Kementan catat serapan pupuk bersubsidi hingga Maret 21 persen
8 Maret 2020 12:32 WIB
Ilustrasi: Petani membeli pupuk di kios resmi pupuk di Kabupaten Probolinggo (ANTARA/ HO-Diskominfo Probolinggo)
Jakarta (ANTARA) - Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian mencatat hingga awal Maret ini serapan pupuk bersubsidi untuk petani mencapai 21 persen atau sekitar 1,66 juta ton dari total alokasi tahun 2020 sebesar 7,9 juta ton.
"Saat ini serapan pupuk masih 21 persen, itu masih sedikit. Idealnya sampai bulan Maret ini harusnya 30 persen," kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Sarwo Edhy melalui keterangan resmi di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Dinas Tanaman Pangan Sumut jamin penyaluran pupuk bersubsidi lancar
Sarwo Edhy menjelaskan target penyaluran pupuk bersubsidi hingga Maret ini harus mencapai 2.293.833 ton, atau 30 persen dari total alokasi.
Untuk mencapai target tersebut, Kementan akan memprioritaskan penyaluran pupuk bersubsidi untuk kebutuhan pada sektor tanaman pangan.
Kementan telah menetapkan alokasi pupuk bersubsidi tahun 2020 sebanyak 7,94 juta ton dengan nilai Rp26,3 triliun. Penyaluran pupuk bersubsidi tersebut dilakukan melalui Pupuk Indonesia Holding Company, sebagai BUMN yang mendapat penugasan distribusi pupuk nasional.
Baca juga: Mentan minta distribusi pupuk bersubsidi ke petani tidak terlambat
Rinciannya terdiri dari pupuk Urea 3,27 juta ton senilai Rp11,34 triliun; NPK sebanyak 2,7 juta ton senilai Rp11,12 triliun; SP36 sebanyak 500 ribu ton senilai Rp1,65 triliun; ZA sebanyak 750 ribu ton senilai Rp1,34 triliun; dan Organik 720 ribu ton senilai Rp1,14 triliun.
Untuk mengamankan penyaluran pupuk bersubsidi agar tepat sasaran, Sarwo Edhy mengimbau petani agar bergabung dengan kelompok tani, sehingga akses untuk memperoleh pupuk subsidi bisa lebih mudah.
Baca juga: Alokasi pupuk bersubsidi di wilayah Jabar turun
Sebab, pupuk bersubsidi hanya dapat diakses oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani dan memiliki Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sebagaimana diatur oleh pemerintah.
"RDKK berfungsi untuk menentukan alokasi pupuk subsidi yang didasarkan pada pengajuan. Nanti semuanya akan disimulasikan dengan alokasi pupuk bersubsidi yang tahun 2020 ini sebesar 7,9 juta ton," kata Sarwo Edhy.
Baca juga: Tepis isu kelangkaan, Kementan minta pemda salurkan pupuk bersubsidi
Sementara itu, dalam upaya antisipasi kebutuhan petani yang tidak tercantum dalam RDKK dan tidak memperoleh alokasi pupuk bersubsidi, Kementan telah menerbitkan Surat Edaran.
Surat Edaran tersebut mewajibkan anggota holding Pupuk Indonesia menyediakan pupuk nonsubsidi di kios resmi, termasuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Baca juga: Waspadai pupuk palsu, Pupuk Indonesia minta petani cermati kemasan
"Saat ini serapan pupuk masih 21 persen, itu masih sedikit. Idealnya sampai bulan Maret ini harusnya 30 persen," kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Sarwo Edhy melalui keterangan resmi di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Dinas Tanaman Pangan Sumut jamin penyaluran pupuk bersubsidi lancar
Sarwo Edhy menjelaskan target penyaluran pupuk bersubsidi hingga Maret ini harus mencapai 2.293.833 ton, atau 30 persen dari total alokasi.
Untuk mencapai target tersebut, Kementan akan memprioritaskan penyaluran pupuk bersubsidi untuk kebutuhan pada sektor tanaman pangan.
Kementan telah menetapkan alokasi pupuk bersubsidi tahun 2020 sebanyak 7,94 juta ton dengan nilai Rp26,3 triliun. Penyaluran pupuk bersubsidi tersebut dilakukan melalui Pupuk Indonesia Holding Company, sebagai BUMN yang mendapat penugasan distribusi pupuk nasional.
Baca juga: Mentan minta distribusi pupuk bersubsidi ke petani tidak terlambat
Rinciannya terdiri dari pupuk Urea 3,27 juta ton senilai Rp11,34 triliun; NPK sebanyak 2,7 juta ton senilai Rp11,12 triliun; SP36 sebanyak 500 ribu ton senilai Rp1,65 triliun; ZA sebanyak 750 ribu ton senilai Rp1,34 triliun; dan Organik 720 ribu ton senilai Rp1,14 triliun.
Untuk mengamankan penyaluran pupuk bersubsidi agar tepat sasaran, Sarwo Edhy mengimbau petani agar bergabung dengan kelompok tani, sehingga akses untuk memperoleh pupuk subsidi bisa lebih mudah.
Baca juga: Alokasi pupuk bersubsidi di wilayah Jabar turun
Sebab, pupuk bersubsidi hanya dapat diakses oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani dan memiliki Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sebagaimana diatur oleh pemerintah.
"RDKK berfungsi untuk menentukan alokasi pupuk subsidi yang didasarkan pada pengajuan. Nanti semuanya akan disimulasikan dengan alokasi pupuk bersubsidi yang tahun 2020 ini sebesar 7,9 juta ton," kata Sarwo Edhy.
Baca juga: Tepis isu kelangkaan, Kementan minta pemda salurkan pupuk bersubsidi
Sementara itu, dalam upaya antisipasi kebutuhan petani yang tidak tercantum dalam RDKK dan tidak memperoleh alokasi pupuk bersubsidi, Kementan telah menerbitkan Surat Edaran.
Surat Edaran tersebut mewajibkan anggota holding Pupuk Indonesia menyediakan pupuk nonsubsidi di kios resmi, termasuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Baca juga: Waspadai pupuk palsu, Pupuk Indonesia minta petani cermati kemasan
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020
Tags: