Achmad Yurianto: Jumlah diduga COVID-19 menjadi 23 orang
8 Maret 2020 13:56 WIB
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona (COVID-19) Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (8/3/2020). ANTARA/Rangga Pandu Asmara Jingga/am.
Jakarta (ANTARA) - Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona (COVID-19) Achmad Yurianto mengumumkan jumlah orang yang diduga terjangkit atau suspect, hingga Ahad siang menjadi 23 orang.
"Kita tahu kemarin sudah ada empat yang terkonfirmasi positif dan 23 yang masih suspect," ujar Yurianto dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Ahad.
Sebelumnya pada Sabtu, jumlah orang terduga terjangkit COVID-19 sebanyak 11 orang.
Yurianto mengatakan pemeriksaan terhadap suspect dilakukan secara komprehensif. Jika masih ada tanda klinis seperti batuk dan demam, meskipun hasil pemeriksaan pertama menunjukkan negatif maka tidak dapat serta merta suspect tersebut diklasifikasikan sebagai negatif COVID-19.
Baca juga: Perawatan empat positif COVID-19 tak gunakan alat bantu apapun
Baca juga: Cegah COVID-19 meluas, pemerintah lacak kontak dekat ke pasien 3 dan 4
Baca juga: Kondisi empat pasien positif corona di RI membaik
"Kita harus melakukan serial pemeriksaan negatif berkali-kali. Umumnya dilaksanakan seminggu, tujuh kali pemeriksaan," ujar Yurianto.
Dia mengatakan banyak laporan rumah sakit di luar bahwa pada pemeriksaan keenam, ketujuh bahkan kedelapan, kadang menjadi positif COVID-19.
"Maka kita tidak boleh anggap ini (serta-merta) negatif dan boleh dipulangkan, karena memang gejala klinis masih ada. Karena itu 23 suspect ini masih kita tahan di RS untuk kita observasi lebih lanjut," jelas Yurianto.
Adapun sejauh ini, kata Yurianto, pemerintah telah memeriksa sebanyak 620 spesimen, di mana 327 di antaranya berasal dari 63 rumah sakit di 25 provinsi.
Yurianto menyampaikan keberhasilan pengendalian penyakit ini adalah bagaimana memutus rantai penularan dengan mengisolasi kasus positif.
"Karena itu pemeriksaan positif atau negatif lebih ditujukan bagaimana tindak lanjut untuk mengendalikan penyebaran dari penyakitnya, jadi bukan dalam rangka melakukan protokol pengobatan penderitanya," kata Yurianto.
Dia mengatakan sejauh ini sudah ada lebih dari 54.000 orang sembuh dari COVID-19 di seluruh dunia karena imunitasnya ditingkatkan. Peningkatan imunitas ini menjadi acuan pemerintah dalam menangani orang yang positif maupun suspect COVID-19.*
Baca juga: Pemerintah: Institusi tidak perlu meminta surat bebas corona
Baca juga: Dua lagi WNI yang dirawat di Jepang terkait corona, dinyatakan sembuh
Baca juga: Pemerintah: 11 WNI yang berinteraksi dengan WN Jepang di Bali sehat
"Kita tahu kemarin sudah ada empat yang terkonfirmasi positif dan 23 yang masih suspect," ujar Yurianto dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Ahad.
Sebelumnya pada Sabtu, jumlah orang terduga terjangkit COVID-19 sebanyak 11 orang.
Yurianto mengatakan pemeriksaan terhadap suspect dilakukan secara komprehensif. Jika masih ada tanda klinis seperti batuk dan demam, meskipun hasil pemeriksaan pertama menunjukkan negatif maka tidak dapat serta merta suspect tersebut diklasifikasikan sebagai negatif COVID-19.
Baca juga: Perawatan empat positif COVID-19 tak gunakan alat bantu apapun
Baca juga: Cegah COVID-19 meluas, pemerintah lacak kontak dekat ke pasien 3 dan 4
Baca juga: Kondisi empat pasien positif corona di RI membaik
"Kita harus melakukan serial pemeriksaan negatif berkali-kali. Umumnya dilaksanakan seminggu, tujuh kali pemeriksaan," ujar Yurianto.
Dia mengatakan banyak laporan rumah sakit di luar bahwa pada pemeriksaan keenam, ketujuh bahkan kedelapan, kadang menjadi positif COVID-19.
"Maka kita tidak boleh anggap ini (serta-merta) negatif dan boleh dipulangkan, karena memang gejala klinis masih ada. Karena itu 23 suspect ini masih kita tahan di RS untuk kita observasi lebih lanjut," jelas Yurianto.
Adapun sejauh ini, kata Yurianto, pemerintah telah memeriksa sebanyak 620 spesimen, di mana 327 di antaranya berasal dari 63 rumah sakit di 25 provinsi.
Yurianto menyampaikan keberhasilan pengendalian penyakit ini adalah bagaimana memutus rantai penularan dengan mengisolasi kasus positif.
"Karena itu pemeriksaan positif atau negatif lebih ditujukan bagaimana tindak lanjut untuk mengendalikan penyebaran dari penyakitnya, jadi bukan dalam rangka melakukan protokol pengobatan penderitanya," kata Yurianto.
Dia mengatakan sejauh ini sudah ada lebih dari 54.000 orang sembuh dari COVID-19 di seluruh dunia karena imunitasnya ditingkatkan. Peningkatan imunitas ini menjadi acuan pemerintah dalam menangani orang yang positif maupun suspect COVID-19.*
Baca juga: Pemerintah: Institusi tidak perlu meminta surat bebas corona
Baca juga: Dua lagi WNI yang dirawat di Jepang terkait corona, dinyatakan sembuh
Baca juga: Pemerintah: 11 WNI yang berinteraksi dengan WN Jepang di Bali sehat
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: