, penghapusan sementara PPh Badan dan UMKM, relaksasi bea masuk, penurunan tarif PPn, dan subsidi pajak.
“Bu Menteri Keuangan dalam waktu dekat akan mengumumkan detil stimulus fiskal jilid II ini,” ujarnya.
Perry menekankan baik bank sentral, pemerintah, dan OJK harus terus bergerak dalam satu sinergi agar dapat menemukan berbagai solusi dan stimulus lainnya.
“Kita diajarkan gotong royong, sinergi, dan hidup rukun sehingga kenapa saya sering bertemu dengan Bapak Presiden, Menteri Keuangan, dan Ketua OJK untuk sharing,” katanya.
Menurut dia, sinergi tersebut juga bertujuan untuk menemukan sumber-sumber baru yang dapat dijadikan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi tanah air ketika sedang tertekan akibat wabah virus corona.
“Kalau ekonomi sedang tertekan kita harus menemukan sumber baru untuk pertumbuhan agar ekonominya bisa membaik meskipun ada virus corona,” katanya.
Baca juga: BI: Stabilitas ekonomi RI terjaga meski kondisi global memburuk
Baca juga: BI waspadai sejumlah tantangan pengganggu stabilitas keuangan
Baca juga: BI: bauran stimulus moneter-fiskal pulihkan pertumbuhan ekonomi
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: