Permintaan jamu tradisional di Madiun meningkat
6 Maret 2020 22:39 WIB
Permintaan jamu tradisional dari bahan baku rempah-rempah dan empon-empon di industri rumah tangga pembuatan jamu di Kota Madiun, Jawa Timur, meningkat akibat adanya wabah global virus corona baru atau Covid-19. (ANTARA/Louis Rika/Tv)
Madiun (ANTARA) - Permintaan jamu tradisional dari bahan baku rempah-rempah dan empon-empon di industri rumah tangga pembuatan jamu di Kota Madiun, Jawa Timur meningkat akibat adanya wabah global virus corona baru atau Covid-19 yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, China, dan saat ini sudah menjangkiti sekitar 27 negara lainnya, termasuk Indonesia.
Pembuat jamu tradisional di Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Oktavia Purnawati, Jumat, mengatakan peningkatan permintaan tersebut disebabkan karena jamu tradisional dari bahan baku jahe, kunyit, dan temulawak berdasarkan peneliti dipercaya mampu meningkatkan imunitas tubuh sehingga bisa mencegah seseorang terpapar Covid-19.
"Sebelum ada isu corona, biasanya hanya menjual 50 hingga 60 botol jamu. Setelah ada wabah corona, bisa menjual hingga 100 botol lebih per hari," ujar Oktavia Purnawati.
Akibat tingginya permintaan tersebut, membuat pihaknya menambah jumlah produksi. Jika biasanya ia hanya memproduksi jamu sebanyak 75 liter per hari. Saat ini meningkat hingga lebih dari 100 liter per hari.
Baca juga: Gerakan minum jamu digiatkan setelah Indonesia positif corona
Baca juga: RSHS rawat tiga pasien baru dengan status pengawasan Covid-19
Baca juga: Enam dokter spesialis paru RSPI tangani pasien positif Covid-19
Menurut dia, peningkatan permintaan tersebut terjadi sejak beberapa hari terakhir, menyusul ditemukannya kasus warga yang positif terpapar Covid-19 di Indonesia. Permintaan jamu tidak hanya berasal dari wilayah Madiun, namun juga luar kota.
"Permintaan naik sejak hari Senin lalu. Biasanya hanya terjual 50 botol, sekarang bisa tembus 100 botol lebih. Selain itu, biasanya hanya untuk memenuhi pesanan di wilayah Madiun saja, namun kini saya juga kirim ke luar kota," kata dia.
Pihaknya membenarkan banjirnya orderan tersebut disebabkan karena banyak konsumen yang ingin minum jamu agar badan menjadi sehat dan terhindar dari berbagai ancaman virus penyakit, termasuk Covid-19.
Meski demikian, pihaknya tidak bisa memastikan apakah jamu dari bahan jahe, temulawak, dan bahan empon-empon lainnya itu benar-benar bisa mencegah seseorang terkena virus corona. Ia hanya mengetahui jika minum jamu dari kunyit, jahe, dan temulawak itu dipercaya mampu membuat badan bugar dan sehat.
Oktavia menambahkan meski saat ini harga bahan baku rempah dan empon-empon mengalami kenaikan, pihaknya tidak menaikkan harga jamu tradisionalnya yang telah dikembangkannya sejak lima tahun terakhir.
Adapun jamu-jamu tradisional tersebut tetap dijual dengan kisaran harga Rp10.000 hingga Rp15.000 per botol, tergantung ukuran botol kemasan yang diinginkan.
Dia berharap tingginya permintaan jamu tradisional tersebut tidak hanya sebatas akibat Covid-19, namun lebih karena kesadaran warga untuk mengonsumsi minuman kesehatan dari bahan alami atau herbal agar lebih sehat.*
Baca juga: Aksi dini Polres Metro Jakarta Barat atasi "panic buying" masyarakat
Baca juga: MPR minta pemerintah perbaiki komunikasi publik terkait Virus Corona
Baca juga: Tidak perlu panik, virus corona bukan vonis mati
Pembuat jamu tradisional di Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Oktavia Purnawati, Jumat, mengatakan peningkatan permintaan tersebut disebabkan karena jamu tradisional dari bahan baku jahe, kunyit, dan temulawak berdasarkan peneliti dipercaya mampu meningkatkan imunitas tubuh sehingga bisa mencegah seseorang terpapar Covid-19.
"Sebelum ada isu corona, biasanya hanya menjual 50 hingga 60 botol jamu. Setelah ada wabah corona, bisa menjual hingga 100 botol lebih per hari," ujar Oktavia Purnawati.
Akibat tingginya permintaan tersebut, membuat pihaknya menambah jumlah produksi. Jika biasanya ia hanya memproduksi jamu sebanyak 75 liter per hari. Saat ini meningkat hingga lebih dari 100 liter per hari.
Baca juga: Gerakan minum jamu digiatkan setelah Indonesia positif corona
Baca juga: RSHS rawat tiga pasien baru dengan status pengawasan Covid-19
Baca juga: Enam dokter spesialis paru RSPI tangani pasien positif Covid-19
Menurut dia, peningkatan permintaan tersebut terjadi sejak beberapa hari terakhir, menyusul ditemukannya kasus warga yang positif terpapar Covid-19 di Indonesia. Permintaan jamu tidak hanya berasal dari wilayah Madiun, namun juga luar kota.
"Permintaan naik sejak hari Senin lalu. Biasanya hanya terjual 50 botol, sekarang bisa tembus 100 botol lebih. Selain itu, biasanya hanya untuk memenuhi pesanan di wilayah Madiun saja, namun kini saya juga kirim ke luar kota," kata dia.
Pihaknya membenarkan banjirnya orderan tersebut disebabkan karena banyak konsumen yang ingin minum jamu agar badan menjadi sehat dan terhindar dari berbagai ancaman virus penyakit, termasuk Covid-19.
Meski demikian, pihaknya tidak bisa memastikan apakah jamu dari bahan jahe, temulawak, dan bahan empon-empon lainnya itu benar-benar bisa mencegah seseorang terkena virus corona. Ia hanya mengetahui jika minum jamu dari kunyit, jahe, dan temulawak itu dipercaya mampu membuat badan bugar dan sehat.
Oktavia menambahkan meski saat ini harga bahan baku rempah dan empon-empon mengalami kenaikan, pihaknya tidak menaikkan harga jamu tradisionalnya yang telah dikembangkannya sejak lima tahun terakhir.
Adapun jamu-jamu tradisional tersebut tetap dijual dengan kisaran harga Rp10.000 hingga Rp15.000 per botol, tergantung ukuran botol kemasan yang diinginkan.
Dia berharap tingginya permintaan jamu tradisional tersebut tidak hanya sebatas akibat Covid-19, namun lebih karena kesadaran warga untuk mengonsumsi minuman kesehatan dari bahan alami atau herbal agar lebih sehat.*
Baca juga: Aksi dini Polres Metro Jakarta Barat atasi "panic buying" masyarakat
Baca juga: MPR minta pemerintah perbaiki komunikasi publik terkait Virus Corona
Baca juga: Tidak perlu panik, virus corona bukan vonis mati
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: