Kapolres Flores Timur: Situasi kamtibmas di Sandosi aman terkendali
6 Maret 2020 13:24 WIB
Para personel polisi melakukan upaya pengamanan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, akibat adanya konflik antarwarga dari dua suku yang pecah pada Kamis (5/3). (ANTARA/HO- Kapolres Flores Timur AKBP Beny Abraham)
Kupang (ANTARA) - Kepala Kepolisian Resor (Polres) Flores Timur, AKBP Deny Abraham, mengemukakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, sudah terkendali setelah konflik antarwarga dari dua suku di daerah itu yang pecah pada Kamis (5/3) pagi.
"Sampai saat ini situasi kamtibmas di Sandosi aman terkendali," katanya ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Jumat.
Ketika dihubungi, Deny mengaku sedang berada di Desa Sandosi bersama-sama dengan kepala desa setempat untuk melakukan upaya pengendalian situasi.
Dia mengatakan, selain kepala desa, pihaknya melakukan pendekatan dengan unsur musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) dan tokoh-tokoh adat setempat untuk bersama-sama menjaga situasi kamtibmas agar bisa kondusif.
Lebih lanjut, terkait personel keamanan, Deny mengatakan telah mengerahkan personel dari Polres Flores Timur dan jajaran Polsek sebanyak 1 SSK (Satuan Setingkat Kompi) berjumlah sekitar 100 orang.
Selain itu personel Bantuan Kendali Operasi (BKO) juga dikirim dari daerah lain di antaranya Kabupaten Lembata sebanyak 1 SST (Satuan Setingkat Peleton) berjumlah 30 orang, Kabupaten Sikka 1 SST, Dalmas Polda NTT 1 SST, serta personel Brimob dari Sikka 1 SKK.
Bantuan pengamanan situasi juga dilakukan personel TNI dari Komando Distrik Militer (Kodim) setempat sebanyak 1 SST, katanya.
Perang tanding antarwarga dua suku di Desa Sandosi pecah pada Kamis (5/3) pagi di wilayah perkebunan Wulen Wata dan menewaskan sebanyak enam orang.
Korban tewas di antaranya dari suku Kewaelaga masing-masing berinisial MKK (80), YMS (70), YOT (56), dan SR (68), sedang dari Suku Lamatokan adalah YH (70) dan WK (80).
Baca juga: Pengamat: Perlu tim mediator adat selesaikan "perang tanding" Adonara
Baca juga: Mahasiswa Witihama ajak milenial hindari provokasi konflik di Adonara
Baca juga: Redam konflik antarsuku, ratusan personel BKO dikirim ke Adonara
"Sampai saat ini situasi kamtibmas di Sandosi aman terkendali," katanya ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Jumat.
Ketika dihubungi, Deny mengaku sedang berada di Desa Sandosi bersama-sama dengan kepala desa setempat untuk melakukan upaya pengendalian situasi.
Dia mengatakan, selain kepala desa, pihaknya melakukan pendekatan dengan unsur musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) dan tokoh-tokoh adat setempat untuk bersama-sama menjaga situasi kamtibmas agar bisa kondusif.
Lebih lanjut, terkait personel keamanan, Deny mengatakan telah mengerahkan personel dari Polres Flores Timur dan jajaran Polsek sebanyak 1 SSK (Satuan Setingkat Kompi) berjumlah sekitar 100 orang.
Selain itu personel Bantuan Kendali Operasi (BKO) juga dikirim dari daerah lain di antaranya Kabupaten Lembata sebanyak 1 SST (Satuan Setingkat Peleton) berjumlah 30 orang, Kabupaten Sikka 1 SST, Dalmas Polda NTT 1 SST, serta personel Brimob dari Sikka 1 SKK.
Bantuan pengamanan situasi juga dilakukan personel TNI dari Komando Distrik Militer (Kodim) setempat sebanyak 1 SST, katanya.
Perang tanding antarwarga dua suku di Desa Sandosi pecah pada Kamis (5/3) pagi di wilayah perkebunan Wulen Wata dan menewaskan sebanyak enam orang.
Korban tewas di antaranya dari suku Kewaelaga masing-masing berinisial MKK (80), YMS (70), YOT (56), dan SR (68), sedang dari Suku Lamatokan adalah YH (70) dan WK (80).
Baca juga: Pengamat: Perlu tim mediator adat selesaikan "perang tanding" Adonara
Baca juga: Mahasiswa Witihama ajak milenial hindari provokasi konflik di Adonara
Baca juga: Redam konflik antarsuku, ratusan personel BKO dikirim ke Adonara
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020
Tags: